Ngalalap Kemangi Anu ka Asa
Bogor, Jurnal Bogor
Sebagai satu jenis kuliner unik, laksa memiliki banyak kisah dalam perjalanannya menyuguhkan citarasa bagi perut manusia. Nama laksa sendiri, diambil dari bahasa Sanskrit India kuno, yaitu laksha yang mempunyai arti banyak, sedangkan arti laksa dalam Bahasa Indonesia berarti sepuluh ribu. Arti itu seakan menunjukkan, laksa dibuat dengan berbagai bumbu.
Sebenarnya laksa yang lebih dikenal di dunia adalah Laksa Kari, Laksa Assam, dan Laksa Sarawak, yaitu jenis makanan mi yang ditaruh beraneka bumbu di dalamnya. Di Indonesia, laksa merupakan makanan kebudayaan peranakan yang merupakan gabungan kuliner Tionghoa dan Melayu.
Meski demikian, Laksa Bogor merupakan jenis laksa yang memiliki citarasa tersendiri yang unik. Keunikan Laksa Bogor itu karena menambahkan oncom bereum dan daun kemangi dalam porsi yang cukup banyak, sehingga sangat sesuai dengan citarasa lidah Urang Sunda, khususnya warga asli Bogor. Menjadikan Laksa Bogor sebagai kuliner yang memiliki sepuluh ribu rasa.
Salah satu penjual Laksa Bogor, dapat dijumpai di dekat Taman Kencana. Wanah, perempuan penjual Laksa Bogor itu mengatakan, telah menjajakan kuliner itu sejak lebih dari 1,5 tahun lalu. “Sebelumnya, saya berjualan rujak ulek. Karena pembeli semakin berkurang, saya beralih menjual laksa,” ungkap Wanah kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Bersama-sama Muhrin, suaminya yang membuka kios rokok di sebelah tempat Wanah biasa mangkal, pasangan itu mencoba bertahan mengais rejeki di Taman Kencana yang saat ini terkenal sebagai salah satu titik wisata kuliner Kota Bogor. Laksa Bogor pun dijual Wanah dengan harga Rp 6.000 per porsi dengan tambahan lauk telur ayam rebut. “Untuk porsi kosongan, tanpa telur, saya jual Rp 4.000,” ujar Wanah.
Dikatakan Wanah, usahanya berjualan laksa dilakukan setiap hari tanpa hari libur mulai pukul 8.00 sampai pukul 16.00. “Kalau saya libur jualan, bisa-bisa saya dan keluarga tidak bisa makan,” ujar ibu dua anak itu seraya meracik menu Laksa Bogor dengan cepat.
Ritual peracikan laksa memang sangat dikenal unik. Oncom bereumnya diremas dan hancur oleh ujung jari, belum lagi daun kemangi segarnya yang wanginya merebak. Keunikan lainnya, adalah proses pematangan yang hanya merendam campuran bahan-bahan laksa dengan kuah laksa lalu kuahnya dituangkan kembali ke dalam panci secara berulang-ulang sebanyak tiga sampai empat kali. Sungguh suatu ritual peracikan yang enak untuk ditonton.
Dalam satu hari, Wanah biasa menyediakan 30 porsi Laksa Bogor. “Biasanya saya memutar modal Rp 100.000 perharinya. Keuntungan yang saya dapat sekitar Rp 20.000 sampai Rp 50.000, tergantung sepi tidaknya pembeli,” terangnya sambil menghidangkan satu porsi Laksa Bogor, lengkap dengan lauk telur ayam rebusnya.
Satu porsi Laksa Bogor yang terhidang, memang memiliki penampilan yang sederhana. Meski demikian, aroma harum bumbu-bumbu yang berasal dari kuah laksa yang masih mengepul, sangat menggoda indra penciuman ini. Sesendok sambal berwarna hijau layu pun tak lupa disisipkan di pinggir piring sebagai perangsang selera.
Satu seruput pun dilakukan untuk menjajal rasa. Mmm.. menurut saya, Laksa Bogor merupakan jenis masakan yang memiliki rasa nyaris mirip seperti Tom Yam Soup dari Thailand itu. Bedanya hanya bahan-bahan yang diberikan dan aroma laut yang disuguhkan oleh Tom Yam Soup.
Laksa Bogor Ibu Wanah menyuguhkan kuah yang bumbu-bumbu dapur dasarnya sangat terasa. Bahan-bahan lain, seperti ketupat, soun, dan toge bercampur padu dengan oncom bereum dan daun kemangi. Semuanya disajikan dengan setengah matang, itulah kekuatan rasa Laksa Bogor di samping daun kemangi dan oncom bereumnya.
Rasa pedas yang berasal dari sambal yang dibuat pun sangat menunjang citarasa Laksa Bgor yang disajikan Wanah. Ketika ditanya apa nama usaha yang dijalankannya, Wanah menjawab, tidak pernah terpikirkan untuk memberi nama usahanya itu. “Para pembeli biasanya memberi nama Laksa Bogor Taman Kencana untuk usaha yang saya jalankan,” ujarnya.
Tidak berapa lama, satu porsi Laksa Bogor pun tandas. Satu hentakan kuat angin dari dalam perut, membuat mulut ini membunyikan suara yang lazimnya tidak sopan. Untung saja, waktu itu hanya ada saya dan piring bekas sajian laksa, sehingga saya tidak perlu merasa malu.
Laksa Bogor memang satu jenis kuliner yang langka. Mungkin karena langkanya, masakan itu dinamakan laksa. Seperti kata Wanah yang mengatakan laksa merupakan singkatan dari langka kapendak rasa. Buat saya, laksa lebih pas merupakan singkatan dari ngalalap kemangi anu ka asa.
Rudi D. Sukmana
Minggu, 04 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar