Bogor, Jurnal Bogor
Minggu siang yang gelap tanda sebentar lagi turun hujan, angin Kota Bogor bertiup cukup kencang membawa udara yang dingin. Setelah kesana kemari mencari liputan, saya pun menghampiri satu gerobak yang biasa mangkal di Jl. Malabar samping Pangrango Plaza. Gerobak yang menawarkan sajian khas dari Kota Bandung, yaitu Cimol.
Menurut Dadang, penjual Cimol itu, Cimol memang asli jajanan Bandung yang dikatakannya memiliki arti aci digemol atau tepung kanji yang diemut. Meski termasuk makanan bersahaja, Cimol sendiri memiliki penggemar yang cukup banyak. Bentuknya yang bulat seperti bola dengan diameter kira-kira dua centimeter, dimakan dengan bumbu-bumbu yang diracik khusus.
Dadang menyajikan Cimol dengan lima rasa bumbu pilihan, yaitu keju, balado, abon, kaldu, dan cabai. Cimol dikatakan Dadang, berbahan dasar tepung kanji. Dalam sehari, sedikitnya 20 kilogram tepung kanji dihabiskan Dadang untuk membuat jajanan itu.
Proses pembuatan Cimol, dikatakan Dadang, tidak terlalu sulit. Tepung kanji yang diberi air yang sudah ditakar, diadon sehingga mudah dibentuk. Setelah itu, bola-bola kecil Cimol dikukus terlebih dahulu. Penyajian untuk pembeli, Cimol digoreng sampai bagian luarnya mengeras. “Untuk lebih memperkuat rasa, Cimol diberi bumbu-bumbu yang rasanya secara umum sudah digemari,” ujarnya.
Satu bungkus Cimol yang dijual Dadang, dihargai Rp 2.000. Dengan uang sejumlah itu, pembeli dapat menikmati delapan sampai sembilan butir Cimol goring hasil racikan Dadang. Diperlukan satu batang lidi untuk menyuap satu demi satu bola-bola Cimol yang disajikan panas-panas itu.
Aci digemol, yang disingkat Cimol memang cukup unik sebagai jajanan. Rasa Cimol sendiri, menurut saya, mirip-mirip adonan pelapis luar untuk Pempek atau Batagor. Bila dimasukkan ke dalam mulut pada saat Cimol masih panas, dijamin mulut ini akan menyan-menyon antara rasa panas dan kekenyalan yang ditawarkan jenis kuliner satu ini.
Sebagai jajanan yang bersahaja, Cimol memang asyik untuk kemilan ringan. Tanpa perlu piring dan sendok, konsumen yang membeli dapat langsung memakannya sambil berlalu. Namun saya tidak menemui gemolan atau emutan yang ditawarkan jajanan itu, karena bagi saya Cimol lebih enak dinikmati kekenyalannya dengan dikunyah.
Akhirnya, hujan pun turun dengan deras. Cimol yang ada dalam bungkus plastik tinggal dua butir lagi. Sambil menunggu hujan mereda, tanpa sadar Cimol yang ditusuk batang lidi pun digemol, alias diemut.
Rudi D. Sukmana
Jumat, 11 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar