Seruduk Rasa Sapi Lada Hitam
Bogor, Jurnal Bogor
Memenuhi undangan santap siang M. Andriansyah, staf Advertising, Promo & Event PT. Sarana Karya Megah, pengelola Ekalokasari Plaza sekaligus untuk melakukan liputan kuliner di White Steam, salah satu tenant kuliner Ekalokasari Plaza yang terletak di lantai dasar side entern plaza itu, merupakan suatu kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Setibanya di tempat itu, Andri seperti biasa dengan ramah menyambut saya yang datang bersama rekan sekerja Dony P. Herwanto. Kami bertiga pun segera menuju tempat di mana White Steam berada.
Memasuki area makan White Steam, baru kali itu saya ngeh ternyata White Steam menyediakan menu-menu Oriental Chinese Food, bukan menyediakan menu-menu Japanese Food yang selama ini menjadi anggapan saya, bila melewati tempat itu. Mungkin, saya terpengaruh salah satu nama lain yang agak mirip di tempat berbeda, dan kebetulan memang menyediakan menu-menu Japanese Food.
Lay out ruangan White Steam sendiri, ditata dengan konsep minimalis modern. Dengan area seluas lebih dari 72 meter persegi itu, White Steam memiliki kapasitas tempat duduk sebanyak 40 bangku kayu unik bergaya etnik, dengan meja berlandaskan kaca tebal tembus pandang. Ornamen lukisan dan batang-batang bambu menghiasi sudut-sudut area makannya.
Sayangnya, pada saat kami singgah ke resto itu, Reza Randing sang pemilik sedang tidak berada di tempat, sehingga saya tidak memiliki kesempatan luas untuk menggali lebih dalam tentang White Steam secara lebih utuh. Meski demikian, hal itu tak menjadi masalah karena kali ini saya akan lebih menuturkan soal citarasa dari menu-menu White Steam yang kami santap dalam kesempatan itu.
Menurut Andri, White Steam sudah dikenal sebagai resto yang menyuguhkan citarasa menu dim sum yang istimewa. “Banyak para pengunjung White Steam yang puas dengan citarasa dim sum yang disajikan resto ini,” ujar Andri lalu mempersilakan kami untuk memilih menu yang diinginkan untuk dipesan.
Mengingat menu dim sum telah menjadi favorit dan banyak disuka para pengunjung, akhirnya kami sepakat untuk memesan menu-menu yang agak berbeda. Satu porsi Dori Goreng Saos Asam Manis, satu porsi Baby Buncis, satu porsi Udang Pacet Mayones Wijen, satu porsi Sapi Lada Hitam Kotak, dan satu set Teh Jasmine pun kami pesan, tak lupa berikut dengan nasi putihnya.
Sambil menunggu pesanan menu-menu itu siap disajikan, Sera Virgiola, chasier White Steam dan Nana Herlina, waiter White Steam dengan sabar dan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan sebatas yang mereka tahu, secara bergantian.
Dikatakan Sera, White Steam dibuka setiap hari mengikuti jam operasional Ekalokasari Plaza. “Kami mulai buka tempat jam 9.30 sampai jam 21.00. Dengan 13 karyawan, kami bekerja secara shift,” ujar Sera.
Nana menambahkan, keseluruhan total karyawan White Steam yang berjumlah 13 orang itu dibagi menjadi karyawan bagian dapur 6 orang, bartender 2 orang, waiter 3 orang, dan kasir 2 orang. “Kami juga memiliki dua Chef, yaitu Adhzar dan Herry,” terang Nana.
Menu-menu yang disediakan White Steam, menurut Sera berjumlah total lebih dari 50 jenis menu masakan dan minuman, yang terbagi-bagi dalam beberapa katagori, seperti dim sum, appertizer, sea food delight, hingga aneka juice. “Menu termahal di tempat kami adalah Ayam Goreng Garing yang kami sediakan hanya pada weekend dengan harga per porsinya Rp 55.000 per ekor, atau Rp 30.000 per setengah ekor,” papar Sera.
Akhirnya, menu-menu yang dipesan pun berdatangan satu per satu. Aromanya sesekali merebak masuk dalam indra pembau ini. White steam atau uap putih yang keluar dari menu-menu masakan fresh from the kitchen itu, memang sangat pas menjadi nama tempat itu. Tampilan masing-masing menu ditata dengan sangat apik dan berkelas, dan sangat mampu membangkitkan selera bersantap.
Sambil asyik berbincang, kami bertiga serempak mencicipi satu per satu menu-menu istimewa ala White Steam. Menu pertama yang saya cicipi adalah Dori Goreng Saos Asam Manis. Meski citarasa saosnya menurut saya masih kurang berani menabur rasa laut, secara keseluruhan menu itu cukup representatif, karena tekstur dan rasa ikan dori memang sangat menjanjikan bagi penggemar seafood.
Baby Buncis yang disajikan, diproses dengan pemasakan yang tidak terlalu matang. Hanya tigaperempat matang saja. Rasa buncisnya masih kletas-kletus bercampur dengan tumis daging sapi cincang dan jamur cincang. Sensasinya memberikan kenikmatan sendiri.
Giliran Udang Pacet Mayones Wijen dicicipi. Baluran tepungnya sangat renyah dan garing, serasi dengan kerenyahan rasa gurih udangnya. Ada rasa kecewa ketika mencicipi menu satu itu, karena rasa udang pacetnya sangat kabur, kalah dengan rasa wijen yang membalur penuh potongan-potongan udang pacet, layaknya onde-onde. Bahkan, rasa mayonesnya pun hilang. Mungkin perlu dipikirkan inovasi bumbu yang tetap mengusung kuatnya rasa udang pacet dari menu itu.
Yang istimewa, adalah menu Sapi Lada Hitam Kotak ala White Steam. Menu itu disajikan begitu sempurna. Tampilan daun pek coy yang menjadi alas bagi potongan daging sapi yang bercampur dengan paprika, daun bawang, dan bawang Bombay ternyata mampu menumbuhkan keistimewaan rasa yang unik.
Seruduk rasa daging sapinya sangat lembut menanduk selera, ditambah bumbu-bumbu yang sudah sangat meresap hingga ke dalam daging sapi itu membuat menu Sapi Lada Hitam Kotak menjadi menu paling handal dari ke empat menu yang disajikan. Menu yang akhirnya membuat saya menarik mangkuk nasi putih dan melahap habis sajian-sajian yang dihidangkan.
Terakhir, Teh Jasmine yang disajikan menurut saya sangat istimewa. Mungkin, karena saya sebagai penggemar teh. Meski dilengkapi dengan simple syrup, saya lebih menyukai Teh Jasmine yang wanginya sangat harum itu, tetap tawar dan panas. Bagi saya, Teh Jasmine yang disuguhkan sangat paripurna untuk menutup keseluruhan acara bersantap siang dengan menu-menu khas Oriental Chinese Food ala White Steam.
Rudi D. Sukmana
Senin, 07 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar