Senin, 07 Juli 2008

Nasi Goreng, Teman Malam Kuliner Sejati

Bogor | Jurnal Bogor

Malam itu, Kota Bogor diguyur hujan. Dengan perut belum terisi nasi seharian, membuat koordinasi perut dan hidung tambah lengkap. Di saat perut kosong, hidung ini tak henti-hentinya mencium bau harum beberapa makanan di sepanjang Jalan Malabar.

Di sepanjang jalan itu memang banyak aneka makanan, mulai dari nasi goreng, ayam goreng, bebek goreng, sate ayam, hingga mie ayam. Jumlahnya pun lebih dari 20 tenda, baik permanen atau tidak. Lebih dari 10 penjual memilih teras rumahnya untuk menjual makanan.

Malam itu, salah satu makanan yang mampu menghipnotis perut ini adalah nasi goreng buatan mang Tono, lelaki 25 tahun yang baru saja menjadi seorang ayah. Dengan harga Rp 4.000 per porsi ditambah dengan teh manis hangat seharga Rp 1.500 dan kerupuk Rp 500, membuat warungnya ramai diserbu pemburu makanan malam di sepanjang Jalan Malabar, tepatnya di belakang Pangrango Plaza.

“Harganya memang murah dibanding tempat lain, sebab saya tak menjual suasana, melainkan menjual rasa,” kata Tono kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Dengan perpaduan kecap manis dan sedikit micin, rasa yang ke luar dari tumpukan nasi itu mampu membangkitkan selera makan yang memang tak bisa ditahan lagi. “Jika disajikan dalam keadaan panas, nasi goreng ini akan terasa nikmat, apalagi ditambah dengan telur dadar yang saya goreng terpisah,” ungkapnya.

Diakui Tono, dalam sehari usaha yang telah digeluti sejak lima tahun lalu itu selalu habis. “Sehari, saya selalu menanak nasi lima liter. Dan alhamdulillah selalu habis. Padahal, warung saya buka jam tiga sore,” paparnya.

Dari cara penggorengannya saja beda. Dengan penuh senyum dan sabar, tumpukan nasi yang sudah disiapkan lebih dulu masuk dalam penggorengan. Suara jerit nasi menahan rasa sakit dan bahagia karena menjadi manfaat bagi manusia bercampur dengan racikan aneka sayuran, seperti timun, tomat, seledri dan selada.

Memang pas ketika makan nasi goreng malam hari, apalagi saat hujan turun, dingin dan hangat menjadi satu. Dingin di luar hangat di dalam. Tak terasa, perut kosong ini terus menghentakkan otak, hingga menggerakkan tangan segera mengambil sendok dan garpu yang memang letaknya tak jauh.

Asap yang mengepul, kemasan yang menarik dan warna nasi yang cantik, ditambah satu gelas teh manis hangat, membuat diri ini bernafsu untuk segera melahap habis sajian yang ada di depan mata.

Saat sendok mengayun ke arah tumpukan nasi, hati ini berdebar, antara lapar dan lezatnya nasi goreng yang tersaji. Ketika mulut membuka, dan sebagian nasi goreng telah siap dilahap, dengan sendirinya lidah ini menjulur untuk menyambut nasi goreng. Begitu lezat ketika nasi goreng itu masuk dalam mulut dan lidah bergoyang-goyang mengejar satu persatu nasi goreng itu.

Rasa lapar yang seharian mendekap diri ini hilang, setelah sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat habis. Yang tertinggal hanya helaan nafas tanda lega dan puas.

Dony P. Herwanto

Tidak ada komentar: