Selasa, 01 April 2008

Colenak Pak Tohir, Tanpa Dicocol Tetap Enak

Bogor, Jurnal Bogor

Sebagai salah satu penganan yang berasal dari Bandung, colenak mempunyai penggemar sendiri di Kota Bogor. Colenak sebagai singkatan nama penganan yang berarti dicocol enak (bahasa Sunda), merupakan makanan yang dibuat dari peuyeum (tape singkong) yang dibakar kemudian disajikan dengan saus yang terbuat dari parutan kelapa dan gula merah.

Makanan khas Bandung itu masih bertahan, meski saat ini agak jarang yang menjualnya. Salah satu penjual colenak yang mampu bertahan di Kota Bogor dapat ditemui di ujung Jl. Roda, dekat pertigaan Gang Aut. Lokasi tempat jualannya sendiri menempel pada tembok.

Menurut Muhammad Tohir, penjual colenak, ia sudah menjual colenak di tempat itu sejak 1980. “Saya mungkin termasuk generasi pertama yang menjual colenak di Kota Bogor,” ujar Tohir kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Dikatakan Tohir, dekade 1980, colenak pernah mengalami masa jayanya sehingga banyak orang yang menjual penganan itu. “Sekarang ini, penjual lain sudah tidak ada lagi. Mungkin ganti usaha,” tukasnya.

Sebagai penjual colenak terlama di Kota Bogor, Tohir mengatakan, hingga saat ini rasa dari penganan yang dijajakannya tetap dipertahankan seperti awal colenak menjadi primadona. “Banyak yang memodifikasi colenak dengan beragam rasa, misalnya dengan keju. Tapi rasa sejati colenaknya jadi hilang,” terangnya.

Colenak yang asli, dikatakan Tohir, dibuat dari peuyeum dan pisang oli yang dipanggang hingga agak kehitaman. Setelah itu, peuyeum dan pisang panggang itu disajikan di atas piring dan diberi kelapa muda, kemudian dituangi air santan, air gula merah, dan hunti. “Dulu orang menyantapnya dengan tusuk sate sambil dicocol, makanya namanya colenak. Kini, pembeli lebih menyukai sendok,” paparnya.

Selain colenak, Tohir juga menyajikan sorabi khas Bandung. Sorabi berwarna hijau itu, dikatakannya, memiliki penggemar yang sama dengan penggemar colenak. Colenak dan sorabi yang terbuat dari tepung beras itu, dalam sehari terjual 100 porsi. “Banyak yang datang ke tempat saya untuk membeli kedua jenis penganan manis ini,” ucapnya.

Dengan memasang harga per porsi Rp. 4.000 untuk colenak dan sorabinya, Tohir mengatakan, saat ini sangat sulit untuk mendapatkan bahan baku masakan yang mampu mendatangkan keuntungan maksimal. “Saya sudah tiga tahun tidak menaikkan harga jualan saya. Yang penting keuntungannya cukup buat makan sehari saja, sudah cukup buat saya,” tandasnya.

Rudi D. Sukmana

Tidak ada komentar: