Sabtu, 11 Oktober 2008

Nasi Indonesia Happy Foodcourt

Tampilan Rasa Berani Nasi Tumini

Bogor, Jurnal Bogor

“Duukh.. laper nih. Kita makan dulu, yuk!” ujar seorang rekan saya siang itu. Rekan saya yang satu ini memang cukup merepotkan, karena perutnya harus diisi tiap tiga jam sekali. Alhamdulillah, biarpun tertular kebiasaan rekan saya itu, berat badan saya tidak kunjung bertambah.

Dengan kendaraan roda dua, kami mencari tempat makan yang belum pernah dikunjungi dan akhirnya kami memutuskan memarkirkan perut ini di Happy Foodcourt depan Plaza Jambu Dua. Biasanya foodcourt selalu berada di dalam mall atau pusat perbelanjaan, namun Happy Foodcourt memilih buka di pinggir jalan.

Foodcourt yang satu ini cukup unik, di setiap meja sudah disediakan tiga macam menu. Diantaranya Nasi Indonesia, Pempek Palembang Sriwijaya dan Happy Steak and Indonesian Food.

Siang itu, kami lebih tertarik dengan menu Nasi Indonesia, karena masih jarang tempat kuliner di Bogor yang mengangkat tema makanan seperti itu. Macam-macam nasi ditawarkan oleh stand yang satu ini, yakni Nasi Gudeg Komplit, Nasi Uduk, Pepes Nasi dan Nasi Tumini.

“Saya ingin mengangkat kembali makanan khas Indonesia yang mulai pudar dengan hadirnya Western Food,” ungkap Wike Hambali, pemilik outlet Nasi Indonesia kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Diakui Wike, sapaan akrab Wike Hambali, usahanya berawal ia membuka jasa catering di rumah bersama sang anak. “Karena ada kesempatan, akhirnya saya mencoba untuk membuka outlet Nasi Indonesia. Meski baru buka sejak bulan lalu, antusias pelanggan cukup baik,” ujar ibu dua anak itu.

Lembar daftar menu pun kami baca. Dahi ini sempat mengerut ketika melihat salah satu nama makanan di daftar menu tersebut, yakni Nasi Tumini. ” Banyak pelanggan yang mengira kalau itu adalah nama saya, padahal Tumini singkatan dari Tumpeng Mini, neng,” jelas Wike.

Gubrak!!! Ada-ada saja ibu kelahiran Bogor itu membuat nama makanan untuk menarik pelanggannya. Kami saja sempat terkecoh dibuatnya. Sungguh kami tidak menyangka Tumini itu merupakan singkatan dari tumpeng mini. Karena penasaran dengan bentuk dan citarasanya, kami pun memesan paket Tumini dengan harga yang relatif murah yaitu Rp 10.000.

15 menit kemudian, Nasi Tumini pun terhidang di atas meja kami. Tumpeng yang disajikan di atas tampah (wadah tradisional) dan dialasi kertas coklat itu hadir dengan lauk-pauknya yang cukup beragam.

Nasi Tumini tampil begitu meriah, ada nasi gurih berbentuk kerucut, ikan asin garing, sambal goreng kentang, oseng-oseng buncis, dendeng ragi, lalap, sambal dan emping. Luar biasa komplitnya, padahal kami hanya memesan Nasi Tumini biasa.

Untuk tahap awal, kami memotong pucuk dari tumpengnya terlebih dahulu. Nasinya cukup padat dan lengket sekali, terlihat dari susahnya kami memotong nasi tersebut. Setelah itu nasi yang disendok beriring oseng-oseng buncis pun saya suap, rasanya sedikit manis karena memang terdapat parutan kelapa yang sudah tercampur dengan gula jawa. Krekes buncisnya, pas lah.

Giliran dendeng ragi pun kami cicipi. Tampilan dendeng ragi itu mirip serundeng, hanya kalau dendeng ragi yang disuguhkan itu isinya daging sapi. Dagingnya diramu dengan proses yang baik sehingga cukup empuk dan serat-serat dagingnya tidak menyangkut di sela-sela gigi.

Setelah itu dilanjutkan ikan asin garing. Bentuknya yang mungil dan tipis itu menghasilkan kriuk yang krekes. Bingung kan? Bisa dibilang ikannya tak terlalu asin, jadi tidak perlu khawatir bagi yang memiliki penyakit darah tinggi.

Dan sampai juga pada lauk terakhir, yakni sambal goreng kentang. Ada sesuatu yang menyembul di antara tumpukan kentang. Ternyata butiran telur puyuh ikut meramaikan suasana kentang itu.

Rekan saya yang penggila telur langsung kegirangan, dan tanpa basa-basi telur itu masuk ke dalam mulutnya. ”Yang namanya telur, lebih mantap kalau dimakan bulat-bulat tanpa dipotong terlebih dahulu,” katanya.

Huff! perut ini rasanya full tank deh, padahal sekilas tadi kami sempat meragukan ukuran porsi lauk-pauknya yang kami nilai cuman se-umprit itu. Dan seperti biasa, setelah kekenyangan rasanya jadi malas melakukan aktivitas, padahal hal itu perlu untuk membakar lemak yang mulai menyesaki perut ini.

Nasia F/Julvahmi

Tidak ada komentar: