Selasa, 01 April 2008

Cafe Purnawarman

Diskusi Keilmuan Berteman Sajian Istimewa

Bogor, Jurnal Bogor

Di dalam gedung dua lantai Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (LPP) Purnawarman yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman No.35 Bogor, terdapat satu ruangan kafetaria yang bersebelahan dengan ruangan warung internet di lantai dasar, nama ruangan itu Café Purnawarman.

Menurut Anisya Kania, penanggung jawab kafe, warnet, dan aula LPP Purnawarman, Café Purnawarman resmi dibuka sejak Agustus 2007. “Ruangan kafe ini memiliki kapasitas 40 tempat duduk, dan ada teras yang menampilkan pemandangan lembah Sempur di belakang,” ujar Anisya kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Meski teras belakang yang belum diberi atap canopy itu jarang digunakan pada siang hari atau waktu hujan, dikatakan Anisya, bila sore hari kondisinya hangat dan cerah, banyak pengunjung kafe yang ingin menikmati pemandangan lembah Sempur. “Sambil bermandikan cahaya senja mentari dan ditemani menu-menu istimewa kafe kami, pengunjung selalu betah berdiskusi di teras belakang itu,” katanya.

Jam operasional Café Purnawarman, lanjut Anisya, dibuka setiap hari kecuali Minggu, mulai pukul 9.00 sampai pukul 21.00. Menu-menu yang disediakan, terdiri dari 50 jenis makanan dan 25 jenis minuman. “Untuk makanan, kami menyediakan menu nasi goreng, mie dan bihun goreng, kwetiau, oriental food, burger, serta roti dan pisang bakar,” paparnya.

Sedangkan menu minuman yang disediakan di kafe itu, terdiri dari aneka juice, aneka soft drink, dan aneka milk shake. “Harga yang kami tawarkan mulai Rp 6.000 sampai Rp 10.000 untuk menu-menu makanan, dan Rp 5.000 sampai Rp 8.000 untuk menu-menu minuman,” jelas Anisya.

Dikatakannya, pengunjung yang kebanyakan kalangan pelajar dan pengajar LPP Purnawarman itu, sangat mengandrungi menu nasi goreng special dan mie goreng ayam yang harganya Rp 8.500 dan Rp 7.000. “Pengunjung juga menyukai rasa juice alpukat dan milk shake chocolate yang kami sajikan,” tukas Anisya seraya menambahkan, untuk juice alpukat dijual seharga Rp 5.000, sedangkan milk shake chocolate harganya Rp 8.000 per porsi.

Café Purnawarman sendiri, dituturkan Anisya, sering digunakan untuk menggelar presentasi dari berbagai kelompok Multi Level Marketing. “Kafe kami selain tempat untuk makan, juga sebagai tempat pertemuan kecil antara 10 sampai 15 orang, seperti acara-acara kedinasan,” jelasnya.

Dengan jumlah karyawan yang terlibat langsung sebanyak 5 orang yang terdiri dari 3 orang juru masak, 1 waitress merangkap kasir, dan 1 orang di bagian umum, dikatakan Anisya, Café Purnawarman menyediakan tempat bersuasana tenang dan jauh dari hingar bingar kafe pada umumnya.

Keunggulan kafe itu, lanjutnya, didisain khusus untuk pengunjung yang menginginkan tempat belajar, diskusi dan sumber informasi yang nyaman sambil ditemani dengan menu-menu bercitarasa spesial. “Kafe kami ini terbuka bagi semua kalangan baik pelajar dan pengajar LPP Purnawarman, maupun umum,” ungkap Anisya.

Tertarik dengan salah satu menu yang disediakan, akhirnya Roti Bakar Pisang Coklat Keju seharga Rp 6.000 dan Juice Sirsak seharga Rp 5.000 pun dipesan. Tanpa menunggu terlalu lama, pesanan itu pun tersaji di hadapan. Tampilannya sendiri cukup sederhana dan umum, roti yang berasal dari roti tawar biasa, disajikan dengan taburan mises dan parutan keju serta susu kental manis. Di dalam setangkup roti tawar bakar itu, diselipkan satu buah pisang bakar dari jenis pisang oli.

Sajian juice sirsak pun ditampilkan dengan sederhana, tidak menggunakan pernak-pernik untuk menambah mewah penampilannya. Untuk rasanya, cukup konvensional. Roti Bakar Pisang Coklat Keju, disajikan tanpa kejutan-kejutan rasa. Demikian pula dengan juice sirsaknya.

Meski demikian, menu makanan dan minuman itu sangat setia sebagai teman diskusi atau teman ngobrol. Perbincangan menjadi lebih asyik dan menarik dengan suapan-suapan roti bakar pisang coklat keju dan seruputan juice sirsak. Sehingga, tanpa terasa sajian hidangan itu pun ludes tak bersisa padahal pembicaraan tengah seru-serunya membahas tentang dunia pendidikan.

Mengunjungi Café Purnawarman, membuat teringat pada ucapan Ki Batin yang mengatakan, kafe sebagai tempat makan tak ubahnya seperti warung kopi. Di kafe atau warung kopi, jelata biasa mengobrol, membicarakan segala topik yang sedang hangat, sehangat hidangan-hidangan menu yang disajikan.

Rudi D. Sukmana

Tidak ada komentar: