Soto Khas Bogor Bercitarasa Soto Tangkar
Bogor, Jurnal Bogor
Bagi warga Kota Bogor, warung makan yang berada di Jl. Pengadilan No.33 Bogor itu tentu sudah tidak asing lagi, namanya Soto Pak Uci. Tempatnya sendiri tampilannya cukup sederhana berukuran 27 meter persegi. Meski tanpa meja dan kursi layaknya restoran, namun tidak pernah terlihat sepi pengunjung.
Menurut Endang, pengelola Soto Pak Uci, menu soto racikan ayahandanya sudah dikenal sejak 1976. Usia usaha yang cukup panjang, dikatakan Endang, membuat tempat makan itu memiliki jumlah pelanggan yang banyak. “Nama ayah saya Sanusi, saat ini beliau masih sehat dan berumur 61 tahun. Pelanggan biasa memanggil dengan sapaan Pak Uci,” ujar Endang kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Menangani empat orang yang turut membantunya, Endang mengatakan, sedikitnya 30 kilogram daging dan jerohan dihabiskan warung makannya setiap hari. “Bahan sejumlah itu kami gunakan untuk menyediakan sedikitnya 200 porsi soto kepada para pembeli,” ungkapnya.
Soto Pak Uci yang dibuka setiap hari mulai pukul 7.30 sampai pukul 15.00, dikatakan Endang, selalu sibuk melayani pengunjung yang datang. “Tempat kami tidak pernah sepi. Hari biasa, ramai dikunjungi para karyawan di sekitar Jl. Pengadilan. Setiap Minggu, ramai dikunjungi umat Kristiani yang selesai beribadat di gereja dekat sini,” ujarnya.
Endang juga mengatakan, saat ini Soto Pak Uci sudah memiliki tiga cabang, yaitu di Plaza Jambu Dua yang sudah dibuka sejak 2003, di Warung Borong Ciampea yang dibuka sejak 2006, dan di daerah Cibatok yang baru dibuka tiga bulan lalu. “Semua cabang itu dikelola oleh anak-anak Pak Uci, karena ayah saya memiliki delapan anak,” tuturnya.
Menu yang disajikan Soto Pak Uci hanya menyediakan dua jenis masakan saja, yaitu soto santan dan soto bening. Selain itu, tersedia perkedel kentang dan beragam kerupuk yang dapat dipilih para pengunjung. “Untuk semangkuk soto dan sepiring nasi putih, harganya hanya Rp 10.000, sedangkan perkedel kentang dan macam-macam kerupuk harganya Rp 1.000 saja,” papar Endang.
Menu minuman yang ditawarkan, lanjut Endang, tersedia teh botol dan es teh manis seharga Rp 2.000, dan es jeruk yang ditawarkan dengan harga Rp 4.000. “Untuk segelas teh tawar kami hidangkan secara gratis kepada pengunjung yang tidak memesan minuman,” sahutnya.
Penasaran dengan citarasa Soto Pak Uci yang legendaris itu, saya pun memesan satu porsi soto santan campur yang dikatakan Endang merupakan menu yang paling banyak dipesan pembeli. Tanpa menunggu terlalu lama, hidangan itu pun tersaji di hadapan lengkap dengan segelas teh tawar panas.
Tampilan soto santan khas Pak Uci ternyata cukup unik. Sebagai menu soto yang dikatakan Endang merupakan soto khas Bogor, kuah soto santan itu tidak berwarna kuning seperti umumnya soto khas Bogor yang dijual di banyak tempat. Warna kuah soto lebih kemerah-merahan karena menggunakan racikan cabai merah.
Potongan daging, babat, dan kikil bercampur menjadi satu dengan potongan kentang goreng. Soto santan campur rupanya tidak memasukkan potongan paru goreng dan iso yang juga turut disediakan. Menurut Endang, iso dan paru goreng sedang diproses, karena stok pertama sudah habis.
Sebelum menyantap seporsi soto yang terhidang itu, sesendok kuah santannya terlebih dahulu dicicipi untuk mengenal rasa. Mmm.. kuah soto santan racikan Soto Pak Uci terasa seperti kuah soto tangkar. Meski berwarna merah yang berasal dari cabai, kuahnya tidak terasa pedas. Kuahnya sendiri memiliki rasa asin yang cukup berani dipadu dengan rasa asam yang berasal dari cuka.
Namun ketika kuah soto santan beserta potongan daging, jerohan, dan kentang diaduk dengan nasi putih, rasa khas Soto Pak Uci langsung hadir. Rupanya, soto racikan tempat itu memang lawan yang seimbang dengan nasi putih. Sangat padu, dan bahu membahu membangun citarasa istimewa.
Rasanya hanya sekejap, satu porsi sajian itu ludes tandas. Menyantap seporsi soto santan campur ala Pak Uci, sebenarnya kurang nyaman untuk kenikmatan perut, karena masih ingin merasakan lagi satu porsi tambahan. Namun, teringat pesan untuk menjaga kadar kolesterol membuat diri mencukupkan satu porsi saja.
Rudi D. Sukmana
Jumat, 11 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar