Bogor, Jurnal Bogor
Rujak merupakan salah satu menu tradisional anak negeri yang bahan-bahannya terdiri dari buah-buahan yang biasanya berupa buah yang masih mengkal, sayuran, maupun umbi-umbian. Ciri khas rujak adalah, selalu menyertakan racikan sambal sebagai teman setia hidangan itu. Rujak sendiri memiliki banyak nama, salah satu namanya adalah asinan.
Salah satu jenis rujak yang memiliki banyak penggemar, yaitu rujak buah yang terdiri dari beragam buah-buahan, seperti papaya, mangga, kedondong, dan nanas. Jenis buah-buahan seperti mangga muda dan kedondong, konon sangat disukai karena memiliki rasa masam yang mampu mengusir sakit kepala di siang hari yang terik.
Meski hanya dengan sambal yang terbuat dari garam dan cabai, kedondong maupun mangga muda yang dicocol, benar-benar menggigit selera. Mata yang menyantapnya akan mengrenyit merasakan keasaman yang meraja di relung lidah, belum lagi rasa pedas yang timbul dari sambal yang menempel pada buah itu.
Ki Batin selalu tersenyum bila melihat penggemar rujak sedang menikmati hidangan kesukaan mereka itu. Dikatakannya, suka tidak suka, mau tidak mau, manusia membutuhkan pengalaman yang mampu membuat dirinya mengrenyitkan dahi. Dan itu diperoleh dari pengalaman rasa asam. “Hanya rasa kecut asam yang membuat dahi otomatis berkerut. Rasa lain justru sebaliknya,” ujar Ki Batin.
Asam sebagai rasa, lanjut Ki Batin, digolongkan manusia pada pijakan rasa negatif, sama seperti pahit. Sedangkan manis dan asin umumnya dikatagorikan sebagai rasa positif. “Padahal hakikatnya, tidak ada rasa negatif dan rasa yang positif,” ujarnya. Kecutnya asam, menjadikan diri mengerti apa makna sesungguhnya pahit, asin, dan manis. “Buah kedondong atau buah mangga muda memiliki rasa manis yang terbalur rasa kecut. Rasa asin adalah penawarnya, lalu, di mana pahitnya?” lanjut Ki Batin.
Dalam hidup pun, dikatakan Ki Batin, kita sering mengalami manis yang terbalur kecutnya kehidupan. Hanya saja, manusia selalu menyerah untuk mencari sang rasa manis pada hidup yang terasa kecut dan pahit. “Sangat sedikit yang dapat memaknai, sesungguhnya bila sudah sampai pada asinnya, pahit dan kecut pun akan menjadi manis,” ujarnya penuh misteri.
Ngarujak kedondong bersama rekan sekerja pada siang bolong yang panas pun menjadi suasana yang menyenangkan, karena sesaat diri bisa menggugah rasa. Di tengah senda gurau, tanpa disadari diri tengah menuju pada hakikat manisnya rasa asam dan asin.
Rudi D. Sukmana
Selasa, 01 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar