Jumat, 28 Maret 2008
Rujak Gejrot: Rujak Nujuh Bulanan
Rada susah memilih nama untuk jenis menu yang satu ini. Di Kota Bogor sendiri, lebih dikenal dengan nama rujak bebeg, namun karena penulisannya rada-rada menyulitkan dalam pengucapan, lebih mantap bila dinamakan rujak gejrot, karena memang pembuatannya sendiri digejrot, alias… ya, dibebeg itu.
Rujak gejrot sendiri merupakan makanan rakyat yang sangat jelata. Penjualnya lebih sering menelusuri gang-gang kecil dan perumahan-perumahan kumuh dibandingkan mengelilingi perumahan menengah dan mewah. Padahal, rasa yang dihadirkan, sebenarnya cukup luarbiasa.
Betapa tidak, di siang hari bolong yang panasnya tenteuingen, yang membuat kepala berasa nyut-nyut, sepiring rujak gejrot mampu membuyarkan sakit kepala yang dirasa. Pedasnya mampu menghantam langsung bagian belakang kepala, sehingga keringat di dahipun mengucur deras.
Menurut Sumanta, penjual rujak gejrot yang sering berkeliling di sepanjang Jl. Pajajaran, rujak gejrot dibuat dari tujuh macam rasa, yaitu, ubi merah, mangga muda, kedondong, pepaya, jambu air, nanas, bengkuang. “Rujak ini sebenarnya rujak buat ibu-ibu hamil tujuh bulanan,” ungkap Sumanta kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Seporsi rujak gejrot dijual Sumanta dengan harga Rp. 3.000. Bila ingin yang istimewa, Sumanta menyediakan dengan harga Rp. 5.000. “Yang istimewa biasanya memakain tambahan buah-buahan, sesuai musim buahnya, seperti kupa, kemang, dan menteng,” ujarnya.
Kesegaran rujak gejrot memang sudah melegenda. Tak heran, para ibu hamil sangat menyukai citarasa yang dihadirkan. “Biasanya para ibu hamil suka pusing-pusing. Rujak memang salah satu obat sakit kepala yang paling mujarab,” terang Sumanta.
Penggejrotan atau pengerusan buah-buahan agar menyatu dengan bumbu-bumbu pedasnya, sebenarnya hanya untuk memudahkan penyantap rujak saja. “Biasanya ibu-ibu hamil tidak mau repot memotong dan mengunyah, jadi sudah diracik duluan,” jelasnya.
Rudi D. Sukmana
Das Bistro The Jungle
Bogor, Jurnal Bogor
Das Bistro yang berlokasi di lobi pintu masuk The Jungle, memang dibuka untuk menjadi tempat pelepas lelah. “Kami sengaja memilih tempat di depan, untuk menjaring para pengunjung yang tidak masuk ke dalam area wisata itu,” ujar Wiwi Purwanti, pemilik Das Bistro kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Wiwi, usahanya sendiri baru berjalan selama 1,5 bulan berbarengan dengan beroperasinya The Jungle. “Sitting capacity yang kami miliki tidak besar, hanya memuat kurang dari 50 tempat. Kami sengaja menciptakan konsep kafe atau kantin untuk para pengunjung yang menunggu anggota rombongannya berwisata di dalam area,” ungkapnya.
Dengan konsep itu, Wiwi melanjutkan, menu yang disediakan pun tidak lebih dari 50 jenis makanan dan minuman. “Yang jelas, nasi goreng merupakan menu yang wajib ada, karena biasanya pengunjung selalu mencari menu itu,” ungkapnya.
Wiwi juga mengatakan, konsep tempat yang dikelolanya itu membidik pangsa keluarga. Dengan membuka tempat setiap hari mulai jam 8.00 sampai 18.00, dikatakannya, Das Bistro akan ramai dikunjungi pada hari libur dan akhir minggu. “Hari-hari itu, kami selalu kewalahan melayani serbuan pengunjung,” ujarnya.
“Sampai saat ini, kami masih konsentrasi sebagai tempat untuk pelepas lelah. Jadi belum dapat lebih melebarkan pelayanan ke arah menyediakan paket ulangtahun, arisan, meeting, dan launching,” tukas Wiwi.
Menu pelepas lelah yang disediakan Das Bistro sendiri, antara lain siomai yang diberi harga Rp. 10.000 per porsi, nugget ayam dan bubur ayam yang harganya Rp. 10.000, serta mie bakso dan kentang goreng yang masing-masing dibandrol Rp. 8.000.
“Untuk makanan beratnya, kami menyediakan beef chicken burger seharga Rp. 17.000, spaghetti, nasi goreng, nasi goreng Cina, dan nasi Hainan yang masing-masing kami beri harga Rp. 20.000,” papar Wiwi.
Pada saat Jurnal Bogor mengunjungi Das Bistro, Wiwi menyajikan menu andalan tempatnya, yaitu spaghetti. “Spaghetti di tempat kami sangat disuka para pengunjung, selain menu nasi gorengnya, karena memiliki citarasa yang berbeda dengan spaghetti di tempat lain,” jelasnya.
Spaghetti itu sendiri ditampilkan secara menarik. Setangkup mie Itali di atas piring disajikan dengan menaburkan saus pastanya yang berwarna merah menyala. Spaghetti dan saus pasta itu masih mengepul panas dengan keharuman aroma bawang dan keju yang sangat menyengat.
Saus pastanya itu sungguh mantap. Sangat padu dengan mie gaya Itali. Meski perut sebenarnya sudah penuh, tetapi mencicipi menu itu membuat diri ketagihan untuk menghabiskannya.
Wiwi pun menyuguhkan Milk Shake Chocolate yang dikatakannya merupakan menu minuman favorit penunjung Das Bistro. Rasa dingin coklat yang dikocok dengan susu itu sangat menyegarkan. Benar-benar mampu melepaskan rasa penat dan lelah.
“Untuk menu minuman, kami sediakan dengan harga mulai Rp. 5.000 untuk teh panas sampai harga Rp. 20.000 untuk milkshake dan juice,” papar Wiwi seraya menambahkan, minuman hangat yang disukai pengunjung tempatnya yaitu hot capucino.
Pengunjung dapat juga menikmati beberapa penganan, berupa snack yang terdiri dari kacang-kacangan dan kue-kue kecil. “Penganan kemilan itu kami jual mulai Rp 2.500 tidak jauh berbeda dengan yang biasa dijual di toko-toko,” tandasnya.
Rudi D. Sukmana
Nyobian Soto Kuning Haji Maman
Entah kenapa, menyantap soto kuning sebagai kuliner khas Kota Bogor, terasa lebih pas bila membeli kudapan itu di tempat yang dapat dikatakan kurang representatif, seperti di rumah makan atau restoran. Soto kuning, terasa lebih mantap bila membeli dari penjual yang dipanggul atau yang mangkal di emperan trotoar.
Sebagai makanan khas jelata, spirit dari soto kuning memang khusus diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah. Dan nyatanya, memang jenis masakan yang konon memiliki kandungan kolesterol tinggi itu hanya digemari oleh masyarakat kalangan itu, setidaknya hingga saat ini.
Di dekat Pasar Gembrong pun, banyak penjual yang menjajakan soto kuning. Dari sekian banyak penjual soto kuning yang mangkal, salah satunya adalah soto kuning yang dijual oleh Haji Maman, yang lokasinya bersebelahan dengan toge goreng Gebro Saputra.
Haji Maman merupakan putra dari Pak Mardju yang dulu biasa berjualan soto kuning di Warung Bandrek, berdekatan dengan Gang Aut. Konon, Pak Mardju itu merupakan satu angkatan dengan Pak Gebro. Masing-masing merupakan pendekar-pendekar kuliner yang ahli di bidangnya. Pak Mardju dengan jurus soto kuningnya, Pak Gebro dengan jurus toge gorengnya.
Saat ini, Haji Maman menjual sepotong daging atau jeroan Rp. 3.500. “Per porsi soto kuning, harganya Rp. 9.000, terdiri dari dua potong daging atau jeroan, dan satu bungkus nasi putih yang harganya Rp. 2.000,” ujar Maman kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Bagi pembeli yang belum merasa cukup, Haji Maman menyediakan perkedel kentang yang dibandrol dengan harga Rp. 750 per buah. Soal rasanya, mm.. pembaca sudah lebih tahu, bagaimana rasa soto kuning khas Kota Bogor.
Yang membedakan soto kuning Haji Maman dengan soto kuning di tempat lain, terletak pada racikan dagingnya. Daging yang disajikan, samasekali tidak berbau dan masih segar. Itulah kunci rasa dari soto kuning Haji Maman, sehingga nyobian soto kuning Haji Maman, benar-benar pengalaman mencicipi kuliner khas Kota Bogor.
Rudi D. Sukmana
Warung Girli
Bogor, Jurnal Bogor
Warung Girli yang terletak di kompleks Ruko Bantar Kemang Jl. Raya Pajajaran No.20 atau di seberang gedung Bale Binarum menawarkan nuansa yang sangat cocok dikatakan kafe. Penyajian tempatnya yang menyediakan panggung dan peralatan organ tunggal membuat tempat itu nyaman untuk dikunjungi.
Menurut Agustianingsih, salah seorang pemilik Warung Girli, tempatnya memang sengaja diciptakan bersuasana kedai dengan paduan seperti kafe, dan menyediakan menu-menu umum yang biasa ditemukan di kebanyakan rumah makan.
“Meskipun menu yang disediakan, menu biasa. Citarasa masakan dan minuman di sini, sangat berbeda 100 persen. Karena selain konsep tempat yang kami usung, masakan kami dijamin kelezatannya,” ujar Tia, panggilan akrab Agustianingsih kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Resmi dibuka tiga tahun lalu, tempat itu menyediakan 18 meja yang masing-masing terdiri dari empat kursi, dengan luas area makan lebih dari 200 meter persegi. “Girli dibuka setiap hari, mulai pukul 9.00 sampai 24.00,” terang Tia.
Konsep tempatnya sendiri, dikatakan Tia, mengambil konsep tempat terbuka, sehingga pengunjung dapat melihat pemandangan lalulintas di depannya. “Konsep tempat yang kami sajikan, sengaja memadu antara konsep kafe tenda dengan saung resto,” paparnya
Dikatakan Tia, menu andalan yang disediakan Warung Girli adalah sop buntut dan nasi goreng keju. “Dua menu itu menjadi andalan tempat kami, karena sangat diminati para pengunjung Warung Girli,” jelasnya.
Sop buntut khas Girli, imbuh Tia, terdiri dari dua pilihan, yaitu sop buntut kuah dengan harga Rp. 20.000 dan sop buntut goreng yang dibandrol Rp. 25.000 per porsi. “Selain sop buntut, pengunjung tempat kami juga sangat suka dengan rasa sop iga dan sapi lada hitam yang kami sajikan,” paparnya.
Menu nasi goreng keju, sebagai salah satu menu andalan Warung Girli, memiliki rasa istimewa yang sangat berbeda dengan rasa nasi goreng yang biasa ditemukan di tempat lain. Bumbu nasi gorengnya kental dengan nuansa oriental sea food, tetapi disajikan dengan potongan daging sapi yang bersembunyi di celah-celah nasi dan parutan keju.
Sesendok nasi goreng keju, dijamin mampu mengangkat selera makan. Apalagi bila diberi sedikit saus sambal, sehingga rasa pedas langsung ngagegel di ujung lidah. Jangan lupa meniup-niup dulu kepulan asap untuk menghilangkan rasa panas dari nasi goreng yang disajikan. Di situlah letak kenikmatan menyantap nasi goreng, nyeleus euy.
Nasi goreng keju yang dijual dengan harga Rp. 12.500, dikatakan Tia merupakan nasi goreng kreasi Warung Girli. “Juru masak kami, Muhammad Howi merupakan juru masak andal yang berpengalaman lebih dari 20 tahun di bidang perkulineran, terutama masakan oriental,” jelasnya.
Selain menu makanan, resto kafe itu juga menyediakan menu minuman yang sangat diminati pengunjung, yaitu Girli Fantasy, yaitu racikan lemon, sprite, dan es batu yand diblended sehingga menghasilkan rasa juice lemon yang nyegrok, menyegarkan.
“Meski menu-menu masakan di sini, merupakan sajian yang umum, kami tetap melakukan kreasi inovasi sendiri, sehingga dalam hal rasa dan penyajiannya memiliki nuansa khas Warung Girli,” papar Tia.
Salah satu keunggulan tempatnya, dikatakan Tia, pengunjunga akan merasa sangat nyaman untuk bersantai bersama rekan-rekan mereka. “Kami menyediakan live music yang libur tiap malam Jumat dan malam Selasa. Pengunjung yang ingin bernyanyi, silakan melantunkan suaranya diiringi pemain organ tunggal kami,” jelasnya.
Warung Girli sendiri, lebih riuh pada malam hari karena banyak eksekutif muda yang melepas lelah di tempat itu. Mereka datang beramai-ramai, menyantap sajian lezat yang dihidangkan, dan saling berlomba menyanyikan lagu untuk semua pengunjung yang hadir.
Tia juga menambahkan, hanya dengan merogoh kocek rata-rata Rp. 25.000 per orang, pengunjung akan mendapatkan sensasi petualangan kuliner khas Warung Girli. “Resto kafe kami membidik semua kalangan, oleh karena itulah nama tempat kami Girli yang merupakan singkatan dari Pinggir Kali,” tandasnya.
Rudi D. Sukmana
"Pizza Buatanku Sendiri Enak Deh"
Namaku Muhammad Rayyan. Aku masih duduk di kelas TK A, di sekolah TK Kartika XV-4 komplek Koppasus Kemang Bogor. Aku senang deh, diajak ibu guru dan mama pergi ke Papa Ron’s Pizza yang ada di Jl. Pajajaran. Apalagi berangkatnya bareng-bareng dengan teman-teman satu sekolah. Kata mama, sekolahku sedang mengadakan Kitchen Program dari Papa Ron’s Pizza.
Aku dan teman-teman berangkat naik mobil truk teman-teman papaku yang di atasnya ada kain tebalnya, sehingga aku, mama, teman-teman, dan ibu guru tidak kepanasan. Di perjalanan, aku bernyanyi-nyanyi bersama teman-teman dipimpin ibu guru. Rasanya, baru jalan sebentar, eh, sudah sampai di Papa Ron’s.
Di Papa Ron’s, sebelum masuk ke dalam, aku dan teman-teman berbaris dengan tertib. Persis seperti papa dan teman-teman papa yang kalau sudah baris, aku suka sekali melihatnya. Terus, aku dan teman-teman pun masuk ke dalam Papa Ron’s.
Ruangannya dingin, tapi aku suka. Apalagi om-om dan tante-tante di Papa Ron’s semuanya sangat baik. Aku dan teman-teman jadi tidak malu dan segan. Ada satu om yang memberikan pengarahan. Om itu lucu deh, bikin aku dan teman-teman selalu tertawa, karena selalu punya permainan yang seru.
Beberapa temanku ada yang dipanggil untuk masuk ke dalam dapur Papa Ron’s. Katanya untuk membuat pizza sendiri. Aku sebenarnya sudah tidak sabar untuk membuat pizzaku sendiri. Tapi aku masih suka melihat si om yang lucu itu. Ada-ada saja permainannya, bikin aku dan teman-teman tertawa terpingkal-pingkal.
Kemudian, aku pun dipanggil untuk masuk ke dalam dapur. Dapur Papa Ron’s bersih deh. Aku suka di dalam dapur itu, soalnya banyak makanan. Aku dan lima orang temanku pun diminta untuk mengenakan sarung tangan dari plastik. Setelah itu, kami diberitahu cara membuat pizza.
Pertama-tama, om yang ada di dapur meminta aku dan teman-teman untuk mengoleskan saus tomat dengan rata di atas pizza. Kemudian, om itu membebaskan aku dan teman-teman untuk memilih makanan yang tersedia, seperti jamur, daging asap, paprika, dan keju parut. Aku taruh semuanya itu di atas pizzaku.
Setelah itu, pizza bikinanku dan bikinan teman-teman dinomori supaya tidak tertukar. Pizza-pizza itu pun diletakkan di atas oven pemanggang. Aku dan teman-teman diminta om untuk kembali menuju si om yang lucu di ruang depan.
Tak lama, pizza bikinanku selesai. Si om yang tadi di dapur menaruh pizza bikinanku dan teman-teman di dalam bungkus pizza. Pizzaku pun akhirnya aku terima. Aku cepat-cepat membuka bungkus itu, wangi pizzanya mm.. bikin aku ngiler. Dengan cepat aku ambil sepotong, aku makan, rasanya, waahh.. pizza buatanku sendiri ternyata enak deh.
Rudi D. Sukmana
Restaurant Vegetarian Karunia Baru
Bogor, Jurnal Bogor
Sebelum membuka tempat yang sekarang ini di Jl. Raya Pajajaran No.50, Restaurant Vegetarian Karunia Baru pernah membuka tempat di Jl. Siliwangi. “Di tempat yang sekarang, sudah berjalan lebih dari dua tahun,” ujar Tiandy, pengelola Restaurant Vegetarian Karunia Baru kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Tiandy, tempat yang sekarang ini, terdiri dari dua lantai yang mampu menampung lebih dari 300 pengunjung. “Sitting capacity lantai dasar, lebih dari 80 tempat. Kami pun memiliki ruang untuk seminar, rapat, ulang tahun, dan arisan, dengan kapasitas maksimal 300 orang,” paparnya.
Menurut Tiandy, restonya itu dibuka untuk memenuhi permintaan pasar akan sajian menu masakan lezat dan bergizi tinggi, namun bebas dari bahan-bahan protein hewani. “Resto yang menyuguhkan masakan bagi orang vegetarian, sulit ditemukan di Bogor. Bisa dikatakan, tempat kami merupakan tempat satu-satunya restoran vegetarian di Kota Bogor,” ungkapnya.
Tiandy juga menambahkan, sebenarnya banyak orang vegetarian yang ingin menikmati menu masakan ala restoran. “Para vegetarian, adalah mereka yang menerapkan pola hidup sehat terutama dari sudut asupan makanan yang dikonsumsinya,” paparnya.
Vegetarian, dijelaskannya, adalah orang yang samasekali tidak memakan makhluk berjiwa, baik makhluk berjiwa yang hidup di darat, seperti ayam, bebek, kambing, dan sapi, di udara, seperti semua jenis burung dan unggas, maupun di laut, seperti ikan, udang, kepiting, kerang, lobster, dan tripang.
Sebagai seorang vegetarian yang turun langsung menyediakan menu-menu makanan sehat, Tiandy mengatakan, menu-menu makanan yang disajikan di tempatnya, sebagian besar dibuat dari bahan dasar jamur. “Batang jamur dapat diolah menjadi bahan dasar, dan rasanya bisa dibuat seperti rasa protein hewani, mirip citarasa daging sapi atau ampela,” ungkapnya.
Setelah dibuat bahan dasarnya itu, imbuh Tiandy, hasil olahan dari batang jamur itu dapat dibuat beragam masakan, seperti rendang, semur, dan balado. “Selain olahan dari batang jamur, kami biasa mengolah gluten atau olahan dari tepung terigu, sehingga dapat dibuat beragam jenis makanan bercitarasa mirip sate dan soto babat,” paparnya.
Diterangkan Tiandy, kembang tahu pun dapat diolah menjadi makanan vegetarian yang memiliki citarasa mirip seperti ikan-ikanan dengan aroma amis yang didapat dari rumput laut. Selain itu, kedelai dapat diolah menjadi masakan yang bercitarasa mirip daging ayam.
“Semua bahan olahan dasar itu, diracik dengan bumbu yang biasa dipakai untuk memasak makanan khas Indonesia, hanya saja di tempat kami tidak memakai segala macam bentuk bawang, seperti bawang merah, bawang putih, bawang Bombay, dan daun bawang,” jelas Tiandy seraya menambahkan, hal itu sebagai tanggungjawabnya untuk dapat menyajikan masakan pada vegetarian murni, yang tidak memakan protein hewani dan bawang.
Diakuinya, pengunjung yang datang memang bukan para vegetarian murni. “Banyak tamu yang datang ke tempat kami, karena mereka menginginkan untuk dapat menjaga kesehatan, dengan tetap menyantap makanan yang lezat dan bercitarasa umum,” jelas Tiandy.
Dengan harga menu per porsi mulai Rp. 17.500 sampai Rp. 25.000, pengunjung dapat memilih lebih dari 200 jenis masakan sehat yang disediakan. “Kami pun memiliki steamboat, bagi pengunjung yang menginginkannya,” jelas Tiandy.
Citarasa dari menu yang disajikan Restaurant Vegetarian Karunia Baru, dapat dikatakan memiliki kemiripan dengan menu asli. Menyantap makanan-makanan resto itu, hakikatnya menyantap rasa, bukan menyantap hidangan. Rasa yang membuat hati lebih damai, karena lebih tenang dan aman dari gangguan yang biasa dialami non vegetarian, seperti meningkatkan kadar kolesterol atau kadar gula.
Rudi D. Sukmana
Toge Goreng Gebro Saputra
Pernah dalam edisi-edisi awal harian tercinta ini, ada warga Bogor yang mengirimkan SMS pada halaman Saur Wargi yang menanyakan tentang toge goreng Pak Gebro yang asli saat ini berada di mana.
Jawaban dari pertanyaan itu sendiri, diakui rada-rada susah, karena Pak Gebro sebagai pendekar adidaya dalam pertogegorengan, menurunkan ilmu kedigdayaannya kepada banyak murid, yang kini menjadi pendekar-pendekar toge goreng di Kota Bogor, yang memiliki reputasi tinggi.
Beberapa tempat penjual toge goreng yang merupakan hasil didikan dari sang pendekar, antara lain toge goreng Teh Ara yang mangkal di Jl. Cidangiang, di dekat pool bis wisata, dan toge goreng Mang Acang yang biasa mangkal di Jl. Bina Marga berdekatan dengan Saung Kabayan.
Tempat awalmulanya Toge Goreng Pak Gebro sendiri di Jl. Dewi Sartika, berdekatan dengan kantor cabang BCA dan gedung BRI, kini dikelola oleh Sudjana. Sebagai salah seorang yang semenjak kecil ikut membantu Pak Gebro berjualan, Sudjana melanjutkan usaha kuliner khas Kota Bogor itu, setelah Pak Gebro mangkat.
Dengan mengusung nama Toge Goreng Gebro Saputra, saat ini kudapan itu mempunyai dua tempat tambahan lagi, yaitu di Pasar Sukasari atau yang lebih dikenal dengan nama Pasar Gembrong Jl. Siliwangi, dan di Jl. Nenas daerah yang menuju Katulampa, dekat dengan SKI Tas Tajur.
Menurut Deden Saputra, penjual Toge Goreng Gebro Saputra di Pasar Gembrong, toge goreng Pak Gebro memang sudah terkenal sebagai hidangan khas dari Kota Bogor sejak dulu. “Bahkan Pak Emil Salim pun, dulu selalu langganan toge goreng bikinan Aki,” ujar Dede, panggilan akrab Deden Saputra kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dede yang menyebut Pak Gebro dengan panggilan Aki menjelaskan, sebagai anak dari Sudjana, ia berjualan toge goreng di Pasar Gembrong sejak dua tahun lalu. “Satu lagi yang ada di Katulampa, dikelola oleh Haji Hasan, cucu dari Pak Gebro,” jelasnya.
Kunci dari Toge Goreng Gebro Saputra, terletak pada kuahnya yang terbuat dari campuran tauco dan oncom merah. “Yang membuat kuah ini, bapak saya. Saya dan Pak Haji Hasan mengambil dari Pasar Anyar untuk dijual di tempat masing-masing,” ungkap Dede.
Rudi D. Sukmana
Mid East Cafe Lounge & Sisha
Bogor, Jurnal Bogor
MidEast Café Lounge & Sisha yang terletak di Jl. Halimun menawarkan nuansa tempat tersendiri. Penyajian tempatnya sangat kental dengan nuansa Timur Tengah, sesuai dengan nama yang diusungnya.
Menurut Helmy Faried, Direktur MidEast Café & Lounge Sisha, tempatnya memang sengaja diciptakan bersuasana Timur Tengah dengan menyediakan menu-menu yang memadu rasa masakan Timur Tengah yang disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.
“Citarasa masakan dan minuman di sini, tidak 100 persen selera Timur Tengah. Tetapi, konsep tempat yang kami usung, atmosfernya benar-benar memiliki suasana Arab,” ujar Helmy kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Resmi dibuka pada 1 Juni 2007, tempat itu menyediakan 12 tempat yang memiliki kapasitas maksimal 60 orang. “MidEast dibuka setiap hari, mulai pukul 11.00. Untuk Minggu sampai Kamis, kami buka hingga jam 23.00, sedangkan Jumat dan Sabtu, tutup jam 24.00,” terang Helmy.
Konsep tempatnya sendiri, terdiri dari dua lantai. Masing-masing lantai didisain sedemikian rupa, di mana tempat makan berupa lesehan yang disekat oleh kain. Masing-masing tempat diberi alas karpet tebal dan bantal Arab yang tebal-tebal.
Dikatakan Helmy, selain menu utama bercitarasa Timur Tengah, seperti Lahan Mugalgal, Idam Dajad, dan MidEast Lamb Kebab, tempat itu juga menyediakan menu-menu western dan tradisional yang dipadu dengan citarasa Arab, seperti Arabian Steak, nasi goreng dan ayam bakar.
Menu Lahan Mugalgal, adalah tumisan sayur dan kambing, yang disajikan dengan roti tortilla atau nasi putih, paprika, tomat, bawang Bombay, dan bumbu rahasia MidEast. Harga per porsinya Rp. 33.000.
“Idam Dajad merupakan menu masakan berupa daging ayam yang disajikan dengan roti tortilla atau nasi putih, dicampur dengan sayuran dan pasta tomat, serta bumbu rahasia MidEast,” ujar Helmy.
Ia sendiri menolak dengan halus untuk mengungkapkan bumbu rahasia MidEast, karena menurutnya hal itulah yang menjadikan MidEast menjadi satu tempat kuliner yang dicari di Kota Bogor.
Selain menu utama, kafe itu juga menyediakan menu dessert yang sangat diminati pengunjung, seperti Muhalabia, yaitu puding susu yang rasanya amat lembut dan manis, dikombinasikan dengan butiran jagung manis. “Harga Muhalabia Rp. 12.000 perporsinya,” ujar Helmy.
“Menu-menu masakan di sini, banyak yang merupakan hasil inovasi kreasi kami sendiri, yang diracik oleh Sanusi, seorang chef berpengalaman lebih dari 10 tahun di bidang masakan Timur Tengah,” papar Helmy.
Meski saat ini di Kota Bogor mulai banyak dibuka restoran dan rumah makan yang menyediakan menu-menu Timur Tengah, Helmy mengatakan tidak terlalu khawatir dengan persaingan yang ada.
“Kami sendiri sudah memiliki pelanggan loyal. Pada siang hari, banyak kalangan remaja yang mengunjungi tempat kami. Sedangkan malamnya, tempat kami dipenuhi keluarga dan kalangan eksekutif muda, serta para wisatawan dari Timur Tengah,” paparnya.
“Persaingan justru sangat kami butuhkan, sehingga kami dapat mengukur sampai di mana mutu pelayanan dan citarasa masakan yang kami berikan kepada para pelanggan,” tukasnya seraya menambahkan, hingga saat ini hanya MidEast yang menawarkan tempat berkonsep suasana Timur Tengah di Kota Bogor.
Salah satu keunggulan tempatnya, dikatakan Helmy, karena menyediakan Sisha, yaitu peralatan merokok ala Timur Tengah. “Sisha memiliki kadar nikotin dan tar lebih rendah dari rokok mild, karena sudah bercampur dengan air sebagai filternya. Selain itu, ramuannya bukan tembakau melainkan sari buah,” jelasnya seraya menambahkan, harga untuk satu Sisha dibandrol Rp. 35.000 untuk biasa, sedangkan special dengan rasa soda dan es batu dihargai Rp. 50.000.
Rasa sisa sendiri sangat jauh berbeda dengan rokok biasa. Citarasa yang timbul sesuai dengan menu yang dipilih, yaitu rasa strawberry, lemon, capucino, grape, apple, dan mentol. Dengan menghisap perlahan pipa penghubungnya, sensasi rasa dalam sekepul asap. Langsung terasa, ringan, tidak panas, bahkan cenderung dingin, bagai menghisap awan.
Rudi D. Sukmana
Nikmati Jagung Rebus 'In The Rain'
Bogor dikenal dengan julukan Kota Hujan, karena sering turun hujan di kota itu. Dalam musim hujan, kadang hujan turun sampai dua hari tanpa henti. Hal itu, biasanya membuat tetangga terdekat, Jakarta mencak-mencak karena mendapat kiriman yang biasa diterima setiap musim penghujan.
Sejenak kita berada di dimensi berbeda. Dalam kondisi hujan, biasanya orkes keroncong dalam perut lebih sering dan lebih nyaring berbunyi. Mungkin ada hubungan yang erat dan terkait, antara hujan, suhu udara yang dingin, dengan rasa lapar, sehingga membentuk sinergi yang mampu membangkitkan selera.
Beberapa hari lalu, hujan turun sejak pukul 2.00 dini hari, nonstop tanpa henti, hingga sore hari. Bagi sebagian besar orang, kondisi seperti itu membuat pikiran membayangkan beragam masakan yang hangat dan lezat.
Di tengah rinai hujan, seorang penjaja jagung rebus pun menjadi sangat menarik. Kepulan asap yang keluar dari jagung yang sudah siap santap berwarna kuning menyala, menjanjikan satu kenikmatan bagi perut yang terus berbunyi.
Asep, penjual jagung rebus kelilingan itu mengatakan, sedikitnya dalam sehari berhasil menjual 10 kilogram jagung. Jagung manis tersebut direbus bersama kulitnya, kemudian dijajakan berkeliling. Supaya jagung tetap hangat, jagung itu diletakkan di atas uap air, sehingga asap yang mengepul menyebarkan wangi harum khas jagung.
Satu buah jagung yang dijual dengan harga Rp 2.500 itu, nyatanya mampu membuat lidah bergoyang menahan panas. Gigi yang menggerogoti biji-biji jagung yang empuk dan manis, sambil sesekali menghisap sari jagung yang terasa manis.
Sambil berteduh karena hujan mulai turun dengan deras, sebaris demi sebaris lajur biji-biji jagung pun berangkat menuju pentas musik di dalam perut. Masih belum puas, bonggol jagung yang putih bersih, sempat diseruput, mereguk sisa-sisa air. Dan di dalam perut pun jagung rebus berdansa.
Rudi D. Sukmana
De Teras Corner
Cumi Sezhuan dan Exotic Bali Ajib Euy
De Teras Corner, layak mendapat julukan sesuai motto yang diusung, ‘the perfect corner in town’. Kafe yang terletak di salah satu sudut food court Bogor Trade Mall itu, ternyata bukan hanya menyediakan panorama indah Gunung Salak saja. Menu-menu masakannya juga sangat membangkitkan selera, dengan harga yang tidak lebih dari Rp 25.000 per porsi.
Menurut Operational Manager sekaligus Chef De Teras Corner Galih, kafe yang resmi dibuka 9 September 2006 itu, sebelumnya berlokasi di Jl. A. Yani dengan nama Teras Café. “Saat ini, lokasi yang di Jl. A. Yani menjadi kantor pusat kami, dan digunakan untuk pelatihan karyawan,” ujar Galih kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Galih, konsep kafe yang dikelolanya itu membidik pangsa keluarga, namun sehari-harinya lebih banyak para pegawai kantor dan kalangan muda yang datang dan beristirahat menikmati pemandangan Gunung Salak sambil menyantap sajian yang dihidangkan.
“Kami juga menyediakan paket ulangtahun, arisan, meeting, dan launching, dengan kapasitas tempat duduk maksimal 150 kursi,” ucap Galih seraya menambahkan, tempat duduk bisa ditambah hingga 200 kursi.
Pada saat Jurnal
Cumi Sezhuan with Rice ditampilkan secara menarik. Setangkup nasi di atas piring disajikan dengan masakan cumi dan garnis salad. Cumi goreng tepung yang ditaburi saus khusus, dipadu dengan paprika merah dan hijau, bawang Bombay, dan bawang putih itu, ternyata memiliki rasa yang luar biasa.
Sausnya itu sungguh mantap. Sangat padu dengan garnis salad dan nasi putih. Meski perut sebenarnya sudah penuh, tetapi mencicipi menu itu membuat diri ketagihan untuk menghabiskannya.
Exotic
Bogor Golf Club Cafe & Resto
Pelangi Rasa pada Seporsi Gurame
Meski Restoran Bogor Golf Club (BGC) yang dibuka setahun lalu berada dalam area BGC, tempat makan itu sebenarnya dibuka untuk umum. “Masih banyak warga
Dikatakan Leo, nama-nama menu yang disediakan di resto itu, sengaja diambil dari istilah-istilah olahraga golf, seperti Hole in One, yaitu seporsi bubur ayam dengan kopi, teh, atau orange juice.
“Nama unik lain seperti Birdie, yaitu roti bakar yang disajikan dengan telur dadar spesial, dan Eagle, yaitu sajian omelet dengan pilihan isi tomat atau keju yang disajikan dengan roti bakar,” papar Leo. Nama-nama unik itu, dikatakan Leo, hanya untuk menarik rasa ingin tahu pengunjung, sehingga mereka berkeinginan mencoba menu-menu yang disediakan oleh resto BGC.
Leo juga menambahkan, menu andalan tempat makannya cukup banyak, di antaranya gurame kuah sawi asin, gurame goreng sambal terasi, dan iga goreng sambal terasi. “Menu minuman favorit, seperti aneka macam juice, es cendol, dan es cingcau juga banyak diminati pengunjung,” jelasnya.
Sebagai juru masak yang sudah malang melintang selama 15 tahun di dunia kuliner, Leo menuturkan, daftar menu yang disajikan sebenarnya merupakan panduan bagi para pengunjung untuk memilih makanan apa yang ingin disantap.
“Banyak juga pengunjung yang memesan makanan yang tidak ada pada daftar menu, tapi tetap saya masakkan,” tukasnya seraya menambahkan, ia sudah biasa membuat masakan western, Japanese, dan
Gurame kuah sawi asin yang menjadi menu unggulan Restoran BGC sendiri, memang memiliki rasa yang berbeda. Terbuat dari ikan gurame yang digoreng, lalu diberi kuah kaldu ikan yang didalamnya terisi dengan sayur sawi asin yang biasa menjadi bahan untuk membuat asinan
Ikan gurame sebagai menu yang biasa digunakan untuk masakan tradisional Sunda, dicampur dengan kuah berisi sawi asin yang bertabur angcaw, hadirkan nuansa oriental yang sangat kental. Ditambah dengan sajian menu yang cenderung seperti sajian menu masakan dari
Menyantap gurame kuah sawi asin dengan nasi putih, benar-benar paduan citarasa kuliner yang mampu membentuk citarasa baru. Suap demi suap saat menyantap kuliner itu, timbulkan pelangi rasa.
Rudi D. Sukmana
Asinan Lengkap Kantin Sari
Bogor, Jurnal Bogor
Salah satu ikon kuliner Kota Bogor yang sudah terkenal kemana-mana adalah asinan. Asinan Bogor, banyak disuka para penggemar jajan karena selain citarasanya yang memang enak, jenis olahan makanan satu itu mampu membuat orang yang mencicipinya jadi ketagihan.
Beberapa tempat yang menjual asinan di Kota Bogor bahkan memiliki reputasi nama yang dicari para penantang rasa. Asinan Gedung Dalam misalnya, setiap akhir minggu dan hari libur selalu diontrog pembeli dari dalam dan luar Kota Bogor, sehingga sering menimbulkan kemacetan lalulintas jalan di sekitar tempat itu.
Salah satu tempat yang menyediakan menu asinan khas Bogor yang memiliki rasa tak kalah dengan rasa Asinan Gedung Dalam, yaitu Asinan Lengkap Kantin Sari. Tempat yang berlokasi di Jl Suryakencana No.73 itu, ternyata menyajikan citarasa asinan yang mampu menggoyang lidah.
Menurut Yeti Suryanti, pengelola Asinan Lengkap Kantin Sari, usaha kuliner yang ikut dikelolanya itu sudah dijalankan sejak 1960. “Usaha ini, merupakan usaha turun temurun. Bahkan, citarasa asinan kami sebenarnya menjadi trendsetter asinan lain yang sudah terkenal di Kota Bogor,” ujar Yeti kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Menu asinan yang disediakan di Kantin Sari itu, seperti lazimnya menu asinan yang telah ada, terdiri dari dua pilihan, yaitu asinan buah dan asinan sayur. “Satu porsi asinan harganya Rp 10.000, baik yang menu buah maupun menu sayur,” jelas Yeti.
Salah satu keistimewaan asinan buah yang disajikan Kantin Sari, yaitu terbuat dari ramuan sebelas macam buah-buahan, yang terdiri dari bengkuang, nanas, ubi merah, pepaya, salak, jambu air, jambu batu, menteng, anggur Bogor atau canar, kedondong, dan mangga.
“Sebenarnya, buah-buahan itu berjumlah limabelas macam. Tapi karena beberapa buah sangat tergantung pada musimnya, yang tetap ada sebelas macam buah-buahan,” ungkap Yeti seraya menambahkan, lobi-lobi, kupa, gandaria, dan kemang merupakan buah-buahan penyerta asinannya yang sangat tergantung pada musim.
Asinan sayur pun memiliki paduan yang lengkap seperti halnya asinan buah. “Asinan kami dikenal sebagai asinan lengkap, karena memadu lebih dari sepuluh jenis buah-buahan atau sayur-sayuran dalam satu porsi asinan,” tukasnya.
Citarasa asinan terletak pada kuahnya. Hal itu yang sangat diperhatikan oleh Asinan Lengkap Kantin Sari. Rasa kuahnya sendiri sangat segar, dan sangat seuhah. Mampu membuat orang yang menyantapnya ingin lagi, dan lagi, karena ketagihan.
Rudi D. Sukmana
Den Haag Delicatessen
Bogor, Jurnal Bogor
Den Haag Café yang terletak di Hotel Salak The Heritage Bogor, sejak enam bulan terakhir diam-diam bikin ulah. Merekrut lebih dari 30 tenaga penjual, kafe itu memasarkan produk makanan bercitarasa Negeri Kincir Angin kepada warga Bogor, dengan mengusung brand Triple Combo.
Menurut Siti Laila, direktur Hotel Salak, pola pemasaran menu masakan itu memang difokuskan untuk berbagai kalangan di Bogor. “Selain bertujuan untuk membantu para pemuda putus sekolah sebagai tenaga penjualan, kami juga menargetkan produk ini menjadi salah satu ikon makanan dari Bogor,” ujarnya kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Sasaran yang dibidik tidak tanggung-tanggung. Bukan saja kalangan elit, level pekerja, pengelola toko, dan penghuni perumahan biasa pun didatangi langsung oleh tim sales force yang membawa camilan semi berat itu.
“Untuk meningkatkan penjualan, kami tidak segan memberlakukan dumping harga. Warga Bogor yang membeli di tim kami, cukup membayar Rp. 5.000 untuk satu kue. Sedangkan bila beli di kafe Hotel Salak, satu kue kami patok seharga Rp. 10 ribu,” ungkap Lela, panggilan akrab Siti Nurlaila.
Dikatakannya, Triple Combo bukan sekedar kue jajanan yang biasa dijual di toko-toko kue. Menu itu dibuat melalui proses dengan standar internasional. “Sebagai appetizing pastries, Triple Combo merupakan menu makanan sehat, tidak bikin gemuk atau kadar kolesterol naik,” tukasnya.
Ia menambahkan, pada awalnya Triple Combo memasarkan tiga jenis makanan, yaitu macaroni schotel, indische pastei, dan klappertaart. Setelah beberapa bulan, ternyata animo warga Bogor sangat menyukai citarasa klappertaart. “Saat ini, kami sedang mengembangkan klappertaart dalam berbagai rasa, seperti rasa blueberry, strawberry, almond, dan cheese,” papar Lela.
Triple Combo sendiri merupakan kue-kue yang disajikan dalam mangkuk aluminium berbentuk bundar dan kotak. Kue-kue yang pembuatannya melalui proses oven itu, disajikan dalam keadaan dingin karena dimasukkan ke dalam lemari es.
Makanan ala Belanda itu sebenarnya cukup dikenal di Indonesia, seperti macaroni schotel, yaitu kue yang dibuat dari adonan makaroni, telur, mentega, sayur-sayuran, dan daging sapi yang dipanggang dan diberikan toping parutan keju. Makaroni schotel yang bercitarasa gurih dan lezat, akan semakin menyala di lidah bila dibubuhi saos sambal.
Indische pastei atau pastel tutup, merupakan inovasi penyajian dari pastel gulung menjadi pastel mangkuk. Seperti halnya pastel gulung, indische pastei itu pun berisi potongan sayuran, dan potongan daging ayam. Seperti biasa lidah Sunda, nikmatnya masakan itupun bila dibubuhi saos sambal.
Klappertaart sebagai primadona, memiliki citarasa yang mirip dengan kue sus. Kelembutan klappertaart, terutama bila menggigit bagian tengahnya, di mana adonan fla susu akan memancar memenuhi rongga mulut. Sungguh mampu membangkitkan gairah rasa.
Klappertaart standar yang bertoping putih telur, saat ini dikembangkan menjadi empat inovasi terbaru, yaitu klappertaart dengan toping kacang almond dan kismis, toping keju parut, berbahan blueberry, dan berbahan strawberry.
Rudi D. Sukmana
Tahun Baru ala Jepang
Bogor, Jurnal Bogor
Japan Bonenkai Festival yang digelar Hotel Salak The Heritage pada Sabtu (29/12) dan Minggu (30/12) ternyata banyak menyajikan menu masakan khas dari Negeri Sakura. Makanan ala Jepang itu dibuat oleh mahasiswa-mahasiswi Bogor Hotel Institute (BHI), yang terlihat piawai mengolah masakan sampai ke tahap penyajiannya.
Para mahasiswa jurusan kitchen BHI, membuka sejumlah stan yang menyebar mengelilingi arena festival. Masing-masing stan yang dijaga langsung oleh kokinya, menjual satu menu makanan kepada pengunjung.
Untuk menikmatinya, disediakan voucher seharga Rp. 5.000 per lembar yang dapat dibeli pengunjung acara itu. Dengan menukarkan beberapa lembar voucher, pengunjung dapat memilih-milih dan menikmati masakan-masakan yang disukainya ke berbagai stan yang ada.
Jenis-jenis menu makanan yang tersaji dalam festival itu, seperti kinoko yaki, yaitu masakan yang terbuat dari jamur merang dibalur tepung dan digoreng sampai garing. Proses pembuatannya sangat sederhana, jamur merang segar yang telah dicuci bersih dicelupkan ke dalam adonan tepung terigu yang telah diberi garam, lada, bubuk bawang putih, dan telur ayam. Lalu digoreng di dalam rendaman minyak goreng panas hingga warnanya menguning.
Di negara asalnya, kinoko yaki sendiri merupakan makanan camilan yang biasa dijual di pinggir jalan, sama seperti makanan gorengan tahu, singkong, dan pisang yang biasa dijual di pinggir jalan di negara kita.
Menu makanan selanjutnya, yaitu yakitori, dibuat dari potongan-potongan daging ayam, paprika hijau dan merah, daun bawang dan bawang bombay yang disajikan seperti sate dengan proses pemasakannya pun dipanggang. Yakitori sendiri, paling nikmat bila dibalur atau dicelup ke saus kikomen, yaitu saus asli Jepang yang citarasanya gurih dan sedikit asin. Menu ini di Jepang dimasukkan dalam katagori desert atau sebagai makanan penutup menu utama.
Pengunjung dapat pula menikmati gurihnya bakso ikan, udang, nori, crap stick, dan setcin yang diguyur dengan kaldu ikan laut yang dibumbui mirin dan soysauce, dan diberi mie putih. Menu makanan itu pun cukup populer di Indonesia, namanya udon.
Tempura pun hadir dalam acara itu. Masakan yang sudah populer di Indonesia itu, sebenarnya adalah goreng-gorengan yang terbuat dari potongan paprika, udang, brokoli, terong, ubi merah, jamur, dan bawang bombay yang semuanya terbalur tepung bumbu. Seperti kinoko yaki, tempura pun merupakan makanan camilan.
Menu makanan lain yang juga dikenal, yaitu sushi dan onigiri. Masakan itu sepintas hampir mirip. Sushi yang terbuat dari nasi ketan berisi potongan wortel, ketimun, telur ayam, dan crap stick itu dililit oleh rumput laut. Sedangkan onigiri, terbuat dari nasi ketan yang telah direndam dalam air cuka, gula, dan garam, disajikan dengan menaruh potongan daging asap dan diikat dengan rumput laut. Kedua menu makanan itu, paling nikmat bila dibalur saus kikomen.
Ada pula kaki gori, es serut asli Jepang itu proses pembuatannya sangat mudah, hanya menggerus es batu hingga menjadi serbuk, lalu dituangi sirup berwarna merah. Tidak ketinggalan, ichigo crush, yaitu minuman penyegar yang terbuat dari potongan strawberry dan es serut yang dibubuhi lime bubuk, gula pasir dan simple syrup.
Stan makanan yang paling banyak mendapatkan animo dari pengunjung dalam festival itu, yaitu stan dorayaki. Pancake asli Jepang itu populer di Indonesia, karena film animasi Doraemon yang hingga kini masih diputar di salah satu stasiun televisi.
Pembuatan dorayaki sendiri, sebenarnya relatif mudah, hanya menuangkan adonan tepung terigu, susu segar, telur ayam, dan mentega ke wajan panas berdesain khusus yang dibalur sedikit minyak goreng. Penyajiannya dengan memberikan madu dan coklat cair.
Rudi D. Sukmana
Cheer's Resto
Bogor, Jurnal Bogor
Cheer’s Resto yang menempati lokasi di lantai dasar Pangrango Plaza, memang memiliki nuansa tersendiri. Meskipun memakai embel-embel resto sejak hampir setahun lalu, Cheer’s yang dimiliki oleh Yulizar Dianasari itu lebih tepat disebut kafe.
Menurut Yonno manager Cheer’s Resto, tempat yang dikelolanya memiliki 40 seats, dengan dua room berbeda, yaitu smoke room dengan akses dari dalam plaza, dan non smoke room yang berada di bagian beranda selasar plaza. “Menu andalan kami, Cheer’s Medallion Steak sebagai main course,” ujar Yonno kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Menu itu, tambahnya, memakai daging sapi impor pilihan yang didatangkan langsung dari Australia. “Bentuknya bundar seperti medali, diletakkan di atas taburan mix vegetables, lalu ditumpuk dengan beberapa potong fried onion ring di atasnya. Terakhir, kami guyur dengan special barbeque sauce, yang cita rasa pastanya tidak ditemukan di restoran lain,” jelasnya.
Yonno yang juga merangkap sebagai kepala koki itu mengatakan, crew di Cheer’s sebanyak enam orang, di mana tiga orang merangkap sebagai asistennya. “Saya dipercaya pemilik untuk mengembangkan usaha ini, karena pengalaman saya selama empat tahun sebagai chef di Sing Yang Oriental Food Restaurant, di ibukota Arab Saudi,” paparnya.
Selain Cheer’s Medallion Steak, menu unggulan lain di tempat itu adalah TomYam Soup.
Starter menu yang berasal dari Thailand itu, penuh berisi seafood, seperti cumi, kakap, dan udang, sehingga aroma rasanya sangat kental dengan nuansa lautan. Untuk steak, lanjutnya, ditawarkan dengan harga hanya Rp. 29.900, sedangkan TomYam Soup, dapat diseruput oleh pengunjung hanya dengan merogoh kocek Rp. 17.500.
Menu unggulan cold beverages Cheer’s, yaitu Strawberry Juice dan Vanilla Milk Shake masing-masing dipatok dengan harga Rp. 12.900 dan Rp. 13.900. “Untuk menu unggulan hot beverages, kami mengandalkan Hot Espresso dan Hot Cappucino,” papar Yonno seraya menambahkan harga masing-masing minuman hangat itu Rp. 12.900 dan Rp. 14.900.
Yang istimewa dari minuman hangat, lanjutnya, terbuat dari biji kopi arabica pilihan Caswell’s. Kopi jenis itu dipilih karena memiliki rasa dan aroma kopi yang sangat kuat. “Yang penting mutu proses pembuatannya, dari penggilingan hingga ke penyajian,” tukasnya seraya mempersilakan Jurnal Bogor menikmati segelas Hot Cappucino.
Menu andalan yang masih mengepul itu, menyebarkan aromanya yang khas. Harum kopi yang dipadu dengan susu segar, dan ditaburi kayu manis. Regukan pertama, rasa susu segarnya mampu menghadirkan suasana sejuk hawa pegunungan di Lembang Bandung. Tegukan kedua, rasa pahit kopi Caswell’s sangat nyaman di ujung lidah. Lalu yang ketiga, rasa manis dari kayu manis pun hadir.
Cheer’s Resto, menurut Yonno, banyak dikunjungi para artis terkenal, seperti Marissa Haque, Ratna Listi, Lucky Resa, dan Idang Rasyidi. “Bila ada artis tenar lain yang baru berkunjung ke sini, kami biasanya meminta kesediaan artis tersebut untuk mendokumentasikan tandatangannya di tempat yang telah kami sediakan,” jelasnya.
Cheer’s yang memiliki arti ceria selalu, mengambil komposisi warna coklat, orange, dan hijau yang mendominasi tampilannya. Tempat itu memang enak untuk mojok. Tak heran bila di sini, lagu-lagu cinta selalu mengalun, karena banyak kata-kata cinta hadir di sini.
Rudi D. Sukmana
Ayam Goreng Bondongan Warung Doyong
Bogor, Jurnal Bogor
Ayam goreng Bondongan Warung Doyong yang berlokasi di Jl. Pahlawan Bondongan, sudah dikenal sejak 28 tahun lalu. Hingga kini, usaha yang dirintis oleh Johanes Meta itu, sudah mulai dialihgenerasikan. “Papa sudah jualan sebelum saya lahir,” ungkap Lia, putri Johanes kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Menurut Lia, rumah makan yang dirintis kedua orangtuanya itu lebih layak disebut kedai. “Tempat kami tidak semewah restoran atau kafe, tapi kami selalu berusaha maksimal menyajikan masakan dengan rasa yang istimewa,” tuturnya.
Menu masakan yang tersaji, utamanya adalah ayam goreng dengan 12 macam tumis-tumisan sayur, seperti tumis toge, tumis buncis, tumis oncom, serta disediakan juga sayur asam. Selain itu, sebagai pelengkap, Warung Doyong menyediakan, tumis cumi, ikan-ikanan goreng, seperti nila, gurame, dan kembung, tempe, tahu, dan bakwan jagung, serta tidak lupa semur jengkol.
Untuk minuman, selain minuman konvensional, seperti teh dan es jeruk, di sana juga disediakan aneka juice yang terbuat dari buah-buahan segar. “Juice andalan kami, juice strawberry dan juice anggur. Juice yang kami buat, asli dari buah tanpa campuran air dan citroen. Selain itu, ada juga juice kemang, hanya saja ketersediaannya menurut musim buah kemang,” papar Lia seraya menambahkan, semua buah-buahan itu dibeli langsung dari petani di Bandung.
Dikatakannya, sampai saat ini yang memasak makanan itu adalah ibunya. “Semua bumbu diramu oleh Mama, sejak jam tiga dini hari. Soalnya, kami buka mulai pukul enam pagi sampai jam lima sore,” jelas Lia.
Dalam sehari, menurutnya, menghabiskan 30 ekor ayam. Jumlah itu, lanjutnya, akan melonjak drastis ketika hari Sabtu dan Minggu, di mana dibutuhkan sampai 100 ekor ayam pada hari itu. “Saat ini, langganan kami sehari-hari banyak dari para penghuni Bogor Nirwana Residence,” tukasnya.
Untuk satu potong ayam goring, Warung Doyong mematok harga Rp. 6.000, sedangkan juice buah-buahan antara Rp. 6.000 sampai Rp. 8.000 per gelas. “Masakan lain, harganya antara Rp. 2.000 sampai Rp. 5.000, tergantung pesanan. Satu porsi lengkap dengan juice, rata-rata Rp. 20 ribu,” papar Lia.
Ketika Jurnal Bogor diminta untuk menikmati hidangan yang sengaja disajikan, nasi putih diguyur tumis toge, dengan lauk tahu tempe yang digoreng garing, diselipkan sesendok sambal goring, serta sepotong paha ayam goreng bertabur rempah-rempahnya dan semangkuk sayur asam yang disajikan terpisah, dilihat dari penampilan luar memang biasa saja.
Setelah dicicipi, ternyata rasanya, mm.. dalam sekejap piring yang tersaji ludes tandas. Ayam gorengnya itu, nikmatnya hingga ke dalam tulang. Apalagi bagi kebanyakan urang Sunda yang terbiasa menggelutuk tulang paha ayam goreng untuk menyeruput sumsumnya.
Tumis toge dengan rasa yang pas, sangat padu dengan tempe yang digoreng hampir garing. Belum lagi kelembutan tahu kuning yang pecah di dalam mulut ketika dikunyah. Yang istimewa adalah rasa sambal gorengnya, ketika dicocol dengan sekerat ayam goreng. Ditambah pula dengan kuah sayur asam yang diseruput langsung dari mangkuknya. Rasa asam bercampur dengan sedikit pedas dan manis itu, langsung bereaksi di ujung lidah.
Selesai makan, juice strawberry yang disajikan pun dihirup sedikit demi sedikit. Rasa manis berbalur sedikit rasa asam strawberry menggelosor di tenggorokan. Dinginnya mampu menimbulkan kesegaran tubuh yang sebelumnya terasa penat.
Sayangnya, karena perut sudah penuh kekenyangan, masih ada sedikit rasa penasaran dari hidangan yang tersaji di Warung Doyong. Ada satu yang sebenarnya ingin sekali dirasakan kenikmatannya, semur jengkolnya itu.
Rudi D. Sukmana
Bubur Ayam Kabita
Bogor, Jurnal Bogor
Bubur Ayam Kabita yang berlokasi di Jl. Mayjen Ishak Djuarsa Gunung Batu Bogor, sejak 1972 rasanya tidak pernah berubah. Usaha yang dirintis oleh Haji Lukman itu, pada awalnya menempati kios di Pasar Anyar. Hingga kini, Bubur Ayam Kabita masih banyak dikunjungi para penyuka kudapan bubur ayam.
“Dahulu di Pasar Anyar, orangtua hanya buka selama dua tahun. Dari 1974 sampai sekarang, kami hanya buka di sini,” ungkap Julius Lukman, penerus usaha Bubur Ayam Kabita kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Menurut Juli, cita rasa bubur ayam yang tetap dijaga itu sebagai kekuatan dari penganan yang dijualnya. “Kebanyakan pelanggan datang ke sini untuk bernostalgia rasa. Jadi, kalau rasanya berubah sedikit saja, pembeli langsung tahu,” ujarnya.
Pelanggan bubur ayamnya, tutur Juli, berasal dari berbagai pelosok. “Pernah ada pelanggan saya yang menelepon, tentang cita rasa yang berbeda di Bubur Ayam Kabita cabang Yogyakarta. Saya katakan, bahwa saya tidak pernah membuka cabang di tempat manapun,” tukasnya.
Dari masukan para pelanggan, menurut Juli, kekhasan cita rasa jualannya terletak pada kuah kaldu yang membanjiri bubur nasi dalam mangkuk. Kuah kaldu itu, lanjutnya, dibuat dari bahan-bahan dengan ramuan khusus.
“Mohon maaf, resepnya itu rahasia dapur,” ujar Juli seraya menambahkan, bumbu-bumbu kaldunya sudah umum digunakan para penjual bubur ayam lain. Ramuan tersebut, lanjut Juli, merupakan hasil racikan ayahnya, Haji Lukman yang diturunkan kepadanya. “Kebetulan saya memang hobi memasak, jadi saya teruskan usaha ayah saya ini,” ujarnya.
Selain bubur ayam, dijual pula lauk pendukungnya, seperti sate usus dan sate telur puyuh. “Soto ayam juga kami sediakan sebagai menu tetap,” tukasnya. Juli pun menambah dagangannya dengan telur asin, serta penganan-penganan kecil, seperti rempeyek, balado singkong, emping, krupuk kulit, yang dipesannya dari kolega-koleganya.
Meskipun kapasitas tempat makannya hanya mampu menampung maksimal 30 pembeli, Juli menuturkan, hingga saat ini belum ada niat untuk mengembangkan usahanya. “Untuk urusan kenyamanan tempat, kami mempersilakan pembeli memilih kafe dan restoran,” tukasnya. Untuk urusan rasa, lanjut Julius, bubur ayam jualannya tidak akan ditemui di kafe atau restoran manapun.
“Saya selalu mengutamakan kebersihan dari proses pembuatan hingga ke penyajiannya,” tegas Juli. Hingga saat ini, tambahnya, belum pernah ada pembeli yang mengeluh setelah menyantap bubur dagangannya.
Selain bubur ayam, dijual pula lauk pendukungnya, seperti sate usus dan sate telur puyuh. “Soto ayam juga kami sediakan sebagai menu tetap,” tukasnya. Juli pun menambah dagangannya dengan telur asin, serta penganan-penganan kecil, seperti rempeyek, balado singkong, emping, krupuk kulit, yang dipesannya dari kolega-koleganya.
Untuk menikmati cita rasa Bubur Ayam Kabita, pembeli cukup merogoh kocek Rp. 6.000 saja. Semangkuk bubur yang masih mengepul, dapat kita nikmati. Bubur yang terendam kuah kaldu istimewa itu, bertabur rajahan daging ayam goreng yang menutup bagian atas buburnya, serta tambahan krupuk renyah, sangat mengundang selera untuk disantap. Apalagi di pagi hari, setelah melepas lelah berolahraga. “Paling ramai, setiap Minggu pagi. Kami sering kewalahan melayani pengunjung yang membludak,” katanya.
Dikatakan Juli, usaha yang diteruskannya itu bukan untuk bersaing dengan penjual bubur ayam lainnya. Pembeli, lanjutnya, dipersilakan menilai sendiri kenikmatan rasa bubur ayamnya. “Yang jelas, bubur ayam kami rasanya disuka dari bayi sampai kakek-nenek,” ujarnya sambil tersenyum.
Rudi D. Sukmana
Bumbu Desa
Bogor, Jurnal Bogor
Baraya atau saudara satu kampung, istilah manajemen Bumbu Desa terhadap konsumen yang tinggal di Bogor, kini dapat menikmati kekhasan hidangan ala Bumbu Desa. Dibuka sejak 8 September 2007, rumah makan ini hadir di Jl. Pajajaran Bogor.
“Tiga bulan buka, kami selalu capai target. Sampai saat ini, restoran kami selalu penuh oleh pengunjung, terutama di hari Sabtu dan Minggu. Hatur nuhun warga Bogor,” kata Roni A. Umaren, outlet manager Bumbu Desa Bogor kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Menurut Roni, kedai yang dikelolanya memegang teguh tradisi Sunda yang penuh dengan senyum dan keramahtamahan. Sesuai dengan pepatahnya, someah hade ka semah atau selalu ramah terhadap tamu, Roni menuturkan, staf dan karyawan Bumbu Desa selalu menggunakan pin Murah Senyum, untuk mengingatkan mereka, agar selalu tersenyum dalam menghadapi pelanggan. “Nilai itulah yang dijadikan falsafah dan kekuatan Bumbu Desa dalam melayani baraya,” ujarnya.
Bumbu Desa Bogor yang berada dalam holding company PT. Tirta Gangga Gita Maya Bandung ini, memiliki lebih dari 100 koleksi menu makanan dan minuman. “Agar tidak bosan, setiap minggu kami selalu mengganti menu. Kami pun hanya menyajikan sekitar 50 menu makanan-minuman per harinya. Semuanya khas masakan Sunda,” ujar Roni.
Dikatakannya, sebagai cabang ke-7 atau ke-3 di luar Bandung, Bumbu Desa tetap membidik kalangan menengah atas, yang tidak hanya sekedar membeli rasa, melainkan juga mencari pengalaman dan kenyamanan selera.
“Rata-rata per orang Rp. 40 ribu. Harga kami itu dinilai di atas rata-rata oleh konsumen,” tuturnya. Sebagai konsekuensinya, lanjut Roni, pihaknya selalu memperhatikan mutu pelayanan dan kenyamanan, serta menu yang beragam dan selalu berubah setiap minggunya.
Dengan interior khas bernuansa kayu, berkapasitas 188 kursi dan parkir yang memuat 40 mobil, pengunjung yang datang akan langsung mendapatkan nomor meja berkonsep all you can seat, atau bisa memilih tempat duduk di mana saja yang kosong. Pengunjung, dapat memilih makanan setengah matang yang disajikan. “Makanan yang dipilih akan kami goreng dan diantar ke meja. Sambal dan lalapan disediakan free,” ujarnya.
Masakan yang dihidangkan ala prasmanan, merupakan perpaduan dua generasi, modern dan klasik daerah. Dengan menu tetap, seperti ayam-ayaman baik digoreng maupun dibakar, gurame cobek, pepes ikan mas, dan gurame pedas, Bumbu Desa juga menawarkan nikmatnya udang rarong dan ikan paray yang didatangkan langsung dari Garut dan Tasikmalaya.
“Baraya bisa menikmati pepes nasi bakar yang harum, gurihnya oncom dadu kering dan nyerocot tutut koneng,” tukas Roni seraya menambahkan, kenikmatan aroma dan rasa masakan Bumbu Desa sangat membangkitkan gairah makan sekeluarga.
Sedangkan, minuman khas Bumbu Desa Bogor, yang tidak ada di restoran lain, adalah Es Kopyor Pajajaran. “Kami juga menyediakan Juice Terapi, minuman sehat dari campuran buah-buahan segar yang berkhasiat menurunkan kolesterol, diabetes dan lancar pencernaan,” jelas Roni.
Masakan yang disajikan, lanjutnya, merupakan penelusuran tim Bumbu Desa terhadap berbagai menu yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat. “Alhamdulillah, dua tahun berturut-turut kami menerima penghargaan sebagai restoran terbaik di Bandung untuk katagori restoran Indonesia, versi majalah Jakarta Java Kini” ujar Roni.
Rudi D. Sukmana