Bogor | Jurnal Bogor
Ketika matahari tepat di atas kepala, dan kerongkongan serasa rindu untuk dibasahi, segelas Es Cendol Gading ala Bandung nampaknya mampu menjadi salah satu pelepas dahaga yang pas.
Angin yang malu-malu menyentuh tubuh ini, menambah kering kerongkongan. Ketika melihat Es Cendol Gading ala Bandung di depan mata, tangan ini tak ragu-ragu memegang gelas kristal berdiameter 1 inci itu.
Dengan harga Rp 2.500 per porsi, cendol yang mengapung di antara santan, es batu dan gula jawa itu sungguh sedap dipandang. “Es Cendol ini cocok diminum saat siang hari,” kata Nur Huda, direktur Es Cendol ala Bandung kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Es Cendol yang didominasi rasa manis karena gula jawanya tersebut, sejenak menghipnotis peminumnya untuk tak melepaskan mulutnya dari bibir gelas kristal itu. “Sekali teguk, pasti ingin tambah lagi,” ungkapnya.
Dikatakan Nur Huda, sebelum usahanya itu diwaralabakan, dirinya sempat ke luar masuk kampung untuk menjajakan Es Cendolnya itu. “Dulu, saya sempat mendorong gerobak keluar masuk kampung. Tapi berkat usaha keras, saat ini saya sudah punya 16 cabang yang tersebar dari Jawa sampai luar Jawa, seperti Balikpapan, Banjarmasin dan Tanjung Pinang,” paparnya.
Sejak usahanya diwaralabakan dan laba yang diraih amat besar, penjual es cendol itu tetap tak segan melihat ke bawah. “Saya mengajak teman-teman untuk tetap berusaha dan berdo’a. Tuhan selalu menyembunyikan kebahagiaan dalam kesengsaraan,” tuturnya.
Sebagai bisnis waralaba pertama di Indonesia, Es Cendol Gading ala Bandung itu terbilang sukses. Dengan investasi sebesar Rp 5 juta, kata Nur Huda, paket jualan, seperti counter, dan perlengkapannya sudah ada ditangan.
“Tak perlu biaya besar untuk menjadi besar. Yang penting usaha dan kerja keras, Insya Allah Tuhan memberi jalan bagi kaumnya yang mau berusaha,” terangnya, kemudian menambahkan, bandingkan dengan waralaba lain dengan nilai investasi besar.
Dony P. Herwanto
Senin, 07 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar