Kecil, Imut-imut, Enak dan Murah
Bogor, Jurnal Bogor
Berlokasi di komplek pertokoan yang bersebelahan dengan Ekalokasari Plaza, Roti Unyil Venus merupakan salah satu ikon kuliner Kota Hujan yang sudah dikenal di mana-mana. Sebelumnya, Roti Unyil Venus menempati sebuah toko di Jl. Siliwangi. “Baru pada 2007 kami pindah ke komplek ruko di Jl. Pajajaran ini,” ujar Miko, salah satu pengelola Roti Unyil Venus kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Miko, Roti Unyil Venus sudah membuka usahanya sejak 1992. “Pada waktu itu, roti unyil merupakan sebuah produk kuliner terbaru yang langsung digemari konsumen hingga saat ini,” tukasnya seraya menambahkan, Roti Unyil Venus disuka karena rasanya yang enak dengan harga yang sangat terjangkau.
Roti Unyil Venus sendiri, menurut Miko, telah lebih dari sepuluh bulan menempati lokasi baru di Jl Pajajaran, bersebelahan dengan Ekalokasari Plaza. Area toko Roti Unyil Venus di lokasi yang baru, tidak lebih luas dibanding toko lamanya. “Alasan kami pindah untuk meminimalisir kemacetan jalan. Di sini, jalannya relatif lebih lancar,” ujar Miko seraya menambahkan, investasi yang dikeluarkan untuk pindah lokasi, dan renovasi tempat itu lebih dari Rp 500 juta.
Kekuatan buzz marketing, diakui Miko sangat terbukti dalam menjaring konsumen yang lolos akibat kepindahan itu. “Empat bulan pertama setelah pindah, omset masih relatif sepi,” paparnya. Untungnya, para pelanggan setia segera mengetahui lokasi baru Roti Unyil Venus. Saat ini, menurut Miko, untuk membuat rotinya saja dibutuhkan lebih dari 250 kilogram tepung terigu per hari. Belum lagi bahan baku lainnya, seperti mentega, gula pasir, dan telur ayam.
Dikatakannya, menu roti yang dijual, terdiri dari 30 jenis dengan harga seribu rupiah per piece. “Rata-rata pengunjung membeli antara Rp. 15 ribu sampai Rp. 20 ribu sekali belanja,” ungkap Miko. Jenis roti yang paling digemari pembeli adalah roti jagung, roti coklat keju, roti daging asap sapi, dan roti coklat biasa.
Selain menyediakan makanan khas produksi sendiri, tempat itu juga menjajakan penganan-pengangan lain berupa jajanan pasar, baik kue-kue basah maupun kue-kue kering, seperti lemper, kue lapis, kue soes, kue talam, sampai ke telur asin untuk katagori kue-kue basah, dan cheese stick, nastangel, dan putih salju untuk katagori kue-kue kering. “Semua penganan kue-kue tambahan merupakan produksi dari beberapa kolega yang menitipkan barang dagangannya di tempat kami,” terang Miko.
Miko juga mengatakan, hingga saat ini konsep yang diusung tempat usahanya tetap akan dipertahankan. Karena produknya sendiri sangat cocok menjadi buah tangan atau oleh-oleh dari Kota Bogor, tempatnya tidak akan dirubah menjadi tempat makan berbentuk resto atau kafe. “Pembeli yang datang ke sini cukup membeli penganan yang diinginkan, dibungkus, dan dibawa pulan untuk oleh-oleh,” ujarnya.
Bahkan ke depan nanti, menurut Miko, usaha yang beromset lebih dari Rp 100 juta per bulan ini, tetap konsisten dengan format yang telah ada. Walaupun lebih dari 60 persen pelanggannya bukan warga Bogor, ia tidak berniat untuk membuka cabang. “Kami tetap mempertahankan Roti Unyil Venus sebagai ikon kami. “Roti unyil yang dibeli benar-benar fresh from the open, dan kami tidak ada niat untuk buka cabang,” ungkapnya.
Sisi unik roti unyil, merupakan keunggulan dari produk itu sendiri. Bentuk rotinya yang kecil, yang hanya mampu memenuhi satu suapan saja bagi mulut orang dewasa, ternyata disuka banyak pembeli. Selain jenisnya yang beragam, bentuk yang ditampilkan pun sangat mengundang selera untuk segera mencicipinya. “Kami memang sengaja membuat produk kami berkesan kecil, imut-imut, enak, beragam, dan murah,” ujar Miko.
Tertarik dengan penggambaran citarasa sepotong kecil Roti Unyil Venus, Jurnal Bogor lalu membeli sepuluh ragam roti itu sebagai oleh-oleh yang tentunya akan habis dalam perjalanan. Roti dengan variasi rasa dan bentuk itu pun terbungkus dalam kotak kardus bermerk. Setelah membayar sesuai order, dengan ringan kaki pun melangkah meninggalkan tempat itu.
Diperjalanan, satu per satu varian Roti Unyil Venus pun dicicipi. Rasanya sendiri, menurut lidah ini tidak segereget rasa Roti Unyil Venus yang dulu pernah saya rasakan. Roti Unyil Venus yang saat itu ada di tangan saya, kurang kelembutannya, padahal masih ada hawa panas fresh from the oven yang dirasakan tangan ini.
Meski rasa manis dan gurihnya terasa, tetapi sangat umum. Sangat sulit mencari sensasi rasa seperti yang dulu pernah dirasakan saat menikmati Roti Unyil Venus. Mungkin, karena saat ini sudah begitu banyak follower yang menawarkan citarasa yang lebih mumpuni dibandingkan sang pertama itu?
Meski demikian, nama besar Roti Unyil Venus cukup mampu menjual sensasi tersendiri. Roti itu memang sudah menjadi ikon Kota Hujan yang dicari para penggemar setianya. Pembeli akan dengan bangga menunjukkan oleh-oleh Roti Unyil Venus kepada orang yang menerimanya. “Oleh-oleh yang kubawa dari Kota Hujan Roti Unyil Venus, gitu lho!”
Rudi D. Sukmana
Selasa, 01 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar