Bogor, Jurnal Bogor
Ketika singgah di sebuah rumah makan terkenal di Kota Bogor, saya dan Ki Batin memesan menu makanan yang konon merupakan favorit pengunjung di tempat makan itu. Sambil berbincang-bincang, tak berapa lama menu yang dipesan pun tersaji di hadapan. Dengan serta merta, saya pun segera menyenduk masakan-masakan itu dan langsung melahapnya.
Lain halnya dengan Ki Batin, ia hanya menyuap satu kali saja dari hidangan yang sangat mengundang selera itu. Saya yang heran dengan sikapnya pun bertanya, “Kenapa Kang, masakannya tidak enak ya?”
Ki Batin pun memperlihatkan senyumnya yang khas lalu mengatakan, menu yang dipesan dari tampilannya saja orang sudah mengatakan enak. “Apa sih yang disebut enak itu, A?” tanya Ki Batin. “Dan apa pula yang disebut tidak enak itu? Sok coba saya dikasih tahu,” lanjutnya.
Sejenak saya berpikir, lalu menjawab, bahwa rasa enak adalah rasa lezat dan nikmat yang datang dari citarasa makanan yang racikan bumbunya pas dan padu, sesuai dengan bahan utama yang diolah. “Gurame ini misalnya, benar-benar menyajikan rasa gurame bukan rasa ayam karena yang dipesan adalah masakan gurame,” ujar saya.
Ki Batin pun tersenyum lalu bertanya kembali, “Lantas, enak mana gurame atau ayam, A?” sahutnya. “Dan rasa gurame itu seperti apa, kenapa berbeda dengan rasa ayam?” tambah Ki Batin. Lagi-lagi saya hanya bisa menjawab dengan mengangkat bahu, sambil meminta Ki Batin untuk mau menjelaskan.
Ki Batin terdiam sejenak sambil menatap saya tajam. “Pernahkah Aa merasa tidak enak ketika berbuat salah? Bagaimana rasa enak yang Aa rasakan ketika memenangkan lomba? Menurut Aa, sama atau tidak, perasaan yang Aa rasakan itu?” tanyanya kembali.
“Wah, Kang. Tolong jangan tanya hal-hal yang saya susah jawabnya,” sahut saya sedikit complain yang membuat Ki Batin kembali tersenyum. “Begini, kasep. Rasa enak dan tidak enak yang dirasakan itu ada di jiwa. Enaknya gurame, ayam, dan dapat rejeki, serta tidak enaknya empedu, obat, dan musibah, semua menyentuh jiwa. Bisa tidak diri membawa semua rasa itu ke tingkat rasa jati? Rasa yang sejati, rasa yang sesungguhnya. Rasa yang sebenar-benarnya rasa,” ujar Ki Batin.
Seseorang yang merasa tidak enak karena diberitakan tidak benar dan seseorang yang merasa enak karena diberitakan kesuksesannya, lanjut Ki Batin, semua hanya sebatas memenuhi kebutuhan jiwa, di mana ego diri bersemayam. “Sok atuh dikaji tah, kalimat ‘nun, demi kalam dan segala apa yang dituliskannya’,” pungkasnya lalu tersenyum.
Rudi D. Sukmana
Kamis, 17 April 2008
Restoran Saung Hejo
Menu Sunda Sangat Disuka
Bogor, Jurnal Bogor
Restoran Saung Hejo yang terletak di Jl. Raya Pakuan No.15, lokasinya berdekatan dengan gedung LIA. Resto itu menawarkan suasana tempat makan yang nyaman, dengan tempat bermain anak dan kolam ikan berhias air terjun. Penyajian tempatnya sendiri berkonsep taman yang terdiri dari dua jenis tempat, yaitu duduk dan lesehan, sehingga membuat tempat itu nyaman untuk dikunjungi.
Pengelola Restoran Saung Hejo Nita Theresia mengatakan, resto itu memang sengaja diciptakan bersuasana kebun dengan beberapa pilihan tempat bersuasana saung, dan menyediakan menu-menu umum yang biasa ditemukan di kebanyakan rumah makan.
Dikatakan Nita, pada awalnya resto itu menyediakan menu-menu masakan khas Sunda sesuai dengan namanya. “Sejak awal Maret ini, kami juga menyediakan menu-menu masakan Oriental dan Eropa untuk menjaring pengunjung sebanyak-banyaknya datang ke tempat kami,” ujar Nita kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Resmi dibuka pada Agustus 2007, Restoran Saung Hejo memiliki 15 karyawan yang menangani area seluas lebih dari 2.000 meter persegi. Resto itu menyediakan tempat yang mampu menampung 500 sampai 1.000 pengunjung. “Saung Hejo dibuka setiap hari, mulai pukul 10.00 sampai 22.00,” terang Nita.
Konsep tempatnya sendiri, dikatakan Nita, mengambil konsep resto yang membidik segmentasi semua kalangan, baik keluarga, karyawan, kawula muda, dan pelajar. Pengunjung dapat menikmati gemericik dua tempat air terjun buatan yang kolamnya diisi ikan. “Anak-anak biasanya sangat suka berkerumun di tepi kolam sambil melihat ikan-ikan,” paparnya
Dikatakan Nita, jumlah menu yang disediakan resto itu lebih dari 100 menu makanan dan minuman. Menu andalan yang disediakan Restoran Saung Hejo adalah Ayam Bakakak, Nasi Timbel Komplit, dan Gurame. “Menu gurame kami, terdiri dari beberapa pilihan, seperti Gurame Goreng, Gurame Asam Manis, dan Gurame Bakar,” jelasnya.
Ayam Bakakak khas Saung Hejo, imbuh Nita, disajikan dengan lalapan dan sambal dua rasa, yaitu sambal kecap dan sambal terasi yang ditawarkan dengan harga Rp 45.000 per porsi. “Nasi Timbel Komplit kami bandrol Rp 18.500 dengan lauk ayam, untuk lauk empal harganya Rp 19.000. Sedangkan Gurame harganya tergantung berat. Untuk yang beratnya 600 gram dihargai Rp 37.500, yang beratnya 800 gram kami beri harga Rp 47.500,” paparnya.
Menu Nasi Timbel Komplit, sebagai salah satu menu andalan Restoran Saung Hejo, memiliki rasa istimewa yang sangat berbeda dengan rasa nasi timbel komplit yang biasa ditemukan di tempat lain. Bukan saja lauk-lauknya, sambal lalapannya pun memiliki rasa yang cukup istimewa.
Sesuap nasi timbel komplit, dijamin mampu mengangkat selera makan. Apalagi bila diberi sedikit sambal, sehingga rasa pedas langsung ngagegel di ujung lidah. Jangan lupa meniup-niup dulu kepulan asap untuk menghilangkan rasa panas dari nasi timbel yang disajikan. Di situlah letak kenikmatan menyantap nasi timbel komplit ala Restoran Saung Hejo.
Selain menu makanan, Restoran Saung Hejo juga menyediakan menu minuman yang sangat diminati pengunjung, yaitu Jeruk Kelapa, yaitu paduan air kelapa muda dan air perasa jeruk yang diblended sehingga menghasilkan rasa minuman yang sangat menyegarkan. “Jeruk Kelapa kami jual dengan harga Rp 8.500 per gelas,” ujar Nita.
“Meski menu-menu masakan di sini, merupakan sajian yang umum dan tanpa kreasi inovasi, soal rasa tetap kami perhatikan sehingga dalam hal rasa dan penyajiannya memiliki nuansa khas Saung Hejo yang sesuai lidah semua pengunjung,” papar Nita.
Nita juga mengatakan, Restoran Saung Hejo menerima reservasi untuk berbagai acara, seperti meeting, seminar, wedding, ulang tahun, dan arisan. Luas tempatnya yang sangat memungkinkan, merupakan salah satu keunggulan tempat itu. “Biasanya, paling lambat pemesan melakukan reservasi seminggu sebelumnya dengan down payment 40 persen dari total pesanan,” ujarnya.
Untuk meningkatkan pelayanan, imbuh Nita, resto itu juga menyediakan peralatan karaoke yang dapat digunakan para pengunjung. “Pengunjung dapat bernyanyi untuk menghibur diri dan para pengunjung lain, sehingga akan membuat pengunjung resto kami lebih betah dan rindu untuk kembali lagi,” tandasnya.
Rudi D. Sukmana
Bogor, Jurnal Bogor
Restoran Saung Hejo yang terletak di Jl. Raya Pakuan No.15, lokasinya berdekatan dengan gedung LIA. Resto itu menawarkan suasana tempat makan yang nyaman, dengan tempat bermain anak dan kolam ikan berhias air terjun. Penyajian tempatnya sendiri berkonsep taman yang terdiri dari dua jenis tempat, yaitu duduk dan lesehan, sehingga membuat tempat itu nyaman untuk dikunjungi.
Pengelola Restoran Saung Hejo Nita Theresia mengatakan, resto itu memang sengaja diciptakan bersuasana kebun dengan beberapa pilihan tempat bersuasana saung, dan menyediakan menu-menu umum yang biasa ditemukan di kebanyakan rumah makan.
Dikatakan Nita, pada awalnya resto itu menyediakan menu-menu masakan khas Sunda sesuai dengan namanya. “Sejak awal Maret ini, kami juga menyediakan menu-menu masakan Oriental dan Eropa untuk menjaring pengunjung sebanyak-banyaknya datang ke tempat kami,” ujar Nita kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Resmi dibuka pada Agustus 2007, Restoran Saung Hejo memiliki 15 karyawan yang menangani area seluas lebih dari 2.000 meter persegi. Resto itu menyediakan tempat yang mampu menampung 500 sampai 1.000 pengunjung. “Saung Hejo dibuka setiap hari, mulai pukul 10.00 sampai 22.00,” terang Nita.
Konsep tempatnya sendiri, dikatakan Nita, mengambil konsep resto yang membidik segmentasi semua kalangan, baik keluarga, karyawan, kawula muda, dan pelajar. Pengunjung dapat menikmati gemericik dua tempat air terjun buatan yang kolamnya diisi ikan. “Anak-anak biasanya sangat suka berkerumun di tepi kolam sambil melihat ikan-ikan,” paparnya
Dikatakan Nita, jumlah menu yang disediakan resto itu lebih dari 100 menu makanan dan minuman. Menu andalan yang disediakan Restoran Saung Hejo adalah Ayam Bakakak, Nasi Timbel Komplit, dan Gurame. “Menu gurame kami, terdiri dari beberapa pilihan, seperti Gurame Goreng, Gurame Asam Manis, dan Gurame Bakar,” jelasnya.
Ayam Bakakak khas Saung Hejo, imbuh Nita, disajikan dengan lalapan dan sambal dua rasa, yaitu sambal kecap dan sambal terasi yang ditawarkan dengan harga Rp 45.000 per porsi. “Nasi Timbel Komplit kami bandrol Rp 18.500 dengan lauk ayam, untuk lauk empal harganya Rp 19.000. Sedangkan Gurame harganya tergantung berat. Untuk yang beratnya 600 gram dihargai Rp 37.500, yang beratnya 800 gram kami beri harga Rp 47.500,” paparnya.
Menu Nasi Timbel Komplit, sebagai salah satu menu andalan Restoran Saung Hejo, memiliki rasa istimewa yang sangat berbeda dengan rasa nasi timbel komplit yang biasa ditemukan di tempat lain. Bukan saja lauk-lauknya, sambal lalapannya pun memiliki rasa yang cukup istimewa.
Sesuap nasi timbel komplit, dijamin mampu mengangkat selera makan. Apalagi bila diberi sedikit sambal, sehingga rasa pedas langsung ngagegel di ujung lidah. Jangan lupa meniup-niup dulu kepulan asap untuk menghilangkan rasa panas dari nasi timbel yang disajikan. Di situlah letak kenikmatan menyantap nasi timbel komplit ala Restoran Saung Hejo.
Selain menu makanan, Restoran Saung Hejo juga menyediakan menu minuman yang sangat diminati pengunjung, yaitu Jeruk Kelapa, yaitu paduan air kelapa muda dan air perasa jeruk yang diblended sehingga menghasilkan rasa minuman yang sangat menyegarkan. “Jeruk Kelapa kami jual dengan harga Rp 8.500 per gelas,” ujar Nita.
“Meski menu-menu masakan di sini, merupakan sajian yang umum dan tanpa kreasi inovasi, soal rasa tetap kami perhatikan sehingga dalam hal rasa dan penyajiannya memiliki nuansa khas Saung Hejo yang sesuai lidah semua pengunjung,” papar Nita.
Nita juga mengatakan, Restoran Saung Hejo menerima reservasi untuk berbagai acara, seperti meeting, seminar, wedding, ulang tahun, dan arisan. Luas tempatnya yang sangat memungkinkan, merupakan salah satu keunggulan tempat itu. “Biasanya, paling lambat pemesan melakukan reservasi seminggu sebelumnya dengan down payment 40 persen dari total pesanan,” ujarnya.
Untuk meningkatkan pelayanan, imbuh Nita, resto itu juga menyediakan peralatan karaoke yang dapat digunakan para pengunjung. “Pengunjung dapat bernyanyi untuk menghibur diri dan para pengunjung lain, sehingga akan membuat pengunjung resto kami lebih betah dan rindu untuk kembali lagi,” tandasnya.
Rudi D. Sukmana
MP Lasagna Gulung
Sensasi Unik Kelembutan Pasta
Bogor, Jurnal Bogor
MP Lasagna Gulung yang dibuka sejak 24 September 2007, merupakan salah satu dari hasil kolaborasi usaha terbaru tiga serangkai Srikandi kuliner Kota Bogor, yaitu Titin Kuraesin, Susi Gunadi, dan Baby Ahnan, setelah Pia Apple Pie, Macaroni Panggang, dan Death By Chocolate yang mampu berada dalam jajaran ikon kuliner Kota Bogor.
Lokasi MP Lasagna Gulung yang bersebelahan dengan Macaroni Panggang di Jl. Salak No.24 Bogor sendiri, menyuguhkan tampilan tempat yang teduh dan asri. Sangat nyaman disinggahi para pengunjung untuk melepas penat sambil menyantap menu-menu pilihan yang disajikan. Sebuah kolam ikan dan sepasang ayunan, melengkapi keasrian taman resto itu.
Supervisor MP Lasagna Gulung Agus Suherman mengatakan, tempat yang turut dikelolanya itu menyediakan sedikitnya 60 tempat duduk, baik kursi maupun lesehan. “Untuk lesehan, kami menyediakan tempat di saung depan, sehingga pengunjung tempat kami dapat lebih bersantai menikmati sajian menu kami,” ujar Agus kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Agus, para karyawan resto yang berjumlah 29 orang, setiap harinya siap melayani para tamu yang datang ke tempat yang memiliki luas area makan lebih dari 300 meter persegi. “Kami juga memiliki tempat parkir mobil yang mampu menampung sekitar 7 mobil,” sahutnya.
MP Lasagna Gulung, imbuh Agus, dibuka setiap hari mulai pukul 10.00 sampai pukul 21.00. Meski masih berada dalam satu naungan pemilik, manajemen MP Lasagna Gulung berbeda dengan tetangga sebelah lokasinya Macaroni Panggang. “Selain beda manajemen, menu yang ditawarkan pun berbeda,” tukasnya.
Menu-menu yang disediakan MP Lasagna Gulung, menurut Agus, berjumlah lebih dari 50 menu makanan dan minuman. Selain menyediakan menu masakan yang fresh from the kitchen, resto itu juga menjual produk ikan asin siap santap yang sudah dikemas dalam botol cantik. “Ikan asin produksi kami, hanya dijual di sini,” ujarnya.
Tersedia empat macam pilihan rasa untuk produk ikan asin siap santap yang ditawarkan MP Lasagna Gulung, yaitu tongkol dan teri yang diberi harga Rp 23.000 per botol, gabus seharga Rp 28.000 dan galafea, ikan khas dari Manado yang dibandrol dengan harga Rp 29.000.
Menu utama, yaitu Lasagna Gulung ditawarkan dalam tiga pilihan, Lasagna Gulung Tuna, Lasagna Gulung Kerang, dan Lasagna Gulung Ayam yang masing-masing dibandrol dengan harga sama, Rp 54.000 per porsi.
Selain menu utama yang digemari para pengunjung resto itu, menu-menu lain turut disediakan, seperti aneka sup, aneka sate ikan, salad gulung, siomai sea food, nasi goring, aneka canapĂ©, asinan, hingga menu minuman baik panas maupun dingin. “Range harga menu-menu kami mulai dari Rp 4.000 sampai Rp 54.000,” papar Agus.
Lasagna, imbuh Agus, merupakan menu masakan yang berasal dari Itali. Menu itu termasuk dalam katagori pasta, seperti halnya spaghetti dan macaroni. “Keunggulan semua menu di tempat kami diproses dari bahan-bahan yang bebas bahan pengawet,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, saus-saus yang diberikan pun merupakan saus yang dibuat sendiri oleh MP Lasagna Gulung. “Lasagna identik dengan keju dan saus. Untuk kejunya, kami mempergunakan empat jenis keju. Sedangkan saus yang kami berikan, seperti saus tomat dan saus susu, semuanya murni hasil proses pembuatan kami,” terang Agus.
Agus memberikan contoh, saus susu yang dibuat dari susu sapi murni non kemasan dicampur dengan kaldu ikan yang sudah mengalami proses dengan cara tradisional, yaitu dimasak di atas api kecil selama 24 jam. “Proses itu membuat citarasa lasagna kami berbeda dan sangat istimewa,” katanya.
Mencicipi lasagna khas MP Lasagna Gulung, memang menyuguhkan sebuah citarasa gurih dengan kelezatan keju yang sangat kental. Kulit lasagna yang cenderung keras sangat padu dengan kelembutan isinya yang lebih mirip seperti krim. Rasa yang dikenal lidah, lasagna mirip seperti pizza. Sama-sama masakan dari Itali.
Rudi D. Sukmana
Bogor, Jurnal Bogor
MP Lasagna Gulung yang dibuka sejak 24 September 2007, merupakan salah satu dari hasil kolaborasi usaha terbaru tiga serangkai Srikandi kuliner Kota Bogor, yaitu Titin Kuraesin, Susi Gunadi, dan Baby Ahnan, setelah Pia Apple Pie, Macaroni Panggang, dan Death By Chocolate yang mampu berada dalam jajaran ikon kuliner Kota Bogor.
Lokasi MP Lasagna Gulung yang bersebelahan dengan Macaroni Panggang di Jl. Salak No.24 Bogor sendiri, menyuguhkan tampilan tempat yang teduh dan asri. Sangat nyaman disinggahi para pengunjung untuk melepas penat sambil menyantap menu-menu pilihan yang disajikan. Sebuah kolam ikan dan sepasang ayunan, melengkapi keasrian taman resto itu.
Supervisor MP Lasagna Gulung Agus Suherman mengatakan, tempat yang turut dikelolanya itu menyediakan sedikitnya 60 tempat duduk, baik kursi maupun lesehan. “Untuk lesehan, kami menyediakan tempat di saung depan, sehingga pengunjung tempat kami dapat lebih bersantai menikmati sajian menu kami,” ujar Agus kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Agus, para karyawan resto yang berjumlah 29 orang, setiap harinya siap melayani para tamu yang datang ke tempat yang memiliki luas area makan lebih dari 300 meter persegi. “Kami juga memiliki tempat parkir mobil yang mampu menampung sekitar 7 mobil,” sahutnya.
MP Lasagna Gulung, imbuh Agus, dibuka setiap hari mulai pukul 10.00 sampai pukul 21.00. Meski masih berada dalam satu naungan pemilik, manajemen MP Lasagna Gulung berbeda dengan tetangga sebelah lokasinya Macaroni Panggang. “Selain beda manajemen, menu yang ditawarkan pun berbeda,” tukasnya.
Menu-menu yang disediakan MP Lasagna Gulung, menurut Agus, berjumlah lebih dari 50 menu makanan dan minuman. Selain menyediakan menu masakan yang fresh from the kitchen, resto itu juga menjual produk ikan asin siap santap yang sudah dikemas dalam botol cantik. “Ikan asin produksi kami, hanya dijual di sini,” ujarnya.
Tersedia empat macam pilihan rasa untuk produk ikan asin siap santap yang ditawarkan MP Lasagna Gulung, yaitu tongkol dan teri yang diberi harga Rp 23.000 per botol, gabus seharga Rp 28.000 dan galafea, ikan khas dari Manado yang dibandrol dengan harga Rp 29.000.
Menu utama, yaitu Lasagna Gulung ditawarkan dalam tiga pilihan, Lasagna Gulung Tuna, Lasagna Gulung Kerang, dan Lasagna Gulung Ayam yang masing-masing dibandrol dengan harga sama, Rp 54.000 per porsi.
Selain menu utama yang digemari para pengunjung resto itu, menu-menu lain turut disediakan, seperti aneka sup, aneka sate ikan, salad gulung, siomai sea food, nasi goring, aneka canapĂ©, asinan, hingga menu minuman baik panas maupun dingin. “Range harga menu-menu kami mulai dari Rp 4.000 sampai Rp 54.000,” papar Agus.
Lasagna, imbuh Agus, merupakan menu masakan yang berasal dari Itali. Menu itu termasuk dalam katagori pasta, seperti halnya spaghetti dan macaroni. “Keunggulan semua menu di tempat kami diproses dari bahan-bahan yang bebas bahan pengawet,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, saus-saus yang diberikan pun merupakan saus yang dibuat sendiri oleh MP Lasagna Gulung. “Lasagna identik dengan keju dan saus. Untuk kejunya, kami mempergunakan empat jenis keju. Sedangkan saus yang kami berikan, seperti saus tomat dan saus susu, semuanya murni hasil proses pembuatan kami,” terang Agus.
Agus memberikan contoh, saus susu yang dibuat dari susu sapi murni non kemasan dicampur dengan kaldu ikan yang sudah mengalami proses dengan cara tradisional, yaitu dimasak di atas api kecil selama 24 jam. “Proses itu membuat citarasa lasagna kami berbeda dan sangat istimewa,” katanya.
Mencicipi lasagna khas MP Lasagna Gulung, memang menyuguhkan sebuah citarasa gurih dengan kelezatan keju yang sangat kental. Kulit lasagna yang cenderung keras sangat padu dengan kelembutan isinya yang lebih mirip seperti krim. Rasa yang dikenal lidah, lasagna mirip seperti pizza. Sama-sama masakan dari Itali.
Rudi D. Sukmana
Ibu Rumah Tangga Pun Bisa Jadi Pengusaha
Bogor, Jurnal Bogor
Sebagai ibu rumah tangga biasa yang berkiprah dalam bisnis kuliner, Sari Yudanti dan Harsi Wardhani sejak 2006 menjalankan usaha Rumah Salak yang terletak di Jl. Salak No.30 Bogor.
Menurut Danti, ibu rumah tangga pun bisa menjadi pengusaha, namun harus disadari membuka usaha itu tidak semudah membalikkan tangan. “Orang selalu menilai hasil akhirnya, tidak pernah melihat prosesnya,” ungkap Danti kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Danti, berhasil atau tidaknya suatu usaha pasti ada proses yang membutuhkan pengorbanan moril maupun materiil. “Semangat saja tidak cukup, karena semangat harus disertai dengan sikap tegas, keras dan tahu kapan harus mengambil keputusan yang tepat di saat yang paling kritis,” tegasnya.
Danti juga mengatakan, pada awal ia membuka usaha rumah makan, yang pertama dirubahnya adalah pola pikir. “Kebayang nggak sih, dari ibu rumah tangga yang terbiasa tidak pernah berhitung, tiba-tiba harus menjadi orang yang penuh perhitungan,” sahutnya.
Dengan cita-cita membuka satu rumah makan yang sehat, Danti dan Harsi mewujudkan menu-menu di mana makanan yang keluar dari dapur tidak mempunyai efek samping bagi tubuh yang menyantapnya. “Karena itu kami memutuskan untuk tidak memakai bumbu penyedap di rumah makan kami,” ujar Danti.
Pada awalnya, imbuh Danti, semua menyangsikan hal itu. Bila tak diawasi, para koki yang bekerja di Rumah Salak kadang masih menggunakan chicken powder sebagai penyedap rasa. “Untuk merubah kebiasaan itu butuh waktu yang tidak sebentar,” sahutnya.
Selain itu, Danti dan Harsi menginginkan setiap masakan yang keluar dari dapur resto harus mempunyai citarasa yang sama. Hal itupun dikatakan Danti tidak mudah, karena para koki selalu beranggapan lain tangan lain rasa. “Kami bersikeras bila takaran dan cara masaknya sama, hasilnya pasti akan sama,” tukasnya.
Menurut Danti, memasak adalah sesuatu yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian, bukan
hanya sekedar bakat. Sebagai seorang dokter gigi yang membuka praktik di rumahnya, Danti disibukkan dengan praktiknya sebagai dokter gigi dan usahanya di bidang kuliner. “Pada awalnya, banyak pasien saya yang terbengkalai, namun saat ini semua sudah dapat diatasi,” ungkapnya.
Ketika ditanyakan, kiat untuk sukses dalam usaha, Danti dan Harsi mengatakan, merupakan hal yang biasa bila menjadi frustasi, kesal, marah, dan salah mengambil keputusan dalam berusaha. “Yang penting, bagaimana sikap dalam menghadapi dan mengatasi semua rintangan dengan bijaksana dan mau belajar dari kesalahan,” ujar mereka seraya menambahkan totalitas, fokus, dan semangat harus tetap dijaga.
Rudi D. Sukmana
Sebagai ibu rumah tangga biasa yang berkiprah dalam bisnis kuliner, Sari Yudanti dan Harsi Wardhani sejak 2006 menjalankan usaha Rumah Salak yang terletak di Jl. Salak No.30 Bogor.
Menurut Danti, ibu rumah tangga pun bisa menjadi pengusaha, namun harus disadari membuka usaha itu tidak semudah membalikkan tangan. “Orang selalu menilai hasil akhirnya, tidak pernah melihat prosesnya,” ungkap Danti kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Danti, berhasil atau tidaknya suatu usaha pasti ada proses yang membutuhkan pengorbanan moril maupun materiil. “Semangat saja tidak cukup, karena semangat harus disertai dengan sikap tegas, keras dan tahu kapan harus mengambil keputusan yang tepat di saat yang paling kritis,” tegasnya.
Danti juga mengatakan, pada awal ia membuka usaha rumah makan, yang pertama dirubahnya adalah pola pikir. “Kebayang nggak sih, dari ibu rumah tangga yang terbiasa tidak pernah berhitung, tiba-tiba harus menjadi orang yang penuh perhitungan,” sahutnya.
Dengan cita-cita membuka satu rumah makan yang sehat, Danti dan Harsi mewujudkan menu-menu di mana makanan yang keluar dari dapur tidak mempunyai efek samping bagi tubuh yang menyantapnya. “Karena itu kami memutuskan untuk tidak memakai bumbu penyedap di rumah makan kami,” ujar Danti.
Pada awalnya, imbuh Danti, semua menyangsikan hal itu. Bila tak diawasi, para koki yang bekerja di Rumah Salak kadang masih menggunakan chicken powder sebagai penyedap rasa. “Untuk merubah kebiasaan itu butuh waktu yang tidak sebentar,” sahutnya.
Selain itu, Danti dan Harsi menginginkan setiap masakan yang keluar dari dapur resto harus mempunyai citarasa yang sama. Hal itupun dikatakan Danti tidak mudah, karena para koki selalu beranggapan lain tangan lain rasa. “Kami bersikeras bila takaran dan cara masaknya sama, hasilnya pasti akan sama,” tukasnya.
Menurut Danti, memasak adalah sesuatu yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian, bukan
hanya sekedar bakat. Sebagai seorang dokter gigi yang membuka praktik di rumahnya, Danti disibukkan dengan praktiknya sebagai dokter gigi dan usahanya di bidang kuliner. “Pada awalnya, banyak pasien saya yang terbengkalai, namun saat ini semua sudah dapat diatasi,” ungkapnya.
Ketika ditanyakan, kiat untuk sukses dalam usaha, Danti dan Harsi mengatakan, merupakan hal yang biasa bila menjadi frustasi, kesal, marah, dan salah mengambil keputusan dalam berusaha. “Yang penting, bagaimana sikap dalam menghadapi dan mengatasi semua rintangan dengan bijaksana dan mau belajar dari kesalahan,” ujar mereka seraya menambahkan totalitas, fokus, dan semangat harus tetap dijaga.
Rudi D. Sukmana
Kebab, Jajanan Timur Tengah Versi Indonesia
Bogor, Jurnal Bogor
Kebab yang pernah saya tahu, pada awal menu ini booming di Indonesia dengan indikasi banyak bermunculan stand yang menjual makanan khas dari Timur Tengah itu, adalah Kebab Doner. Doner kebab sendiri merupakan Bahasa Turki, yang secara harfiah berarti panggang berpusing, yaitu nama sebuah hidangan yang dibuat dari isi daging biri-biri, kambing, lembu, atau ayam.
Sebagian orang yang mengerti menu-menu masakan asal Timur Tengah, selalu membandingkan kebab doner dengan shawarma dan gyros, mungkin karena bahan utama menu itu menggunakan daging yang sama. Padahal, bila dilihat dari negara asalnya, kebab doner berasal dari Turki, shawarma dari jazirah Arab, dan gyros dari Yunani. Bila diperhatikan dengan seksama pun, dari kepadatan dan bentuk tekstur dagingnya, kebab doner dengan shawarma atau gyros berbeda.
Kebab doner yang disajikan itu, terdiri dari irisan-irisan tipis daging kebab yang ditaruh di atas roti leper, yaitu sejenis tortilla. Kemudian diberi salad, seperti garnis, ketimun, dan bawang Bombay yang telah dicincang. Untuk menambah rasa, di atasnya dilumuri dengan mayones, saus sambal, dan saus tomat. Penyajiannya, roti leper yang biasa disebut penjajanya libanis dilipat atau digulung membalut seluruh isi, mirip seperti menu crepes.
Saat ini, penjaja kebab doner lebih dikenal cukup dengan nama kebab saja. Banyak dari penjaja kebab merupakan waralaba dari berbagai perusahaan. Di berbagai tempat di Kota Bogor, kita bisa menemukan stand penjaja kebab yang biasanya mangkal di teras depan waralaba minimarket. Satu menu kebab dijajakan dalam beberapa pilihan, yaitu kecil, sedang, dan besar dengan harga beragam pula mulai Rp 5.000.
Menikmati kebab ala waralaba itu, seperti menikmati sajian waralaba lain, karena citarasa menu kebab yang disuguhkan tidak begitu jauh berbeda dengan citarasa menu crepes yang lebih dulu booming. Yang membedakan hanyalah rasa kayu manis yang cukup jelas dari irisan-irisan tipis daging kebab itu.
Saya teringat dengan awal pertama mengenal menu kebab di sebuah restoran Timur Tengah di Jakarta beberapa tahun lalu. Kebab yang dipanggang mendatar itu, potongannya tebal, mirip steak, dengan citarasa yang mampu menghadirkan nuansa padang pasir. Sangat middle east, tanpa mayones dan saus sambal. Menu kebab itu disajikan dengan kuah kari yang sangat kental.
Meski demikian, kebab ala stand itu cukup mampu menjadi satu ikon jajanan kuliner pengganjal perut. Sebuah food for fun menu, seperti layaknya siomai, otak-otak, dan toge goreng. Jangan berharap mendapatkan kepuasan menikmati seporsi kebab, karena memang dirancang khusus untuk membuat konsumen ketagihan untuk membeli lagi, dan lagi.
Rudi D. Sukmana
Kebab yang pernah saya tahu, pada awal menu ini booming di Indonesia dengan indikasi banyak bermunculan stand yang menjual makanan khas dari Timur Tengah itu, adalah Kebab Doner. Doner kebab sendiri merupakan Bahasa Turki, yang secara harfiah berarti panggang berpusing, yaitu nama sebuah hidangan yang dibuat dari isi daging biri-biri, kambing, lembu, atau ayam.
Sebagian orang yang mengerti menu-menu masakan asal Timur Tengah, selalu membandingkan kebab doner dengan shawarma dan gyros, mungkin karena bahan utama menu itu menggunakan daging yang sama. Padahal, bila dilihat dari negara asalnya, kebab doner berasal dari Turki, shawarma dari jazirah Arab, dan gyros dari Yunani. Bila diperhatikan dengan seksama pun, dari kepadatan dan bentuk tekstur dagingnya, kebab doner dengan shawarma atau gyros berbeda.
Kebab doner yang disajikan itu, terdiri dari irisan-irisan tipis daging kebab yang ditaruh di atas roti leper, yaitu sejenis tortilla. Kemudian diberi salad, seperti garnis, ketimun, dan bawang Bombay yang telah dicincang. Untuk menambah rasa, di atasnya dilumuri dengan mayones, saus sambal, dan saus tomat. Penyajiannya, roti leper yang biasa disebut penjajanya libanis dilipat atau digulung membalut seluruh isi, mirip seperti menu crepes.
Saat ini, penjaja kebab doner lebih dikenal cukup dengan nama kebab saja. Banyak dari penjaja kebab merupakan waralaba dari berbagai perusahaan. Di berbagai tempat di Kota Bogor, kita bisa menemukan stand penjaja kebab yang biasanya mangkal di teras depan waralaba minimarket. Satu menu kebab dijajakan dalam beberapa pilihan, yaitu kecil, sedang, dan besar dengan harga beragam pula mulai Rp 5.000.
Menikmati kebab ala waralaba itu, seperti menikmati sajian waralaba lain, karena citarasa menu kebab yang disuguhkan tidak begitu jauh berbeda dengan citarasa menu crepes yang lebih dulu booming. Yang membedakan hanyalah rasa kayu manis yang cukup jelas dari irisan-irisan tipis daging kebab itu.
Saya teringat dengan awal pertama mengenal menu kebab di sebuah restoran Timur Tengah di Jakarta beberapa tahun lalu. Kebab yang dipanggang mendatar itu, potongannya tebal, mirip steak, dengan citarasa yang mampu menghadirkan nuansa padang pasir. Sangat middle east, tanpa mayones dan saus sambal. Menu kebab itu disajikan dengan kuah kari yang sangat kental.
Meski demikian, kebab ala stand itu cukup mampu menjadi satu ikon jajanan kuliner pengganjal perut. Sebuah food for fun menu, seperti layaknya siomai, otak-otak, dan toge goreng. Jangan berharap mendapatkan kepuasan menikmati seporsi kebab, karena memang dirancang khusus untuk membuat konsumen ketagihan untuk membeli lagi, dan lagi.
Rudi D. Sukmana
Es Teler 77
Menu Asli Indonesia yang Mendunia
Bogor, Jurnal Bogor
Di mulai dari satu warung tenda kecil di samping sebuah gedung pertokoan di Jakarta pada 1982, saat ini Es Teler 77 merupakan brand yang menjadi trend setter menu-menu asli Indonesia yang telah berkembang lebih dari 200 tempat di seluruh Indonesia, bahkan telah merambah ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Australia.
Salah satu fast food outlet Es Teler 77 yang dapat dikunjung warga Kota Bogor, berlokasi di Botani Square lantai dasar, tepat di depan Giant. Di tempat itu, Es Teler 77 telah hadir sejak dibukanya Botani Square pada 2005.
Dengan sitting capacity yang mampu menampung lebih dari 40 pengunjung dan pelayanan yang ramah serta profesional dari 14 krew yang tampak selalu sibuk, resto itu menyediakan 35 menu yang terbagi menjadi tiga katagori, yaitu snack, makanan, dan minuman.
Menurut Pimpinan Cabang Es Teler 77 Botani Square Roslita, snack yang disediakan resto itu terdiri dari enam macam makanan dengan harga mulai Rp 8.000 sampai Rp 11.000, di antaranya otak-otak goreng yang diberi harga Rp 10.000 per porsi. Untuk menu makanan, terdiri dari 18 jenis makanan dengan harga mulai Rp 3.500 untuk satu porsi nasi putih sampai Rp 19.000 untuk satu paket ayam goreng.
“Untuk menu minumannya, kami menyediakan 10 menu pilihan, yaitu es teler, es kelapa, es alpukat, es nangka, es gaul, soda gembira, lemon tea, soft drink, teh botol, dan air mineral,” papar Roslita seraya menambahkan, harga minuman berkisar Rp 3.500 untuk air mineral dan teh botol sampai Rp 10.000 untuk satu porsi es teler.
Dikatakan Roslita, masing-masing katagori memiliki menu andalan yang menjadi favorit para pengunjung, seperti katagori snack yang mengunggulkan menu otak-otak gorengnya. “Untuk menu makanan, favorit pengunjung adalah mie ayam. Sedangkan menu minumannya, es teler tetap menjadi favorit,” ungkap Roslita kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Roslita, Es Teler 77 menawarkan makanan dan minuman Indonesia yang dibuat dari resep racikan Murniati Widjaja, yang pernah menjadi juara Indonesia dalam perlombaan membuat minuman tradisional Indonesia, yaitu es teler yang kemudian menjadi produk utama Es Teler 77. “Saat ini, beliau menjadi Komisaris dari PT. Top Food Indonesia, sebagai perusahaan yang mengelola usaha Es Teler 77,” jelasnya.
Roslita juga mengatakan, mekanisme Es Teler 77 yang menerapkan sistem waralaba atau franchise, yang didukung olah sistem manajemen yang baik dan strategi pemasaran yang unik, menjadikan Es Teler 77 berhasil bersaing dan menerobos beragam pasar termasuk di luar Indonesia. “Tujuannya untuk memperluas jaringan bisnis Es Teler 77 dengan cara kerjasama yang saling menguntungkan,” terangnya.
Kangen dengan kesegaran rasa khas Es Teler 77, seporsi es teler pun dipesan. Karena telah menerapkan sistem fast food yang telah mendapatkan ISO 9001, dalam sekejap satu porsi es teler ala resto itu terhidang di hadapan. Tampilannya tetap tidak berubah sejak dulu, selalu menarik selera.
Rasa es teller versi Es Teler 77 sendiri, memang tidak pernah berubah. Kesegaran yang membawa kenikmatan tersendiri dalam menyantap es teler itu, memang berbeda dengan kesegaran dari es teler yang disajikan tempat makan lain. Menurut Roslita, hal itu disebabkan, es teler khas hasil racikan Es Teler 77 menggunakan sirup yang berbeda. “Kuncinya terletak pada sirup yang diberikan, sirup itu orisinil buatan Es Teler 77,” ungkapnya.
Es teler dari Es Teler 77, memang menawarkan sensasi kesegaran yang luar biasa. Sebuah modifikasi menu dari menu es campur yang memang fenomenal, karena memasukkan lebih dari sepuluh jenis bahan dalam satu porsi menu, seperti nangka, kelapa muda, alpukat, agar-agar, sampai es serut yang bercampur dengan susu kental manis.
Teringat ketika menu minuman itu baru kali pertama booming di Indonesia. Hampir semua tempat makan menyediakan es teler dalam daftar menunya. Bahkan, dinamakan es teler karena citarasanya mampu membuat teler semua yang menyantap menu itu. Teler dalam artian, membuat mabuk kepayang dan jatuh cinta pada rasa yang disuguhkan.
Rudi D. Sukmana
Bogor, Jurnal Bogor
Di mulai dari satu warung tenda kecil di samping sebuah gedung pertokoan di Jakarta pada 1982, saat ini Es Teler 77 merupakan brand yang menjadi trend setter menu-menu asli Indonesia yang telah berkembang lebih dari 200 tempat di seluruh Indonesia, bahkan telah merambah ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Australia.
Salah satu fast food outlet Es Teler 77 yang dapat dikunjung warga Kota Bogor, berlokasi di Botani Square lantai dasar, tepat di depan Giant. Di tempat itu, Es Teler 77 telah hadir sejak dibukanya Botani Square pada 2005.
Dengan sitting capacity yang mampu menampung lebih dari 40 pengunjung dan pelayanan yang ramah serta profesional dari 14 krew yang tampak selalu sibuk, resto itu menyediakan 35 menu yang terbagi menjadi tiga katagori, yaitu snack, makanan, dan minuman.
Menurut Pimpinan Cabang Es Teler 77 Botani Square Roslita, snack yang disediakan resto itu terdiri dari enam macam makanan dengan harga mulai Rp 8.000 sampai Rp 11.000, di antaranya otak-otak goreng yang diberi harga Rp 10.000 per porsi. Untuk menu makanan, terdiri dari 18 jenis makanan dengan harga mulai Rp 3.500 untuk satu porsi nasi putih sampai Rp 19.000 untuk satu paket ayam goreng.
“Untuk menu minumannya, kami menyediakan 10 menu pilihan, yaitu es teler, es kelapa, es alpukat, es nangka, es gaul, soda gembira, lemon tea, soft drink, teh botol, dan air mineral,” papar Roslita seraya menambahkan, harga minuman berkisar Rp 3.500 untuk air mineral dan teh botol sampai Rp 10.000 untuk satu porsi es teler.
Dikatakan Roslita, masing-masing katagori memiliki menu andalan yang menjadi favorit para pengunjung, seperti katagori snack yang mengunggulkan menu otak-otak gorengnya. “Untuk menu makanan, favorit pengunjung adalah mie ayam. Sedangkan menu minumannya, es teler tetap menjadi favorit,” ungkap Roslita kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Roslita, Es Teler 77 menawarkan makanan dan minuman Indonesia yang dibuat dari resep racikan Murniati Widjaja, yang pernah menjadi juara Indonesia dalam perlombaan membuat minuman tradisional Indonesia, yaitu es teler yang kemudian menjadi produk utama Es Teler 77. “Saat ini, beliau menjadi Komisaris dari PT. Top Food Indonesia, sebagai perusahaan yang mengelola usaha Es Teler 77,” jelasnya.
Roslita juga mengatakan, mekanisme Es Teler 77 yang menerapkan sistem waralaba atau franchise, yang didukung olah sistem manajemen yang baik dan strategi pemasaran yang unik, menjadikan Es Teler 77 berhasil bersaing dan menerobos beragam pasar termasuk di luar Indonesia. “Tujuannya untuk memperluas jaringan bisnis Es Teler 77 dengan cara kerjasama yang saling menguntungkan,” terangnya.
Kangen dengan kesegaran rasa khas Es Teler 77, seporsi es teler pun dipesan. Karena telah menerapkan sistem fast food yang telah mendapatkan ISO 9001, dalam sekejap satu porsi es teler ala resto itu terhidang di hadapan. Tampilannya tetap tidak berubah sejak dulu, selalu menarik selera.
Rasa es teller versi Es Teler 77 sendiri, memang tidak pernah berubah. Kesegaran yang membawa kenikmatan tersendiri dalam menyantap es teler itu, memang berbeda dengan kesegaran dari es teler yang disajikan tempat makan lain. Menurut Roslita, hal itu disebabkan, es teler khas hasil racikan Es Teler 77 menggunakan sirup yang berbeda. “Kuncinya terletak pada sirup yang diberikan, sirup itu orisinil buatan Es Teler 77,” ungkapnya.
Es teler dari Es Teler 77, memang menawarkan sensasi kesegaran yang luar biasa. Sebuah modifikasi menu dari menu es campur yang memang fenomenal, karena memasukkan lebih dari sepuluh jenis bahan dalam satu porsi menu, seperti nangka, kelapa muda, alpukat, agar-agar, sampai es serut yang bercampur dengan susu kental manis.
Teringat ketika menu minuman itu baru kali pertama booming di Indonesia. Hampir semua tempat makan menyediakan es teler dalam daftar menunya. Bahkan, dinamakan es teler karena citarasanya mampu membuat teler semua yang menyantap menu itu. Teler dalam artian, membuat mabuk kepayang dan jatuh cinta pada rasa yang disuguhkan.
Rudi D. Sukmana
Chef Rudi: 30 Tahun Di Jagat Kuliner
Bogor, Jurnal Bogor
Rudi Didi Syafrudin layak dijuluki seorang Master Chef. Betapa tidak, sedikitnya 30 tahun Rudi sudah berkecimpung di jagat perkulineran. Ketika ditemui di tempat kerjanya di Vu’s Lounge, restokafe eksklusif yang berada di Jl. Pajajaran, Rudi tanpa segan menuturkan pengalaman-pengalaman dan resep-resep rahasia yang menjadikan makanan hasil masakannya memiliki citarasa yang istimewa.
Dikatakan Rudi, selama tigapuluh tahun malang melintang menjadi juru masak, hampir separuh bumi sudah dirambahnya. “Saya pernah bekerja sebagai chef di berbagai hotel berbintang hampir di seluruh dunia, seperti Swiss Bell Hotel di Swiss, lalu Austria, Canada, Australia, beberapa negara di Timur Tengah, dan Cina,” ujar Rudi kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Hasil dari perjalanan yang sarat dengan pengalaman itu membuat Rudi mudah untuk berinovasi dan berkreasi berbagai jenis menu masakan. “Saya menguasai menu-menu ala Eropa, Western, Oriental, dan Timur Tengah, selain menu dasar saya, Indonesian Food,” sahut Rudi.
Rudi sendiri mengaku, tidak mendapatkan pendidikan kuliner dari bangku sekolah. “Semua menu-menu saya kuasai secara otodidak dan hasil belajar dari para Master Chef bertaraf internasional di luar negeri,” terangnya.
Salah satu menu yang kini menjadi andalan Rudi di Vu’s Lounge, adalah seporsi menu nasi goreng yang dinamainya Fusion Food Cayma. “Menu itu memadukan racikan bumbu dasar nasi goreng tradisional dengan racikan bumbu dasar nasi goreng oriental secara pas, sehingga menghasilkan satu citarasa nasi goreng baru yang orisinil,” paparnya.
Menu itu, imbuh Rudi, banyak dipesan para pengunjung Vu’s Lounge, karena harga yang ditawarkan cukup terjangkau, tidak lebih dari Rp 20.000 untuk satu porsi sajian istimewa itu. Secara spontan, Rudi pun mengajak saya untuk memperhatikannya mendemontrasikan Fusion Food Cayma ala Chef Rudi.
Di dapur Vu’s Lounge, tangan Rudi sangat cekatan memotong, mencincang, dan meracik bumbu-bumbu dasar yang karena code of conduct sesama juru masak, tidak dapat saya beberkan di sini. Secara umum, menu special itu membutuhkan bahan-bahan sea food, seperti udang dan cumi, di samping suwiran ayam dan telur.
Hanya dalam tempo kurang dari sepuluh menit, seporsi Fusion Food Cayma pun telah tertata dengan tampilan hotel berbintang bertaraf internasional. Aroma yang merebak, benar-benar membangkitkan selera makan. Rasanya pun, wow.. sangat istimewa. Mungkin, bila Bondan Wisata Kuliner itu mencicipi, dia akan mengatakan, “Mararaknyusss…”
Rudi D. Sukmana
Rudi Didi Syafrudin layak dijuluki seorang Master Chef. Betapa tidak, sedikitnya 30 tahun Rudi sudah berkecimpung di jagat perkulineran. Ketika ditemui di tempat kerjanya di Vu’s Lounge, restokafe eksklusif yang berada di Jl. Pajajaran, Rudi tanpa segan menuturkan pengalaman-pengalaman dan resep-resep rahasia yang menjadikan makanan hasil masakannya memiliki citarasa yang istimewa.
Dikatakan Rudi, selama tigapuluh tahun malang melintang menjadi juru masak, hampir separuh bumi sudah dirambahnya. “Saya pernah bekerja sebagai chef di berbagai hotel berbintang hampir di seluruh dunia, seperti Swiss Bell Hotel di Swiss, lalu Austria, Canada, Australia, beberapa negara di Timur Tengah, dan Cina,” ujar Rudi kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Hasil dari perjalanan yang sarat dengan pengalaman itu membuat Rudi mudah untuk berinovasi dan berkreasi berbagai jenis menu masakan. “Saya menguasai menu-menu ala Eropa, Western, Oriental, dan Timur Tengah, selain menu dasar saya, Indonesian Food,” sahut Rudi.
Rudi sendiri mengaku, tidak mendapatkan pendidikan kuliner dari bangku sekolah. “Semua menu-menu saya kuasai secara otodidak dan hasil belajar dari para Master Chef bertaraf internasional di luar negeri,” terangnya.
Salah satu menu yang kini menjadi andalan Rudi di Vu’s Lounge, adalah seporsi menu nasi goreng yang dinamainya Fusion Food Cayma. “Menu itu memadukan racikan bumbu dasar nasi goreng tradisional dengan racikan bumbu dasar nasi goreng oriental secara pas, sehingga menghasilkan satu citarasa nasi goreng baru yang orisinil,” paparnya.
Menu itu, imbuh Rudi, banyak dipesan para pengunjung Vu’s Lounge, karena harga yang ditawarkan cukup terjangkau, tidak lebih dari Rp 20.000 untuk satu porsi sajian istimewa itu. Secara spontan, Rudi pun mengajak saya untuk memperhatikannya mendemontrasikan Fusion Food Cayma ala Chef Rudi.
Di dapur Vu’s Lounge, tangan Rudi sangat cekatan memotong, mencincang, dan meracik bumbu-bumbu dasar yang karena code of conduct sesama juru masak, tidak dapat saya beberkan di sini. Secara umum, menu special itu membutuhkan bahan-bahan sea food, seperti udang dan cumi, di samping suwiran ayam dan telur.
Hanya dalam tempo kurang dari sepuluh menit, seporsi Fusion Food Cayma pun telah tertata dengan tampilan hotel berbintang bertaraf internasional. Aroma yang merebak, benar-benar membangkitkan selera makan. Rasanya pun, wow.. sangat istimewa. Mungkin, bila Bondan Wisata Kuliner itu mencicipi, dia akan mengatakan, “Mararaknyusss…”
Rudi D. Sukmana
Usi Kantin
Lezatnya Kelembutan Sate Gepuk
Bogor, Jurnal Bogor
Warga Bogor asal Jawa Timur yang merindukan citarasa masakan khas Jawa Timur, dapat melepas rasa kangennya dengan singgah ke sebuah tempat yang berlokasi di Jl. Raya Bangbarung No.8 Bogor, tepat di samping Sekolah Musik dan Vokal Purwacaraka. Tempat makan yang cukup sederhana itu bernama Usi Kantin.
Lokasi tempat yang agak menjorok ke dalam itu memang tidak dapat langsung terlihat bila melintasi Jl. Bangbarung. Spanduk yang terpasang di depan kantin, yang mencantumkan daftar makanan yang tersedia, menarik perhatian saya untuk singgah ke tempat itu. Betapa tidak, dari salah satu spanduk terpampang tulisan menu yang cukup unik bagi para petualang kuliner, yaitu Sate Gepuk.
Memasuki kantin berukuran 3 meter x 6 meter itu, saya langsung memperkenalkan diri dan maksud kedatangan. Setelah memperkenalkan diri dan diijinkan oleh Indra Setiawan, empunya tempat, untuk meliput kuliner yang menjadi andalan usahanya, tanpa ragu satu porsi sate gepuk yang menjadi menu andalan kantin itu dipesan.
Suasana Usi Kantin sendiri cukup teduh. Terdapat tiga meja kotak dan dua meja panjang yang masing-masing memuat empat bangku plastik sederhana. Mejanya sendiri ditutupi taplak plastik bermotif kotak-kotak berwarna biru, yang menampilkan merk salah satu rokok ternama di Indonesia.
Daftar menu yang disediakan di tiap meja pun saya amati. 18 daftar makanan dan minuman tercantum pada kertas berlaminating itu. Selain sate gepuk yang ditawarkan dengan harga Rp 6.000, Usi Kantin juga menyediakan rawon dan soto santan seharga masing-masing Rp 7.000, nasi putih Rp 2.000, sampai menu intel atau indomi telur yang diberi harga Rp 3.500, dan menu internet atau indomi telur kornet dengan harga Rp 5.000.
Untuk menu minuman, telah disiapkan beberapa juice buah, yaitu alpukat, mangga, tomat dan jambu yang diberi harga Rp 5.000. Selain itu juga disediakan air jeruk panas dan dingin dengan harga Rp 4.000, sampai cappuccino dan moccacino yang dibandrol dengan harga Rp 5.000.
Sambil menunggu menu pesanan yang membuat penasaran itu, Iin, sapaan akrab Indra Setiawan mengatakan, usaha yang dijalankan sejak 2007 itu dimiliki oleh Susilowati, istri dari pemilik Sekolah Musik dan Vokal Purwacaraka. “Kebetulan saya masih ada hubungan famili, sehingga saya dipercaya untuk menjalankan usaha ini,” ujar istri dari Dwi Bambang Setiawan itu.
Dikatakan Iin, hingga kini pengunjung Usi Kantin lebih didominasi oleh para murid yang belajar di sekolah itu, para karyawan sebuah klinik dan kantor salah satu partai politik yang memang berlokasi di dekat Usi Kantin.
Usi Kantin dibuka setiap hari kecuali Senin, mulai pukul 11.00 sampai pukul 19.00. “Saya mengikuti waktu les Purwacaraka. Karena setiap Senin lebih sepi dibanding hari lain, hari itu saya libur,” tukasnya.
Sate gepuk sendiri, imbuh Iin, merupakan makanan asli dari Kota Malang, Jawa Timur. “Di kota asalnya, menu ini bahkan menjadi menu andalan di salah satu restoran hotel terkemuka,” ujarnya seraya menambahkan, salah satu rumah makan yang menyediakan sate gepuk di Kota Malang sangat dikenal dan selalu dipadati pengunjung.
Di Malang sendiri, tambah Iin, sate gepuk lebih dikenal dengan nama sate kacang. “Nama Sate Gepuk saya buat karena gepuk sendiri merupakan nama khas berbahasa Sunda,” ujar ibu yang memiliki satu orang putra itu.
Setelah beberapa saat, menu pesanan itu pun tersaji di atas meja. Semangkuk kuah rawon menemani satu tusuk sate gepuk yang tersaji dengan penampilan sederhana namun apik. Wangi aroma sate yang tampilannya mirip sate buntel khas Solo itu, langsung menyerang indra penciuman yang dengan tegas memanggil selera makan.
Kuah rawon yang diberi sedikit potongan daging itu, memiliki rasa kluwek yang khas. Begitu kental dan gurih. “Kuah rawon kami berikan kepada pemesan, karena banyak yang menginginkan kuah dalam satu porsi menu sate gepuk,” jelas Iin.
Setelah puas mengenal rasa rawon yang disajikan Usi Kantin, sate gepuk pun langsung dilahap. Kelembutan daging sapi yang telah digepuk-gepuk itu langsung menghunjam telak di relung indra ecap. Sangat lembut dan tidak liat. “Daging sapi untuk sate gepuk, kami pilih dari daging haas dalam,” sahut Iin.
Sensasi sate gepuk yang ditawarkan Usi Kantin memang sangat istimewa. Akan kurang rasanya, bila para petualang kuliner belum singgah di tempat itu dan mencicipi kelezatan sate gepuk khas Kota Malang, Jawa Timur yang berada di tengah Kota Bogor.
Rudi D. Sukmana
Bogor, Jurnal Bogor
Warga Bogor asal Jawa Timur yang merindukan citarasa masakan khas Jawa Timur, dapat melepas rasa kangennya dengan singgah ke sebuah tempat yang berlokasi di Jl. Raya Bangbarung No.8 Bogor, tepat di samping Sekolah Musik dan Vokal Purwacaraka. Tempat makan yang cukup sederhana itu bernama Usi Kantin.
Lokasi tempat yang agak menjorok ke dalam itu memang tidak dapat langsung terlihat bila melintasi Jl. Bangbarung. Spanduk yang terpasang di depan kantin, yang mencantumkan daftar makanan yang tersedia, menarik perhatian saya untuk singgah ke tempat itu. Betapa tidak, dari salah satu spanduk terpampang tulisan menu yang cukup unik bagi para petualang kuliner, yaitu Sate Gepuk.
Memasuki kantin berukuran 3 meter x 6 meter itu, saya langsung memperkenalkan diri dan maksud kedatangan. Setelah memperkenalkan diri dan diijinkan oleh Indra Setiawan, empunya tempat, untuk meliput kuliner yang menjadi andalan usahanya, tanpa ragu satu porsi sate gepuk yang menjadi menu andalan kantin itu dipesan.
Suasana Usi Kantin sendiri cukup teduh. Terdapat tiga meja kotak dan dua meja panjang yang masing-masing memuat empat bangku plastik sederhana. Mejanya sendiri ditutupi taplak plastik bermotif kotak-kotak berwarna biru, yang menampilkan merk salah satu rokok ternama di Indonesia.
Daftar menu yang disediakan di tiap meja pun saya amati. 18 daftar makanan dan minuman tercantum pada kertas berlaminating itu. Selain sate gepuk yang ditawarkan dengan harga Rp 6.000, Usi Kantin juga menyediakan rawon dan soto santan seharga masing-masing Rp 7.000, nasi putih Rp 2.000, sampai menu intel atau indomi telur yang diberi harga Rp 3.500, dan menu internet atau indomi telur kornet dengan harga Rp 5.000.
Untuk menu minuman, telah disiapkan beberapa juice buah, yaitu alpukat, mangga, tomat dan jambu yang diberi harga Rp 5.000. Selain itu juga disediakan air jeruk panas dan dingin dengan harga Rp 4.000, sampai cappuccino dan moccacino yang dibandrol dengan harga Rp 5.000.
Sambil menunggu menu pesanan yang membuat penasaran itu, Iin, sapaan akrab Indra Setiawan mengatakan, usaha yang dijalankan sejak 2007 itu dimiliki oleh Susilowati, istri dari pemilik Sekolah Musik dan Vokal Purwacaraka. “Kebetulan saya masih ada hubungan famili, sehingga saya dipercaya untuk menjalankan usaha ini,” ujar istri dari Dwi Bambang Setiawan itu.
Dikatakan Iin, hingga kini pengunjung Usi Kantin lebih didominasi oleh para murid yang belajar di sekolah itu, para karyawan sebuah klinik dan kantor salah satu partai politik yang memang berlokasi di dekat Usi Kantin.
Usi Kantin dibuka setiap hari kecuali Senin, mulai pukul 11.00 sampai pukul 19.00. “Saya mengikuti waktu les Purwacaraka. Karena setiap Senin lebih sepi dibanding hari lain, hari itu saya libur,” tukasnya.
Sate gepuk sendiri, imbuh Iin, merupakan makanan asli dari Kota Malang, Jawa Timur. “Di kota asalnya, menu ini bahkan menjadi menu andalan di salah satu restoran hotel terkemuka,” ujarnya seraya menambahkan, salah satu rumah makan yang menyediakan sate gepuk di Kota Malang sangat dikenal dan selalu dipadati pengunjung.
Di Malang sendiri, tambah Iin, sate gepuk lebih dikenal dengan nama sate kacang. “Nama Sate Gepuk saya buat karena gepuk sendiri merupakan nama khas berbahasa Sunda,” ujar ibu yang memiliki satu orang putra itu.
Setelah beberapa saat, menu pesanan itu pun tersaji di atas meja. Semangkuk kuah rawon menemani satu tusuk sate gepuk yang tersaji dengan penampilan sederhana namun apik. Wangi aroma sate yang tampilannya mirip sate buntel khas Solo itu, langsung menyerang indra penciuman yang dengan tegas memanggil selera makan.
Kuah rawon yang diberi sedikit potongan daging itu, memiliki rasa kluwek yang khas. Begitu kental dan gurih. “Kuah rawon kami berikan kepada pemesan, karena banyak yang menginginkan kuah dalam satu porsi menu sate gepuk,” jelas Iin.
Setelah puas mengenal rasa rawon yang disajikan Usi Kantin, sate gepuk pun langsung dilahap. Kelembutan daging sapi yang telah digepuk-gepuk itu langsung menghunjam telak di relung indra ecap. Sangat lembut dan tidak liat. “Daging sapi untuk sate gepuk, kami pilih dari daging haas dalam,” sahut Iin.
Sensasi sate gepuk yang ditawarkan Usi Kantin memang sangat istimewa. Akan kurang rasanya, bila para petualang kuliner belum singgah di tempat itu dan mencicipi kelezatan sate gepuk khas Kota Malang, Jawa Timur yang berada di tengah Kota Bogor.
Rudi D. Sukmana
Langganan:
Postingan (Atom)