Bogor, Jurnal Bogor
Minggu pagi, sejak pukul 5.00 saya sudah bersiap diri untuk berolahraga pagi, satu aktivitas menyehatkan yang selama ini jarang saya lakukan. Setelah berdandan ala kadarnya, udara pagi pun dihirup di tengah pagi yang masih gelap.
Sambil berjalan perlahan, saya tak henti-henti menarik dan menghembuskan nafas. Mencoba mengisi seluruh ruang dalam paru-paru ini dengan udara pagi yang begitu segar. Sesekali saya berlari kecil di pinggir jalan dengan satu tujuan, lapangan Sempur.
Setelah hampir setengah jam berjalan dan berlari-lari kecil, akhirnya saya sampai juga di lapangan sempur. Saat itu waktu menunjukkan pukul 5.45, namun suasana lapangan Sempur sudah seperti pasar saja layaknya. Riuh rendah dengan para warga yang berolahraga pagi.
Alhasil, saya pun tidak fokus berolahraga. Hanya mengelilingi lapangan sempur sambil mata ini tidak lepas melihat-lihat barang dagangan yang dijajakan dengan menggelar lapak berjejer di seputar lapangan.
Setelah puas mengitari lapangan Sempur sebanyak dua kali, saya pun ikut arus warga yang pergi menuju Taman Kencana. Di Taman Kencana, matahari pagi sudah menerangi Kota Bogor. Perut ini pun mulai merintih meminta diisi.
Berkeliling seputar Taman Kencana, mencari-cari sesuatu yang sreg untuk dimakan. Mata ini terpaku dengan satu gerobak sederhana yang menjajakan kue jadul yang dikenal dengan nama kue rangi. Mendadak, terbit keinginan kuat untuk kembali merasakan kue rangi di pagi cerah seusai olahraga pagi.
Kue rangi, sebagai kue berbahan tepung sagu dan parutan kelapa pun mengeluarkan aromanya yang khas ketika dipanggang dengan sedikit minyak goreng. Harumnya membuat perut semakin merintih, meminta untuk segera diisi.
Setelah kue matang, ciri khas yang paling saya suka dari kue rangi itu adalah, diolesi dengan gula merah berbentuk jel. Saya selalu meminta olesannya tebal, karena menurut saya, kenikmatan rasa kue rangi justru timbul pada saat menggigitnya. Rasa empuk manis olesan bercampur menjadi satu dengan rasa garing gurih kue rangi. Sungguh sensasi pagi yang terasa kembali.
Rudi D. Sukmana
Minggu, 04 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar