Bogor, Jurnal Bogor
Secara iseng, saya berjalan menyusuri Jl. Cilibende karena tertarik dengan deretan warung makan yang berada di seberang Kampus Diploma Tiga Institut Pertanian Bogor (IPB) itu. Hingga hampir pada ujung warung makan-warung makan yang berjejer, perhatian saya terpaku pada satu tempat yang unik, karena kesan etnis yang ditampilkannya.
Satu warung makan yang cukup lebih bersih dibandingkan warung makan lainnya pun saya hampiri. Nama tempat itu, Kedai Saji. Selera pun bangkit setelah membaca daftar menu yang terpampang pada banner yang dipasang di dinding tempat makan itu. Oncom gejos dan pepes peda, merupakan menu-menu yang mampu menerbitkan air liur ini.
Dengan pasti dan langkah mantap, saya pun memasuki Kedai Saji. Alia, pemilk dan pengelola Kedai Saji menyambut dengan ramah dan mempersilakan saya duduk, sambil menanyakan menu apa yang ingin dipesan. Sesuai maksud, saya pun kemukakan menu yang ingin saya jajal kenikmatannya.
Sayang limaribu kali sayang, menurut Alia, menu-menu yang dimaksud tengah kosong. “Kami saat ini sedang berfokus pada menu paket hemat. Kenapa tidak coba saja menu paket hemat kami itu,” sarannya dengan ramah.
Menu paket hemat yang dimaksud Alia, yakni paket ayam bakar nasi putih ditambah sambal dan lalapan, yang ditawarkan dengan harga hanya Rp 5.000 per paket. “Menu itu sengaja kami sediakan khusus bagi kalangan mahasiswa, karena dari segi harga sangat diminati mereka,” ujarnya.
Untuk tidak membuat kecewa sang pemilik Kedai Saji, saya pun mengiyakan menu paket hemat ala Kedai Saji itu, hitung-hitung untuk menjajal sampai di mana kelezatan paket menu yang menjadi favorit kalangan mahasiswa D3 IPB itu.
Tak berapa lama, menu yang dimaksud pun tersaji di hadapan. Tampilan menunya cukup sederhana, namun porsi nasi putihnya dihidangkan cukup banyak. Sepotong ayam bakar bagian dada berwarna coklat menemani nasi putih itu, berdampingan dengan sambal dan lalapan yang terdiri dari potongan kol dan mentimun.
Nasi putih Kedai Saji cukup lembut citarasanya, ayam bakarnya pun menyuguhkan citarasa yang cukup istimewa. Racikan bumbu ayamnya sangat meresap ke dalam daging. Namun, sambalnya bagi saya kurang seuhah, meski kol dan mentimun yang disajikan cukup segar.
Selesai menuntaskan menu paket hemat itu, segelas teh tawar panas pun saya reguk sebagai penutup. Menurut saya, potongan ayam bakarnya tidak begitu sesuai dengan porsi nasi putih yang diberikan. Nasi putih masih bersisa banyak, ketika potongan ayam bakar telah ludes disantap.
Namun melihat dari segi harga, hal tersebut sangat wajar. Meminjam iklan salah satu layanan telepon selular, hare gene masih bisa jualan goceng? Sungguh salut menu limaribu itu akan menjadi menu langka, apalagi mengingat sebentar lagi harga BBM akan melonjak.
Rudi D. Sukmana
Selasa, 08 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar