Bogor, Jurnal Bogor
Pernah dalam edisi-edisi awal harian tercinta ini, ada warga Bogor yang mengirimkan SMS pada halaman Saur Wargi yang menanyakan tentang toge goreng Pak Gebro yang asli saat ini berada di mana.
Jawaban dari pertanyaan itu sendiri, diakui rada-rada susah, karena Pak Gebro sebagai pendekar adidaya dalam pertogegorengan, menurunkan ilmu kedigdayaannya kepada banyak murid, yang kini menjadi pendekar-pendekar toge goreng di Kota Bogor, yang memiliki reputasi tinggi.
Beberapa tempat penjual toge goreng yang merupakan hasil didikan dari sang pendekar, antara lain toge goreng Teh Ara yang mangkal di Jl. Cidangiang, di dekat pool bis wisata, dan toge goreng Mang Acang yang biasa mangkal di Jl. Bina Marga berdekatan dengan Saung Kabayan.
Tempat awalmulanya Toge Goreng Pak Gebro sendiri di Jl. Dewi Sartika, berdekatan dengan kantor cabang BCA dan gedung BRI, kini dikelola oleh Sudjana. Sebagai salah seorang yang semenjak kecil ikut membantu Pak Gebro berjualan, Sudjana melanjutkan usaha kuliner khas Kota Bogor itu, setelah Pak Gebro mangkat.
Dengan mengusung nama Toge Goreng Gebro Saputra, saat ini kudapan itu mempunyai dua tempat tambahan lagi, yaitu di Pasar Sukasari atau yang lebih dikenal dengan nama Pasar Gembrong Jl. Siliwangi, dan di Jl. Nenas daerah yang menuju Katulampa, dekat dengan SKI Tas Tajur.
Menurut Deden Saputra, penjual Toge Goreng Gebro Saputra di Pasar Gembrong, toge goreng Pak Gebro memang sudah terkenal sebagai hidangan khas dari Kota Bogor sejak dulu. “Bahkan Pak Emil Salim pun, dulu selalu langganan toge goreng bikinan Aki,” ujar Dede, panggilan akrab Deden Saputra kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dede yang menyebut Pak Gebro dengan panggilan Aki menjelaskan, sebagai anak dari Sudjana, ia berjualan toge goreng di Pasar Gembrong sejak dua tahun lalu. “Satu lagi yang ada di Katulampa, dikelola oleh Haji Hasan, cucu dari Pak Gebro,” jelasnya.
Kunci dari Toge Goreng Gebro Saputra, terletak pada kuahnya yang terbuat dari campuran tauco dan oncom merah. “Yang membuat kuah ini, bapak saya. Saya dan Pak Haji Hasan mengambil dari Pasar Anyar untuk dijual di tempat masing-masing,” ungkap Dede.
Rudi D. Sukmana
Jumat, 28 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar