Melahap Ayam Empuk Hingga ke Tulang
Bogor, Jurnal Bogor
Hujan yang membasahi Bogor sejak dini hari kembali turun siang itu. Derasnya hujan yang mengguyur membuat Jurnal Bogor memasuki satu tempat makan yang ternyata menyajikan menu dengan rasa yang istimewa. Nama tempat makan itu, Pondok Lesehan Ayam Gepuk dan Daging Gepuk Sukarasa.
Menurut Etty Aswatinur, pemilik Pondok Lesehan Ayam Gepuk dan Daging Gepuk Sukarasa, tempat makan yang dikelolanya itu baru beroperasi sejak dua bulan lalu. Rumah makan yang berlokasi di Jl. Baru Villa Duta No.1000 Bogor itu disewanya selama lima tahun. “Sebelumnya saya sudah menjalankan usaha catering lebih dari empat tahun lalu di rumah saya Jl. Arzimar,” ujar Etty kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Etty, usahanya melayani jasa catering untuk rumahan dan karyawan kantor masih berjalan hingga saat ini. Pondok lesehan yang memiliki luas 1.000 meter persegi, dikatakannya, sebagai perluasan usaha. “Tempat kami dibuka setiap hari, mulai jam 9.00 sampai jam 21.30,” ujarnya.
Tempat makan itu didisain sedemikian rupa, dengan 10 saung lesehan yang berjejer memang cocok dengan nama yang diusung, yaitu pondok lesehan. “Konsep kami membidik pengunjung keluarga dan karyawan, untuk menikmati menu yang disediakan dengan santai, serasa di rumah sendiri,” papar Etty.
Etty juga menambahkan, para pengunjung bisa berleha-leha melepas lelah di saung yang sudah disediakan, yang mampu menampung sepuluh orang setiap satu saung lesehannya. “Setelah menyantap hidangan, silakan bila ingin tidur, atau berlama-lama menikmati suasana di sini,” ucapnya.
Meski menu yang disediakan tidak lebih dari 50 jenis masakan dan minuman, Etty mengatakan, nantinya akan ada penambahan menu spesial yang merupakan wujud apresiasinya kepada para pengunjung. “Salah satu menu yang akan kita sediakan, yaitu gurame goreng dan gurame bakar, karena banyak pengunjung yang menanyakan jenis hidangan satu itu,” tukasnya.
Harga menu makanan dan minuman yang dibandrol di pondok lesehan itu berkisar mulai harga Rp. 2.000 sampai Rp. 35.000. Menu termahal saat ini adalah hidangan ayam bakakak, yaitu hidangan gepuk ayam utuh yang disajikan untuk seluruh keluarga. “Satu ayam bakakak bisa dinikmati enam sampai delapan orang,” ungkap Etty.
Menu minuman yang disediakan di tempat itu terdiri dari tujuh jenis minuman, mulai dari harga Rp. 3.000 sampai Rp. 5.000 untuk aneka juice, lemon dan cappuccino. “Pengunjung biasanya memesan aneka juice yang tersedia, seperti juice orange, juice alpukat, dan juice strawberry,” jelas Etty.
Untuk menu makanan, dikatakan Etty, pengunjung banyak yang menyenangi ayam gepuk, daging gepuk, dan sop iga. “Menu-menu itu menjadi andalan dan unggulan rumah makan kami sejak buka,” tuturnya.
Meski dilihat dari penampilan ayam gepuk dan daging gepuk mirip dengan ayam goreng dan daging empal, dikatakan Etty ada perbedaan antara masakan gepuk dengan masakan biasa. “Dari prosesnya, sama tetapi hasil yang diperoleh berbeda. Gepuk seperti proses presto, sehingga menjadikan tulang empuk,” terangnya.
Selain itu, lanjut Etty, gepuk memiliki tampilan lebih basah dibandingkan masakan biasa. “Gepuk yang asli itu, dibalur dengan sambal gepuk, yaitu sambal bajak yang dibuat dari cabai rawit besar atau rawit Madura, sehingga pedasnya sangat terasa,” paparnya.
Dengan penjelasan panjang lebar itu, ditambah cuaca hujan yang membuat udara menjadi dingin, akhirnya satu menu gepuk ayam pun tersaji di atas lesehan, berteman dengan segelas teh tawar panas. Menu yang terhidang itu masih ditambah dengan satu tempe mendoan yang masih panas sebagai teman gepuk ayam.
Melahap seporsi gepuk ayam dengan tempe mendoan di tengah hujan deras, ternyata mampu menghadirkan nuansa rasa yang berbeda. Rasa sambal bajak, kali pertama memang cukup ngagegel, tapi selanjutnya, untuk lidah yang sudah kebal dengan citarasa pedas, sambal bajak itu kurang seuhah.
Meski demikian, daging ayam gepuk sangat berkoordinasi rasa dengan sambal bajaknya. Kenikmatan puncak adalah pada saat tulang ayam digeletuk, sangat empuk. Membuat sumsum tulang ayam dengan leluasa terseruput masuk melewati lidah rasa.
Kesempurnaan antara makanan dan minuman pun terjalin, setelah segelas air teh tawar panas yang diminum menutup ritual diri itu. Kehangatan yang menjalar pada sekujur tubuh membuat suhu dingin akibat hujan yang turun termaafkan.
Rudi D. Sukmana
Senin, 31 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar