Bogor, Jurnal Bogor
Mungkin hampir sebagian besar supir angkot 03 dan 02 yang kebetulan memiliki satu tujuan sama yaitu ke terminal Bubulak mengenal pedagang satu ini. Seingnya para supir angkot itu melewati Jl. Raya Mayjen Ishak Djuarsa yang dulu lebih dikenal dengan nama Jl. Raya Gunung Batu itu, apalagi ditambah dengan kondisi jalanan yang macet dan semrawut pasti membuat hati para supir sering kesal.
Untuk menawar hati yang kesal, sarana terampuh adalah menyantap satu makanan. Cakwe dan roti bantal pun cocok sebagai penawarnya. Tak heran, penjual cakwe dan roti bantal yang biasa mangkal di pinggir jalan dekat Photo Anyar itu selalu habis dagangannya. “Sehari, saya biasanya menghabiskan 20 kilogram tepung terigu. Kadang lebih,” ungkap Ali, pedagang Cakwe dan Roti Bantal Gunung Batu kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Ali, ia beserta istrinya berusaha memenuhi selera para pelintas jalan yang lewat di depan dagangannya. Usahanya itu sendiri sudah dirintisnya sejak 2001 lalu. “Awalnya sedih, Mas. Rasanya mau ganti usaha aja,” tuturnya menceritakan suka-dukanya berdagang kue gorengan itu.
Setiap hari, Ali membuka dagangan sejak pukul 5.00. “Pagi hari merupakan jam sibuk saya. Saya harus cepat mengadon tepung, memotong-motongnya, dan menggoreng,” jelasnya. Hal itu dilakukannya, karena pagi hari merupakan waktu di mana dagangannya banyak dibeli para pelintas jalan yang lewat.
“Prinsip saya, mesti jual dulu sebanyak-banyaknya dan secepat mungkin pada waktu jam laku. Setelah itu, tinggal menunggu menghabiskan barang dagangan,” papar Ali seraya menambahkan, biasanya tidak lebih dari pukul 14.00, ia sudah menutup gerobaknya dan kembali pulang ke rumah.
Rasa cakwe dan roti bantal hasil olahan Ali sendiri, memang cukup umum. Namun hal itu justru merupakan keunggulan barang dagangannya. “Saya memang tidak bisa menjual makanan yang rasanya aneh-aneh. Yang umum saja, yang banyak orang suka,” tukasnya.
Ketika ditanyakan kepada Ali, kemana gerangan tukang somay misterius rasa jati yang pernah ikut mangkal di sebelahnya? Ali hanya tersenyum dan menatap penuh arti. “Memang banyak yang menanyakan kepada saya, tapi Mas tahu sendirilah,” sahutnya lalu tertawa.
Rudi D. Sukmana
Selasa, 01 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar