Selasa, 01 April 2008

Ngambeu Sate Cicurug, Ngelay Kapalay

Bogor, Jurnal Bogor

Kunci memasuki rasa jati sajian sate terletak pada racikan bumbunya. Masing-masing daerah di Indonesia memiliki bumbu-bumbu khas untuk menghidangkan menu sate, seperti Sate Madura yang berasal dari Pulau Garam Madura, Sate Padang tentunya dari Sumatera Barat, Sate Tegal sudah pasti berasal dari Tegal, dan Sate Betawi yang banyak dijual di Jakarta.

Umumnya, sate berbahan daging ayam atau daging kambing. Sate yang menggunakan daging sapi atau daging kuda pun cukup digemari di daerah Jawa Tengah, seperti Sate Kudus di Kota Kudus dan Sate Jaran di Yogyakarta. Bagi yang tidak diharamkan, sate daging babi pun banyak dijual di Kota Bogor, terutama di Jl. Suryakencana.

Satu menu sate yang cukup popular di Kota Bogor dan sekitarnya, adalah Sate Cicurug. Menu itu asalnya dari daerah Cicurug, sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Sukabumi yang hampir berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor.

Bila kita menuju Kota Sukabumi dari Kota Bogor, tentu kita akan melewati Cicurug setelah Caringin, Lido, dan Cigombong. Biasanya, kita akan melihat banyak para penjaja sate itu sepanjang kiri dan kanan jalan.

Di Kota Bogor, tidak begitu banyak penjaja Sate Cicurug. Mungkin, karena jenis makanan yang satu ini kalah pamor dengan makanan asli Bogor, seperti soto kuning dan toge goring. Bahkan, penjual Sate Padang dan Sate Madura jumlahnya lebih banyak dibandingkan penjual Sate Cicurug. Hal itu justru malah membuat Sate Cicurug dicari oleh penggemar sate.

Salah satu penjual Sate Cicurug dapat ditemukan di Jl. Mayjen Ishak Djuarsa atau yang lebih dikenal dengan nama Jl. Raya Gunung Batu. Berlokasi sekitar 20 meter dari Pasar Purbasari, penjual sate itu menggelar dagangannya mulai pukul 17.00 sampai 22.00.

Pemilik usaha itu, Ujang Sukandi yang akrab disapa Uje mengatakan, sudah tiga tahun berjualan di Jl. Raya Gunung Batu. “Tempat ini merupakan cabang dari Sate Cicurug yang berlokasi di Pintu Ledeng Ciomas,” ujar Uje kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Dikatakan Uje, dalam sehari ia menyediakan tiga ekor kambing untuk disajikan kepada penggemar Sate Cicurug. Dengan 10 tusuk per porsinya, sate kambing itu dijual Rp. 10.000. “Pembeli bisa memilih bumbu kecap atau bumbu kacang untuk sajiannya,” ujarnya.

Kebanyakan pembeli, memilih bumbu kacang untuk sajian satenya. Bumbu kacang Sate Cicurug memang memiliki rasa yang khas, hampir mirip dengan bumbu kacang Sate Betawi. “Ciri khas bumbu kacang Sate Cicurug, kacangnya tidak sehalus bumbu kacang Sate Padang maupun Sate Madura,” ujar Uje yang tengah asyik membakar sate.

Asap pun merebak tebal, menyebarkan aroma daging kambing bakar yang sudah dibasuh dengan racikan bumbu spesial. Mencium aroma asapnya saja, air liur ini seketika terbit membayangkan kelezatan tusuk demi tusuk sate kambing khas Cicurug. Sate Cicurug memang beda.

Rudi D. Sukmana

Tidak ada komentar: