Bogor, Jurnal Bogor
Dari orang dewasa hingga anak kecil begitu menyukai jajanan yang bernama es, baik es yang murah meriah seperti es lilin hingga es dengan harganya selangit yang dijual di swalayan atau mal. Kebanyakan es yang dijual tidak memiliki rasa dominan. Biasanya karena bahan-bahan yang dicampur terlalu banyak, sehingga jadi terasa setengah-setengah.
Salah satu es yang rasanya tidak setengah-setengah mampu disajikan oleh Rusmana. Lelaki yang sudah tiga tahun menjajakan es puding itu, selalu dinantikan oleh para pelanggannya. “Awalnya saya hanya menerima pesanan untuk acara-acara tertentu, seperti acara pernikahan, karena bekerjasama dengan jasa katering di daerah Indraprasta serta Bogor Baru. Saat ini, saya mencoba juga untuk berdagang keliling,” kata Rusmana yang baru setahun ini membawa gerobaknya berdagang.
Menurut Rusmana, sehari-harinya ia biasa mangkal di depan TK Pertiwi, dan mengakhiri rutenya di daerah Masjid Amaliyah atau di sekitar Universitas Djuanda. Rusmana sendiri mulai berjualan pukul 09.00 sampai pukul 16.00, “Kalau lagi ramai apalagi kalau cuaca sedang panas, saya bisa menjual hingga 200 gelas. Tapi kalau lagi sepi kayak musim hujan ini paling banyak hanya 100 gelas,” ungkapnya seraya menambahkan, satu gelas es puding dijualnya dengan harga Rp 1.500.
Rusmana juga mengatakan, es puding yang dibuatnya merupakan hasil bikinannya sendiri. Bahan-bahan pembuat es puding itu, dikatakannya, tak ada yang istimewa. Santan, tepung hun kwe, tepung maizena, dan susu yang diolah menjadi satu lalu adonan es yang sudah tercampur rata tadi dibekukan. Yang menjadikan es buatan Rusmana digemari terletak pada pelengkap sajian yang digunakannya.
Ada lima pelengkap yang diberikan, yaitu puding (agar-agar), kelapa muda, kacang hijau rebus, pacar cina dan susu. “Untuk membuat puding, biasanya dibutuhkan empat gelas air. Tapi karena puding ini nantinya akan di parut, saya buat sedikit keras dengan memberikan dua gelas air saja dengan dua pilihan warna, merah dan hijau,” jelas Rusmana.
Terkadang, ada juga pelanggan yang tidak ingin memasukkan salah satu pelengkap yang disediakan ke dalam es yang dipesan. “Namanya juga selera, setiap orang berbeda-beda. Saya selalu sabar melayani setiap pesanan yang diinginkan pembeli,” ujar ayah tiga orang anak itu seraya menambahkan, ia memiliki satu anak buah yang biasa mangkal di depan SMU YZA.
Mencicipi es puding racikan Rusmana, mulut ini pun seakan meleleh. Kelembutan puding yang berteman empuknya kacang hijau, lembutnya pacar cina, cakialnya kelapa muda, dan manisnya susu, mampu menghipnotis lidah yang tak henti-hentinya merasakan sensasi kesegaran.
Nasia Freemeta Iskandar/*
Jumat, 11 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar