Rasa dan Harganya Karaos Ku Anak Kos
Bogor, Jurnal Bogor
Kali ini merupakan kali pertama petualang rasa jati merambah Jl. Babakan Raya Kampus Dalam. Jalan yang berdampingan dengan kawasan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga itu memang terlihat selalu ramai. Tak heran karena IPB merupakan perguruan tinggi yang sangat difavoritkan di Indonesia, sehingga di kampus itu, semua mahasiswa dari seluruh pelosok nusantara berkumpul.
Empatbelas tahun lalu ketika masih menyusun skripsi, saya sering bolak-balik ke Dramaga untuk mengetik di rental komputer yang banyak tersedia di daerah itu. Pada waktu itu, kondisi belum seramai seperti sekarang, di mana tempat-tempat makan hanya ada beberapa saja.
Berbeda dengan saat ini, tempat-tempat makan begitu menjamur di sepanjang Jl. Babakan Raya. Dapat dikatakan, dengan beragamnya tempat makan itu, Jl. Babakan Raya pun merupakan salah satu titik kuliner di Bogor.
Cukup bingung juga memilih satu tempat makan di area ini. Akhirnya, pilihan pun ditetapkan dengan mengunjungi satu tempat makan yang bernama Rumah Makan Raos. Tampilan rumah makan itu sebenarnya sederhana saja, mirip warung atau kedai nasi. Namun, tempat makan itu sangat ramai dikunjungi pembeli, apalagi ketika waktunya makan siang.
Ketika memasuki Rumah Makan Raos, wangi aroma ikan yang tengah dipanggang merebak hingga ke dalam. Asapnya yang mengepul pun merebak memenuhi jalan di sekitar rumah makan itu.
Neni Rahmawati, koordinator Rumah Makan Raos mengatakan, tempat makan itu dimiliki Kariman, warga Dramaga yang telah membuka usahanya sejak 2000 lalu. “Tempat makan kami dibuka setiap hari mulai jam 7.00 sampai jam 21.00 nonstop tanpa hari libur,” ujar Neni kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Neni, Rumah Makan Raos yang memiliki delapan karyawan itu membidik segementasi mahasiswa IPB dengan menyediakan menu-menu makanan yang dijamin akan membuat kenyang para pengunjungnya. Tak heran, karena untuk nasi putih, para pengunjung Rumah Makan Raos dibebaskan mengambil sendiri sesuai porsi yang diinginkan.
Terbit rasa penasaran untuk menjajal citarasa menu yang disediakan Rumah Makan Raos, saya pun memesan menu basic, yakni tempe bakar yang dibandrol dengan harga Rp 5.500 dengan minuman favorit saya, yakni teh tawar panas, bukan hangat. Lauk berprotein dan bergizi tinggi itu pun tak berapa lama tersaji di hadapan dengan beralaskan daun pisang di piring yang terbuat dari anyaman bambu. Daun kemangi, kol, dan potongan mentimun serta sambal menjadi pengiring menu tempe bakar itu.
Tak lupa, disediakan pula semangkuk air untuk mencuci tangan, bila pengunjung ingin menyantap tanpa menggunakan sendok. Sedangkan nasi putih, saya dipersilakan untuk mengambil sendiri dari boboko plastik besar yang sudah disediakan di samping tumpukan piring melamin.
Baik, saatnya menjajal salahsatu tempat kuliner di daerah Dramaga ini. Suapan pertama pun masuk ke dalam mulut. Mm.. menurut saya, nasi putih yang disediakan rumah makan ini sangat kental dengan ciri khas Sunda, karena nasi putihnya diolah tidak terlalu empuk, mirip nasi yang dipersiapkan untuk membuat menu nasi goreng.
Tempe bakar pun kemudian saya cicipi. Citarasa tempenya cukup kuat, karena bumbu-bumbunya sudah meresap hingga ke dalam tempe yang sengaja dipotong berukuran tebal itu. Racikan bumbu tempe bakar ala rumah makan itu, menurut saya memiliki citarasa yang mirip dengan racikan bumbu untuk membuat tempe bacem.
Tempe berbumbu bawang merah, garam, ketumbar, daun salam, dan gula merah yang diungkep dengan air kelapa memang bumbu khas untuk membuat bacem, hanya saja kelanjutannya tidak digoreng melainkan dibakar. Sungguh suatu kreasi yang patut ditiru.
Lalapan yang tersaji pun cukup segar, sehingga saya dengan lahap menyantap daun kemangi, kol, dan mentimun terlebih dahulu sebagai appertizer. Citarasa yang muncul memang cukup membangkitkan selera makan.
Dengan mencocol potongan-potongan tempe bakar ke sambal, citarasa menu yang disuguhkan Rumah Makan Raos memang cukup nikmat. Meski menurut lidah Sunda ini, sambal yang disajikan masih kurang seuhah dan cenderung lebih bercitarasa manis, secara keseluruhan menu itu cukup mampu mengenyangkan perut ini.
Seusai menikmati santapan di Rumah Makan Raos, Neni mengatakan, tempat makan yang turut dikelolanya memang banyak dikunjungi para mahasiswa yang berkuliah di IPB, terutama mereka yang mengambil kos di daerah Dramaga, sehingga harga-harga menu yang disediakan pun disesuaikan dengan kantong anak kos. Sambil membayar menu pesanan yang telah ludes tandas itu, saya menganggukkan kepala tanda mahfum, Rumah Makan Raos rasa dan harganya memang karaos ku anak kos.
Rudi D. Sukmana
Selasa, 08 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar