Unik Nama, Unik Suasananya
Bogor, Jurnal Bogor
Tak banyak tempat makan di sepanjang jalur Bogor menuju Puncak yang dipadati pelanggan saat weekday. Kebanyakan hanya mengandalkan kepadatan lalulintas saat weekend atau momen-momen tertentu. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Dulang Restaurant yang berlokasi di Jl. Raya Puncak Tugu Km. 83,7 Bogor.
Di restoran itu, pengunjung tampak disibukkan dengan kelezatan dari makanan pesanannya. Sebagian besar pengunjung berasal dari kalangan keluarga, tapi ada juga pelanggan dari beberapa intansi pemerintahan. Bahkan owner dari restoran lain pun, menjadi pelanggan di restoran itu.
”Saat weekend atau long weekend, pelanggan kami memang lebih banyak, bahkan bisa mencapai sekitar seribu orang. Namun saat weekday juga penurunannya tidak terlalu signifikan, sebab banyak pelanggan yang masih setia datang di sela-sela kegiatannya,” ungkap Amarudi, pengelola Dulang Restaurant kepada Jurnal Bogor, kemarin.
Dikatakan Amarudi, arti ”Dulang” yaitu tempat nasi khas Sunda yang terbuat dari kayu yang biasa digunakan untuk ngakeul atau proses pengolahan nasi agar tetap pulen walaupun sudah tak hangat lagi. ”Nama itu kami gunakan sebagai nama restoran kami, karena sangat menggambarkan konsep yang kami usung,” terangnya.
Restaurant yang berdiri sejak 6 Februari 2000 itu, nampak tak terlalu mencolok dari luar, bahkan papan namanya pun terlihat sangat sederhana. Namun disain interiornya tertata sangat apik dan dihiasi ornamen Sunda tempo dulu. Selain itu, furniture serba kayu yang digunakan semakin mencerminkan suasana pedesaan khas daerah Sunda.
”Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan suasana yang sangat khas dengan daerah Sunda, sampai-sampai kami buat kolam ikan yang ditengahnya ada beberapa hewan peliharaan, sebab lesehan kurang berkesan jika tidak dilengkapi kolam atau balong dalam bahasa Sunda,” kata pria kelahiran Bogor, 22 Desember 1970 itu.
Menurut Rudi, sapaan akrab Amarudi, setiap pelanggan yang datang hanya mencari dua hal, yakni citarasa dan suasana. ”Mereka sangat favorit dengan suasana Dulang yang sangat asri dan sejuk. Ditambah dengan alunan gemuruh sungai Cisampai yang terletak tepat di hadapan mereka, padahal mereka harus berteriak saat berbincang. Namun justru disitulah kelebihan Dulang,” ujarnya.
Restauran yang berkapasitas 200 orang itu, dikatakan Rudi, menyediakan fasilitas lesehan, playground dan mushola. ”Semua fasilitas dibuat untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pengunjung, bahkan semua karyawan wanita di sini memakai jilbab dan batik, sehingga sangat mencerminkan pelayanan khas Sunda,” paparnya seraya menambahkan Dulang memiliki 28 karyawan dan 4 koki.
Rudi mengungkapkan, dari sekitar 100 jenis makanan dan minuman, mayoritas berasal dari masakan Sunda, tapi ada juga Chinnese Food. ”Harga-harga yang kami tawarkan dari Rp 1.500 hingga Rp 37.500. Menu yang termahal adalah bakakak bakar atau goreng yang juga menjadi favorit pelanggan,” terangnya.
Sembari berbincang dengan Rudi, seporsi nasi timbel komplit terhampar di depan meja. Sajiannya menunjukkan memang restoran itu menjunjung tinggi budaya Sunda. Dengan berpiring rotan yang dialasi daun pisang, menambah aroma nasi yang pulen nan legit itu untuk segera dilahap oleh mulut ini.
Nasi yang diakeul menggunakan dulang, rasanya benar-benar beda. Selain beberapa pendamping dari nasi timbel, seperti ayam bakar, sambal, lalapan dan tahu-tempe, yang bikin lidah ini tersengat adalah rasa sayur asemnya yang memberikan kenikmatan tersendiri. Rasanya yang asem-asem manis membuat bulu kuduk ini berdiri tegak serta indra pengecap kian liar menguyup kuah sayur yang satu ini.
Masih sambil menikmati nasi timbel komplit dan gemuruhnya sungai, datanglah segelas bansus kelapa. Uniknya, bansus itu dicampur dengan daging kelapa muda, sehingga selain diminum, bisa juga digahel. Pedas dari jahe yang menempel di lidah membuat hangat tubuh ini ditambah lagi dengan rempah-rempah sehingga berguna untuk kesehatan tubuh.
Mulut ini semakin dimanjakan dengan kehadiran Juice Jambu Merah yang begitu kental. Bedanya, selain diblender, di dalamnya juga dilengkapi potongan-potongan dari buah tersebut. Jadi pelanggan tidak hanya sekedar meminum sarinya saja, namun buahnya juga dapat dinikmati.
Nasia Freemeta I
Minggu, 27 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar