Senin, 07 Juli 2008

Es Pocong Sudadi, Es Dorong yang Menggetarkan Nyali

Bogor, Jurnal Bogor

Siapa sih yang gak takut bila melihat setan di depan mata kita? Apalagi salah satunya Mr. P alias Pocong yang konon katanya suka berloncatan bila sedang menakuti orang-orang. Hii.. mendengar namanya saja sudah membuat badan kita bergidik, bahkan mungkin kita sudah ngibrit ketakutan.

Tapi gimana ya rasanya bila si Mr. P ini kita nikmati? Gak bisa ngebayanginnya kan?
Nah, justru dengan olahan tangan Sudadi, Pocong ini bisa kita nikmati kapan saja, terutama pada siang hari yang cukup terik. Walaupun namanya yang menyeramkan, namun es yang satu ini cukup laris manis di kalangan pelajar dan pegawai kantoran.

”Waktu itu saya sedang jalan-jalan, kemudian mencicipi Es Pocong di daerah Margonda Depok dan langsung terinspirasi untuk membuatnya. Tapi yang saya jual sekarang sudah dimodifikasi sehingga tidak menyerupai aslinya,” ungkap Sudadi, penjual Es Pocong kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Pria yang sudah memasung gerobaknya di Jl. Pemuda sejak tiga tahun lalu itu mengatakan, Es Pocong buatannya dibandrol Rp 4.000, sedangkan untuk Es Cendol dan Sop Buah masing-masing dihargai Rp 3.000 dan Rp 7.000. ”Awalnya saya juga menjual es duren namun sekarang hanya untuk menerima pesanan saja, seperti acara ulangtahun, pesta perkawinan atau acara-acara lainnya,” kata ayah dua anak itu.

Penasaran dengan Es Pocong, rekan saya, Julvahmi meneriakkan pesanannya dan saya cekikikan sendiri mendengarnya. Biasanya setan yang satu ini dihindari orang-orang, eh sekarang malah dicari-cari. ”Hari gini mah neng, kalau nama dagangan gak aneh-aneh mana menarik perhatian pelanggan,” ucap pria berusia 38 tahun itu.

Satu persatu bahan-bahan Es Pocong pun dimasukkan ke dalam gelas. Saya baru ngeh kenapa dinamakan Es Pocong, karena bubur sum-sum yang berwarna putih itu diletakkan di dasar gelas. Setelah itu menyusul pisang tanduk, rumput laut, kacang hijau yang dicampur dengan sekoteng, alpukat dan sentuhan akhir es batu yang dipercantik dengan sirup ceri serta air santan. ”Bedanya dengan yang di Depok terletak pada campuran isi, sirup dan air santan yang semuanya buatan saya sendiri, loh,” jelasnya.

Tak perlu menunggu lama, dua gelas Es Pocong tersaji manis di depan meja. Penampilannya yang berwarna-warni itu menggoda air liur saya yang sudah ketakutan mendengar namanya. Tanpa basa-basi, saya langsung menyendokkan Es Pocong itu.

Begitu menyuap bagian atas, rasanya dingin menyegarkan tapi pas bagian bawah, hangatnya bubur sum-sum menggelosor ke dalam kerongkongan. Puas mencicipi bagian demi bagian, saya megaduk semua olahan menjadi satu. Hmm..ajaibnya, sirup ceri buatan Sudadi, rasanya seperti salah satu minuman bersoda, sehingga membuat keceriaan tersendiri di perut saya. Menurut saya Es Pocong ini mirip dengan Es Palu Butung khas Makasar.

Nasia Freemeta Iskandar

Tidak ada komentar: