Bukan Sekedar Warung Makan Biasa
Bogor, Jurnal Bogor
Bagi kawula muda, rasanya tidak mungkin tidak mengenal warung yang satu ini. Warung yang berlokasi di Taman Kencana itu sudah begitu terkenal, bahkan hingga luar Kota Bogor. Nama warung tempat makan kawula muda itu adalah Warung Taman yang lebih dikenal dengan nama Wartam.
Menurut Muktiatri Gunandiani, pengelola Warung Taman, pihaknya menggunakan nama Warung Taman karena lokasinya yang berada di Taman Kencana. “Kami juga sekaligus ingin mengesankan Warung Taman sebagai tempat makan yang sederhana untuk berkumpul dengan pengunjung yang dibidik dari segmentasi keluarga,” ujar Bule, sapaan akrab Muktiatri Gunandiani kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Bule, pada awalnya, warung yang sudah berdiri sejak tahun 2001 itu, mengusung konsep sebagai pusat jajan serba ada atau pujasera. “Namun karena banyak outlet yang mengisi tempat tidak komitmen dan gulung tikar tanpa konfirmasi terlebih dahulu, kami akhirnya menjadikan tempat ini berupa kafe,” katanya.
Usia usaha yang cukup panjang itu, membuat Wartam memiliki pelanggan setia yang selalu datang berkunjung. “Hampir 65 persen pelanggan yang datang ke tempat kami dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun ketika malam tiba, lebih banyak rombongan keluarga,” paparnya.
Dengan kapasitas 42 tempat duduk yang dimilikinya, Wartam dapat menampung maksimal 200 pengunjung. “Tempat kami sering digunakan sebagai tempat arisan, meeting, dan pesta ulangtahun. Untuk menggelar pesta, tempat kami mampu menampung hingga 250 orang,” jelas Bule.
Jumlah menu yang disediakan Wartam, lanjut Bule, lebih dari 100 menu makanan dan minuman. Kebanyakan merupakan menu Indonesian dan Chinesse Food, seperti aneka nasi goreng dan ayam bakar. “Hingga saat ini, pelanggan sangat meminati menu masakan Chinese Food, meski banyak juga yang menyukai masakan Indonesia,” ucap Bule.
Bule juga mengatakan, menu-menu yang disediakan Wartam ditawarkan dengan harga-harga yang relatif terjangkau. Menu minuman di tempat itu, dipatok dengan harga mulai Rp 2.500 sampai Rp 10.000. “Menu makanan pun kami tawarkan dengan harga mulai dari Rp 7.500 hingga Rp 80.000. Yang temahal adalah menu ikan gurame,” katanya.
Karyawan yang bekerja di tempat itu, dikatakan Bule, berjumlah 20 orang yang terbagi dalam tujuh departemen. Masing-masing karyawan, lanjutnya, ditempatkan sesuai dengan keahlian memasaknya. “Makanya kalau ada pelanggan yang datang belakangan malah mendapat makanannya duluan, disebabkan karena setiap departemen mempunyai jumlah penggemar masing-masing,” ujar ibu dua anak itu.
Bule juga mengatakan, hingga saat ini Wartam masih tetap digandrungi karena selalu memperhatikan kualitas setiap bahan-bahan makanan yang disajikan kepada para pengunjung. “Selain itu, kami tidak pernah menaikkan harga selama hampir tiga tahun terakhir. Supaya pelanggan tidak kabur, kami juga tidak mengurangi porsi yang disajikan,” tukas wanita kelahiran Jakarta, 25 Juli 1965 itu.
Untuk menambah kenikmatan pelanggan dalam menyantap makanannya, Wartam menyediakan live music yang diadakan pada hari Jumat dan Sabtu. Lagu-lagu yang dinyanyikan tidak hanya tembang lawas, yang terbaru pun ikut ditampilkan. “Kami juga menyediakan tempat untuk para pengamen, sehingga mereka tidak perlu menyanyi dari meja ke meja,” kata anak ketiga dari empat bersaudara.
Salah satu menu unggulan Wartam, adalah paket ayam bakar yang terdiri nasi, ayam, tahu, tempe, sayur asam, sambal, dan lalapan. Harga yang ditawarkan untuk menu itu tidak mahal, yaitu Rp 17.000.
Tertarik dengan menu itu, seporsi paket ayam bakar pun tersaji di hadapan. Tempat yang digunakan bukan dari piring kaca, namun piring rotan yang dialasi daun pisang, khas masakan Sunda. Nasi hangat yang tercium serta aroma ayam bakar membuat perut meronta-ronta untuk segera diisi. “Paket menu itu tidak menggunakan ayam broiler karena mudah hancur. Jadi kami memilih ayam jantan,” ujar Alumunus IPB jurusan Perikanan itu.
Untuk membuat ayam bakar menjadi empuk, Bule menerangka, ayam harus melalui proses pengungkepan sebelum dilumuri bumbu-bumbu racikan khas Wartam. “Setelah itu, ayam kami ungkep sekali lagi,” jelas istri dari Andito Wiradi itu.
Ketika mulut ini tengah asyik menyantap daging ayam bakar yang empuk, segelas Capucino Ice Cream datang tersaji. Harumnya capucino begitu menyerang hidung. Menggugah lidah ini untuk menyeruput minuman yang terpampang di depan mata. Mmm.. kelembutan kopi yang bercampur susu itu, memang terasa sangat mantap. Rasa manis yang berasal dari lelehan ice cream sangat padu dengan rasa susu. Begitu melengkapi kesegaran dalam melepas dahaga.
Satu hal yang unik dan menarik dari Warung Taman, adalah maskot yang ditampilkan berupa seekor kucing. “Nama kucing itu Osan. Kucing itu sudah lama tinggal di sini,” ujar Bule seraya menambahkan, Osan pernah dijadikan hewan percobaan para mahasiswa IPB jurusan Kedokteran Hewan untuk dikebiri.
Nasia Freemeta I
Jumat, 11 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar