Bogor, Jurnal Bogor
Talas Bogor atau dalam bahasa latinnya Colocasia gianteum Hook, termasuk dalam suku talas-talasan atau Araceae, merupakan tumbuhan penghasil umbi popular yang banyak ditanam di daerah sub tropis dan tropis. Di Indonesia tempat pengembangan talas adalah Kota Bogor dan Malang yang menghasilkan beberapa jenis talas yang enak rasa umbinya.
Tanaman yang sering juga disebut keladi atau taro itu telah dikenal sejak 100 tahun sebelum Masehi, dan diduga berasal dari India, Srilangka, atau dari Sumatera. Sejak permulaan sejarah perkembangan Bogor, talas sendiri sudah sangat berkembang dan banyak dikonsumsi oleh penduduk setempat.
Berbagai jenis talas terdapat di Bogor, tetapi tidak semua enak rasanya. Dari jenis-jenis talas itu, yang terkenal memiliki rasa enak dan banyak dijajakan di pinggir-pinggir jalan utama Kota Bogor, yaitu talas sutera dan talas bentul atau talas ketan. Selain itu, Bogor juga terkenal memiliki jenis talas lain yang disebut talas mentega atau talas gambir (talas hideung), talas balitung, talas kutil, dan talas laja yang cocok untuk sayur mayur.
Talas Bogor sendiri sudah terkenal dan menjadi salah satu buah tangan khas yang selalu dibawa para pendatang untuk oleh-oleh bagi sanak keluarganya. H. Soma, seorang penjual talas Bogor yang biasa mangkal di pinggir Jl. Raya Pajajaran mengatakan, talas yang dijajakannya banyak dicari para pembeli yang datang dari luar Kota Bogor. “Talas yang saya jual, jenisnya talas ketan. Geus koneng, empruy pisan euy karaosna,” ujar Soma kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Satu ikat talas berukuran kecil yang terdiri dari empat buah talas dijual Soma dengan harga Rp 10.000. Untuk ukuran sedang, dijualnya dengan harga Rp 15.000 sampai Rp 20.000. “Kalau ukuran besar harganya bisa mencapai Rp 30.000 satu ikat,” sahut Soma sambil menunjuk satu ikat talas berukuran besar yang terdiri dari tiga buah talas.
Kebanyakan para pendatang yang berjalan-jalan ke Kota Bogor, membeli talas untuk diolah di rumah masing-masing. Talas sendiri dapat dijadikan beragam penganan, seperti kue-kue, minuman, atau hanya digoreng saja, dengan rasa yang tidak kalah dengan umbi-umbian lain seperti singkong dan ubi jalar.
Saya pribadi lebih menyukai daun talas daripada umbinya. Terutama daun talas yang diolah sedemikian rupa menjadi salah satu menu favorit saya, yaitu buntil daun talas. Bagi saya, buntil daun talas memiliki citarasa yang lebih nikmat dibandingkan buntil daun singkong dan buntil daun papaya. Sayangnya sampai saat ini, penjaja buntil daun talas di Kota Bogor belum berhasil saya temukan di mana gerangan tempatnya.
Rudi D. Sukmana
Minggu, 27 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar