Bogor, Jurnal Bogor
Bubur Ayam Bu Haji yang biasa mangkal di trotoar pertokoan Jembatan Merah, ternyata sudah mangkal sejak dekade tujuhpuluhan. Saepuloh, penjaja Bubur Ayam Bu Haji yang juga anak ke tiga dari Hajjah Suhaenah, pemilik Bubur Ayam Bu Haji mengatakan, ibunya telah berjualan bubur ayam bersama Haji Jajang sang ayah, sejak bubur ayam mereka dijual Rp 25 per mangkuk.
Dikatakan Saepuloh, bubur ayam yang dijualnya mengusung citarasa bubur ayam khas Sukabumi, karena orangtuanya berasal dari Sukabumi. “Perbedaan yang mendasar dari bubur ayam khas Sukabumi dengan bubur ayam khas Cianjur terletak pada kuah yang digunakan,” ungkap Saepuloh kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Bubur ayam khas Cianjur, lanjut Saepuloh, kuah yang dipakai warnanya lebih kuning dibandingkan kuah yang dipakai untuk bubur ayam khas Sukabumi. “Selain itu, bubur nasinya biasanya lebih pekat daripada bubur nasi yang disuguhkan ala bubur ayam khas Sukabumi,” terangnya.
Saepuloh juga mengatakan, kedua orangtuanya hingga saat ini masih sehat wal afiat. “Ibu Haji bahkan masih sering bantu berjualan sampai jam 10.00 pagi,” katanya seraya menambahkan, setiap hari dia berjualan mulai pukul 5.00 sampai pukul 12.00 tanpa hari libur.
Dalam sehari, dituturkan Saepuloh, dibutuhkan lima liter beras dan lima kilogram ayam untuk membuat lebih dari 100 mangkuk bubur ayam bagi para pelanggan. “Satu mangkuknya kini dihargai Rp 4.000, padahal tempat lain sudah menjual Rp 5.000 per mangkuk,” tukasnya.
Meski menurut banyak pelanggannya, citarasa Bubur Ayam Bu Haji tidak pernah berubah dari dahulu, Saepuloh menampiknya. Dia mengatakan, citarasa bubur ayam ibunya lebih enak waktu jaman dulu. “Dulu, daging ayam yang kami gunakan adalah daging ayam kampung. Jadi rasanya lebih enak dibandingkan sekarang yang menggunakan daging ayam potong biasa,” akunya.
Namun, yang menjadi ciri khas Bubur Ayam Bu Haji, menurut saya adalah citarasa sambal dan kuah yang disuguhkan. Kuah dan bumbu sambalnya itu, memang benar-benar berbeda. Sangat unik dan tak dapat ditemukan di tempat bubur ayam lainnya.
Menikmati Bubur Ayam Bu Haji Jembatan Merah, semangkuk rasanya tak cukup untuk memuaskan citarasa kuliner ini. Saya selalu memesan dua mangkuk bila makan di tempat itu. Dua hal yang membuat saya ketagihan adalah, kemewahan citarasanya yang tersembunyi di balik kesederhanaan tampilannya. Sungguh indah dan menawan.
Rudi D. Sukmana
Senin, 07 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar