Bogor, Jurnal Bogor
Hampir satu minggu terakhir, saya selalu terserang kantuk di siang hari. Rasa kantuk yang sangat berat, yang mampu membuat saya menguap berkali-kali. Demikian juga halnya pada hari ini, menjelang pukul 12.00, rasa kantuk pun kembali menyerang.
Sambil melangkahkan kaki yang semakin terasa berat, tanpa disadari saya melewati satu tempat makan yang sederhana di Jl. Raya Tajur, tepat di depan bengkel Mobil Mas yang terletak di Jl. Raya Tajur No.81, Bogor.
Aroma roti bakar menyerang indra penciuman ini, membuat saya menoleh mencari sumber aroma itu. Satu tempat bernama Warkop Sari Rasa pun mampu membuat saya singgah ke tempat itu, dan segera memesan satu gelas kopi hitam ditambah dua iris roti tawar tanpa diolah atau dipanggang.
Dengan sigap, Herman, penjaga Warkop Sari Rasa segera meracik kopi hitam dan menyediakan di hadapan lengkap dengan dua iris roti tawar yang diletakkan di atas piring kecil. Harum aroma kopi yang merebak bersama kepulan uapnya sangat menggoda selera, dan mampu membuat rasa kantuk ini tiba-tiba menghilang.
Sambil mengaduk kopi yang masih panas itu, saya pun mengajak Herman berbincang. Dikatakan Herman, Warkop Sari Rasa sudah dibuka sejak enam tahun lalu. “Warkop ini dimiliki Bapak Amid, asli Sumedang,” ujar Herman.
Herman juga mengatakan, Warkop Sari Rasa dibuka setiap hari mulai pukul 16.00 sampai pukul 4.00. “Kecuali hari libur, kami buka 24 jam nonstop,” ujarnya seraya menambahkan, siang di hari biasa tempatnya digunakan sebagai warung nasi.
Menu-menu yang disediakan Warkop Sari Rasa sedehana saja. Menu makanannya terdiri dari roti dan pisang bakar, serta indomie yang disajikan dengan beragam rasa, seperti roti dan pisang bakar coklat keju dan indomie telur kornet. Sedangkan menu minumannya, antara lain lemon tea, STMJ, bansus, capuccino, kopi susu, dan kopi hitam.
“Harga termurah yang kami tawarkan Rp 1.000 yakni es tawar dan termahal mencapai Rp 8.000 yakni menu Internet Spesial atau indomie telur kornet dengan parutan keju di atasnya,” papar Herman.
Setelah kopi hitam pesanan mulai hangat, seiris roti tawar pun saya comot dan lipat menjadi dua. Dengan perlahan, roti tawar itu saya celupkan ke dalam kopi sambil berusaha mengenang saat-saat santai di pagi hari.
Satu kunyahan roti tawar yang bercampur dengan air kopi pun masuk ke dalam mulut. Nikmatnya roti tawar yang tengah dikunyah pun terasa lebih nikmat ketika kopi pun diseruput. Dan kantuk pun sirna entah kemana.
Rudi D. Sukmana
Selasa, 08 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar