Jumat, 14 September 2012

Generasi 'O Atuh..'

Generasi ‘O Atuh..’


“O atuh..” demikian sebuah jawaban singkat yang sering saya dengar belakangan ini. Betapa tidak? Anak kedua saya, si penuh pesona Tiara Aishabrina yang mulai menginjak remaja pun tak luput dari tertularnya virus kalimat gaul semacam itu.

“O atuh..” mungkin hanya popular di lingkungan pergaulan remaja Kota Bogor saja, karena memang kental dengan basa Sundanya (menggunakan kata ‘atuh’ yang dalam pengertian Bahasa Indonesia bisa berarti akhiran ‘lah’ atau ‘deh’.

Namun, bagi saya yang kini merasa semakin tua, ‘o atuh’ yang awalnya sebagai ungkapan penuh canda,  bagai ucapan tanggapan yang menunjukkan ketidakpedulian seseorang terhadap suatu hal yang tengah dibicarakan.

Sama seperti beberapa tahun lalu, sempat popular juga kalimat ‘so what gitu loh’ dan melongok ke belakang lagi ada ungkapan pula yang bernada sama, yaitu ‘au ah.. gelap’.

Flash back jauh ke belakang, ada juga istilah ‘emang gue pikirin’ dan lebih jauh lagi, kira-kira semasa saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama dan sekolah dasar, ada juga ungkapan popular, yakni ‘cuek bebek’ dan ‘ga taaaau’ dengan aksen penyebutan yang mampu membuat orang yang mendengarkannya bersungut kesal.

Hehe.. nyatanya setiap generasi memiliki satu ungkapan sebagai simbol ketidakpedulian generasi tersebut terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.

Generasi muda memang memiliki satu sikap tersendiri yang kadang memang bertentangan dengan generasi sebelumnya. Sikap yang berpotensi membuat kesenjangan menjadi melebar dan akhirnya generasi tua pun tak mampu lagi menjangkaunya.

Yang saya takutkan, bila pengawasan sudah tak lagi dirasakan ada, dapat dipastikan kontrol sosial pun menghilang dari kalangan masyarakat generasi tua terhadap generasi muda. Dan itu semakin kentara terjadi dalam kehidupan sehari-hari akhir-akhir ini. Bisa dikatakan, badungnya saya semasa remaja mungkin hanya menjadi bahan lelucon bagi badungnya generasi muda masa kini.

Ingin rasanya meminimalisir generasi ‘o atuh’ yang kini semakin menjamur dan mencegah timbulnya generasi baru dengan ungkapan istilah baru yang akan muncul nanti. Tapi untuk mengajak generasi seangkatan, lagi-lagi saya khawatir kalau nanti ajakan saya itu ditanggapi dengan kata-kata senada seperti “O atuh..”
RD Sukmana 28/1/2012

Tidak ada komentar: