Citarasa Meneer van Buitenzorg
Bogor, Jurnal Bogor
Cafe deDaunan, siapa yang tidak kenal dengan tempat kuliner satu ini? Nama yang diusungnya saja sungguh indah dan ada kesan puitis di dalamnya. Selain itu, secara kasat mata deDaunan merupakan nama yang identik dengan tata bahasa para meneer Walanda. Dan memang konsep itu yang ditampilkan Cafe deDaunan yang menu-menunya banyak menyediakan masakan Eropa, terutama menu dari Negeri Kincir Angin itu.
Terletak di Jl. Astrid di dalam area Kebun Raya Bogor, kafe itu memiliki suasana nyaman yang tak ada di kota-kota lain di Indonesia, bahkan di dunia. Posisi dan lokasi kafe itu sangat strategis, baik dari segi jarak, maupun estetika.
Dari segi jarak, tempat ini tidak jauh dari pintu masuk III Kebun Raya Bogor yang dibuka khusus untuk para pengunjung Cafe deDaunan mulai pukul 17.00, dan mudah ditemukan. Sedangkan dari segi estetika, kafe yang berundak-undak itu dikelilingi oleh pepohonan besar, dan menghadap langsung ke lapangan rumput nan hijau yang luas dan tertata rapi, dan tentu saja, kolam teratai berhiaskan air mancur. Pemandangan yang disuguhkan, benar-benar menjanjikan suasana romantis bagi para pengunjung.
Berkat penataan ruang tanpa dinding pembatas antara ruang makan dengan halaman, sirkulasi udara menjadi sungguh nyaman. Jangan bayangkan kesejukan pendingin udara karena di tempat itu akan dijumpai hembusan angin sepoi-sepoi dari pepohonan besar yang ada di sekitar. Bahkan, terik matahari di siang bolong pun tidak menjadi masalah di sini.
Menu yang disedikan di kafe itu, secara umum dibagi menjadi dua katagori, yaitu menu tradisional dan menu internasional. Pengunjung dapat memesan masakan khas Sunda dan Indonesian food, juga masakan western terutama masakan dari benua Eropa, seperti lumpia, kentang dan ikan goreng (fish and chips), serta cumi goreng tepung (calamari).
Selain itu, tersedia juga aneka selada seperti selada buah campur, selada aneka hasil laut, selada ala Cafe deDaunan yang diberi nama Garden Salad, dan koktail udang kecil. Kafe itu juga menyediakan Chef’s Salad, yang terdiri dari daun salada letus, daging sapi asap, telur rebus, keju cheddar dengan thousand island.
Menu andalam Cafe deDaunan adalah Rijstaffel, nama yang diambil dari bahasa Belanda yang berarti nasi besar. Menu ini terdiri dari nasi putih, ayam, daging sapi, balado telur, gudeg, acar kuning, urap, lalapan, kentang pedas dan kacang.
Sedangkan menu andalan untuk dessert, kafe itu menyediakan Poffertjeis yang sangat istimewa untuk dicicipi. Poffertjeis merupakan makanan yang terbuat dari campuran tepung terigu, telur ayam, dan susu segar yang ditaburi dengan gula halus, mesis, serta irisan buah ceri.
Untuk kunjungan yang entah ke berapa kalinya itu, saya memesan menu-menu western food, yaitu Kebun Raya Roll Chicken dan Mix Grill deDaunan serta menu minumannya Es Lemon dan deDaunan Punch. Mix Grill ala kafe itu, terdiri dari Red Snapper, Tenderloin dan Chicken yang semuanya digrill.
Citarasa yang muncul cukup lumayan, meski menurut saya tenderloinnya terasa agak keras dan ayamnya tidak terasa seperti ayam. Sedangkan menu Roll Chicken, dilengkapi dengan french fries dan sayuran seperti kacang polong, wortel, buncis, dan brokoli. Citarasa Roll Chicken yang disuguhkan cukup enak dan lebih tasty dibandingkan menu yang sama di beberapa kafe lain yang pernah dikunjungi. Keunggulan menu itu, porsinya cukup besar dan menguntungkan buat saya.
Menikmati menu-menu di Cafe deDaunan, paling enak setelah letih berkeliling dalam keteduhan dan kehijauan Kebun Raya Bogor. Namun, suasana terindah yang dapat dijumpai pengunjung untuk merasakan kenikmatan maksimal di kafe itu pada saat senja yang cerah. Pemandangan sunset yang dapat kita lihat sepuas-puasnya dari tempat duduk, berpadu dengan citarasa istimewa menu-menu yang disajikan.
Semilir angin senja yang bertiup, membawa nuansa lembayung yang meneduhkan pandangan mata. Warna-warna alam yang disajikan panorama Kebun Raya Bogor yang tertata rapi dan apik, dengan kicauan burung yang beterbangan kembali menuju ke sarangnya, benar-benar membuat pengunjung kafe itu sangat dimanjakan.
Belum lagi bila di hadapan tersaji secangkir teh atau kopi panas yang berteman dengan kue-kue khas Belanda, benar-benar menimbulkan satu kemahfuman, mengapa para meneeer itu pernah dengan tega menjajah negeri ini selama berbilang abad.
Rudi D. Sukmana
Minggu, 04 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar