Bogor, Jurnal Bogor
Ada satu lagi tempat kuliner yang dapat diperhitungkan, karena menyajikan citarasa menu yang cukup istimewa. Bila sedang melintas di Jl. Lodaya 2 atau Jl. Cilibende di dekat Hotel Pangrango 3, sebuah gazebo berwarna biru akan terlihat dengan banner kecil berwarna merah menggoda, yang langsung menawarkan makanan yang dijualnya.
Sate Maranggi Sapi Haji Babah, nama tempat kuliner tenda itu dijaga oleh dua orang secara bergantian, yakni Irman Firmansyah dan Syamsul Hidayat. “Kami baru dua minggu membuka tempat di sini,” ujar Irman Firmansyah kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Warung tenda Sate Maranggi Sapi Haji Babah, menurut Irman dibuka setiap hari mulai pukul 8.00 sampai pukul 22.00. “Khusus Jumat, tempat kami libur, karena selain untuk beristirahat juga untuk beribadah,” jelasnya.
Dikatakan Irman, tenda makan yang turut dikelolanya itu dimiliki oleh Haji Babah yang berasal dari Cipanas. “Sate Maranggi sendiri sebenarnya makanan asli dari daerah Cianjur,” terangnya sambil mempersiapkan arang untuk pembaraan.
Irman juga mengatakan, satu tusuk sate sapi yang dijual di tempatnya dihargai Rp 1.250. “Satu porsi sate dengan nasi harganya Rp 6.500, terdiri dari empat tusuk sate sapi ditambah bumbunya. Kalau air minum kami sediakan gratis,” terangnya.
Sambil menunggu arang membara, Irman menuturkan, seharinya dibutuhkan setengah kilogram daging sapi untuk membuat tusuk-tusuk sate Maranggi. “Sebelum dibakar, daging sapinya direndam bumbu-bumbu khusus khas bumbu sate Maranggi,” jelasnya.
Asap pun mulai membumbung tinggi, membawa aroma sate sapi maranggi yang telah berbumbu. Potongan-potongan daging sapi yang terbakar bara mulai memerah dan mengeluarkan airnya, sementara Irman terus sibuk mengipasi bara supaya daging satenya dapat matang dengan merata.
Sesaat setelah sate pun matang di atas bara, Irman menyendok nasi putih di atas piring. Dengan cekatan, empat tusuk sate itu pun ditaruh di pinggir nasi putih dan langsung diberi bumbunya.
Bumbu Sate Maranggi Sapi Haji Babah, ternyata oncom beureum yang telah ditumis. Membayangkan perpaduan rasa sate sapi dengan tumis oncom itu, membuat saya semakin penasaran dengan citarasa yang akan tampil.
Tusuk demi tusuk sate sapi pun dilahap ke dalam mulut. Daging lamusir dan jandonya menyuguhkan citarasa luar biasa. Sangat kentara sekali racikan bumbu-bumbu yang telah meresap di dalam daging yang dibakar di atas bara.
Bumbu tumis oncom beureumnya pun bercitarasa ajib dan mantab. Suatu sensasi rasa yang unik dan khas muncul ketika sepotong daging lamusir atau daging bagian haas sapi yang bahu membahu dengan secuil bumbu tumis oncom beureum. Dijamin, sate maranggi sapi, satu pasti nambah lagi.
Rudi D. Sukmana
Senin, 07 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar