Bogor, Jurnal Bogor
Hujan lagi, hujan lagi. Itulah Kota Bogor yang karena kondisi alam yang selalu hujan membuat Kota Bogor dikenal dengan julukan Kota Hujan. Kondisi musim penghujan di Kota Bogor memang cukup merepotkan, ada hal positif dan ada hal negatifnya. Bagi para ibu rumah tangga, kondisi hujan lagi, hujan lagi itu, mampu membuat bersungut-sungut karena cucian pakaian jadi lama keringnya.
Untuk membuat wajah para ibu kembali cantik nan ayu, cukup mudah, salah satunya memanggul tukang bakso keliling untuk mampir dan menyajikan porsi jajanan bakso yang sangat pas disantap ketika hujan turun. Selain itu, kuah bakso panas yang mengepul dengan rasa kaldunya yang khas, sangat mampu mengusir hawa dingin yang mengusik tulang.
Wagito, seorang penjaja bakso keliling yang kebetulan lewat pun dengan sigap menyajikan beberapa porsi bakso. Ada bakso kuah saja, bakso dengan mihun, bakso dengan mie kuning, dan bakso campur, dengan harga Rp 5.000 semangkuk.
Dikatakan Wagito yang berasal dari Jawa Timur itu, dalam sehari ia membutuhkan dua kilogram daging sapi dan satu ons tepung sagu. “Bahan-bahan itu bisa menyajikan 70 porsi bakso perharinya,” ujar Wagito seraya menambahkan, tepung sagu hanya dibutuhkan satu ons untuk membuat gilingan daging sapi lengket dan mudah dicetak.
Setiap hari, Wagito berangkat berkeliling menjajakan baksonya mulai pukul 14.30 sampai dengan pukul 22.00. “Usaha ini sudah saya jalani sejak 18 tahun lalu,” ungkap ayah dari tiga orang anak yang tinggal di daerah Tegal Peteui itu.
Dari istiqamahnya itu, Wagito mampu membiayai kehidupan rumahtangganya. “Alhamdulillah, sampai saat ini saya mampu memberi makan keluarga dan menyekolahkan anak-anak. Anak saya yang paling sulung sudah kelas tiga SMK, sedang yang terkecil masih berumur satu tahun,” ujarnya.
Ketika ditanyakan, kenapa ukuran bakso yang dijualnya kecil-kecil sebesar kelereng. Wagito tersenyum kecil lalu menjawab, “Jaman sekarang susah cari untung. Semua harga bahan baku naik. Ini pun saya tidak berani menaikkan harga jualan, takut kehilangan pembeli,” tukasnya seraya menambahkan, sebenarnya harga bahan baku yang semakin mahal tidak akan berpengaruh apabila dagangannya laris manis.
Untuk menyiasati kondisi itu, Wagito pun memperkecil ukuran bakso yang dijajakannya. Padahal rasa bakso yang dijual Wagito cukup istimewa. Mendadak saya teringat sebuah lagu anak-anak beberapa dekade lalu. Mm.. bakso bulat kini tak lagi seperti bola pingpong.
Rudi D. Sukmana
Jumat, 11 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar