Selasa, 01 April 2008

Ayam Bakar Panas Taman Kencana

Menu Sederhana Bercitarasa Istimewa

Bogor, Jurnal Bogor

Beroperasi sejak 2002, Ayam Bakar Panas Taman Kencana saat ini semakin digemari para penikmat sajian ayam bakar yang mendambakan citarasa istimewa dengan harga yang terjangkau. Tak heran, pengunjung yang mendatangi tempat itu kebanyakan merupakan para pelajar dan karyawan yang datang berombongan untuk bersantap siang bersama.

Tempat bersantapnya sendiri sangat sederhana, berupa bangunan non permanen dengan atap terbuat dari terpal plastik. Meja kayu sederhana dan bangku plastik yang tersedia pun hanya menampung maksimal 20 orang pengunjung. Namun, tempat makan itu tidak pernah terlihat kosong, apalagi pada waktu jam makan siang. Pengunjung rela antri untuk mendapatkan bangku di tempat yang sempit itu.

Saat Jurnal Bogor mendatangi tempat itu, waktu menunjukkan pukul 14.30. Karena sudah lewat dari jam makan siang, ada sisa bangku yang segera bisa diduduki. Aroma asap dari pembakaran ayam merebak kemana-mana, membuat selera makan bangkit ingin untuk segera mencicipi rasa ayam bakar itu.

Menurut salah seorang karyawan Ayam Bakar Panas Joni Bakri, lokasi tempat usaha yang berada di Taman Kencana itu merupakan pilihan dari pemilik Ayam Bakar Panas Ridwan Sidik, karena letak Taman Kencana yang cukup strategis. “Sejak dulu, Taman Kencana sudah dikenal sebagai tempat untuk melepas lelah dan mencari hidangan kuliner. Hal itu yang ditangkap oleh pemilik usaha ini,” ungkap Joni kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Dikatakan Joni, usaha makan yang ikut dikelolanya itu sudah memiliki satu cabang yang berlokasi di Jl. Suryakencana No.268 Gang Aut. Kondisi pengunjung tempat makan di cabang itu, lanjutnya, juga sama seperti yang ada di Taman Kencana, selalu ramai. “Kami juga menyediakan jasa terima pesanan dan mengantarkannya,” terangnya.

Dengan jumlah karyawan empat orang yang menjadi krew di Taman Kencana, dikatakan Joni, tempatnya itu dibuka setiap hari mulai pukul 8.00 sampai 20.00. “Setiap hari, kami menyediakan lebih dari 200 porsi untuk para pengunjung,” ungkapnya seraya menambahkan, satu ekor ayam dapat membuat empat porsi sajian ayam bakar.

Menu tempat itu sendiri hanya menyediakan ayam bakar yang dibagi dalam dua pilihan, yaitu potongan dada atau potongan paha. Keunggulan dari sajian yang dihidangkan, tambah Joni, terletak pada rasa sambal yang diracik. “Banyak pengunjung yang menggemari rasa sambal buatan tempat kami,” tukasnya.

Untuk menu minuman, tempat itu pun hanya menyediakan minuman teh dan air jeruk yang dapat dipesan dengan penyajian panas atau disajikan dingin dengan es batu. “Satu porsi ayam bakar harganya Rp 8.500, sedangkan es teh manis Rp. 2.000 dan es jeruk Rp. 1.500,” papar Joni seraya menambahkan, pengunjung dapat memesan minuman botol dari beberapa kios di sebelah tempat makannya.

Di tengah perbincangan, potongan dada ayam bakar sesuai pesanan yang masih panas pun terhidang di hadapan lengkap dengan nasi putih, potongan ketimun dan kol yang segar serta seonggok sambal berwarna merah menyala. Tak lupa, segelas air teh tawar panas yang masih mengepulkan asap pun mengiringi sajiannya. Aroma khas ayam bakar seketika menyeruak menghantam indra penciuman. Sangat menantang selera.

Joni pun segera mempersilakan untuk menikmati hidangan yang tersaji. Meski tampilan menu istimewa tempat itu sangat sederhana, namun sangat mampu menerbitkan air liur di ujung mulut. Potongan ayam bakar yang berwarna coklat kehitam-hitaman tampak berkilauan karena proses pembakarannya menggunakan racikan minyak khusus untuk menambah rasa. Kilat-kilat cahaya yang terpancar dari ayam bakar itu sangat menyolok mata yang mendelik tanpa kedip menatapnya.

Santapan seperti itu, paling nikmat bila tidak menggunakan sendok maupun garpu. Dengan gaya tradisional alias memanfaatkan sendok buatan Sang Pencipta pun, sesuwir demi sesuwir daging ayam berbalut nasi dan sambal disantap. Daging ayamnya sangat empuk, menandakan proses pengungkepannya cukup memakan waktu. Hal itu tentu saja membuat racikan bumbu-bumbunya meresap, bahkan hingga ke dalam tulang.

Meski lidah ini mengatakan citarasa sambal yang disajikan masih kurang seuhah, secara utuh sambal itu sangat padu dengan nasi, lalapan, dan daging ayam bakar. Cukup membuat lidah ini bergoyang, apalagi ditambah dengan sebungkus plastik kerupuk kulit yang sangat garing dan renyah yang sudah tersedia di atas meja.

Menyantap sajian menu unggulan dan satu-satunya di Ayam Bakar Panas Taman Kencana memang cukup istimewa. Pantas saja, tempat itu selalu penuh dengan pengunjung yang terus berdatangan silih berganti. Benar-benar sajian menu yang mampu melepas rasa lelah dan mendatangkan semangat baru untuk mulai beraktivitas kembali.

Rudi D. Sukmana

Tidak ada komentar: