Jumat, 14 September 2012

Ambillah... Atau Bersiaplah Kehilangan

Ambillah... Atau Bersiaplah Kehilangan


Dalam sebuah kelas pelatihan motivasi, saya pernah mendapat pelajaran berharga saat sang motivator ulung mengambil selembar Rp100.000 dari saku kemejanya lalu diacungkan kepada seluruh peserta termasuk saya.

“Perhatian, saya ingin menukar uang ini dengan uang Rp1.178. Jadi barang siapa yang memiliki Rp1.178 silakan segera maju ke depan, saya akan menghitung sampai sepuluh,” ujar motivator sambil melambai-lambaikan lembar kertas berwarna merah menggiurkan tersebut.

Sontak semua peserta pelatihan merogoh dompet masing-masing dan berusaha mengumpulkan uang seperti yang diminta sang motivator. Namun, tentunya semua kesulitan, karena sejumlah uang yang diminta tidak ada dalam pecahan uang Indonesia.

Ketika sang motivator menyebutkan angka enam, tiba-tiba salah seorang peserta lelaki berperawakan pendek maju ke depan dan menghampiri sang motivator. Ia memberikan uang Rp2.000 kepada sang motivator.

“Lho.., saya minta Rp1.178 saja mas, kenapa Anda memberikan saya lebih?” ujar sang motivator. “Tidak apa-apa pak, kelebihannya ambil saja untuk bapak,” tangkis peserta itu lalu mengambil selembar uang Rp100.000 dan berjalan kembali ke tempat duduknya dengan santai.

Saya termenung kagum dengan pertunjukan yang saya lihat itu. Mmm.. that’s life..! Anda ambil peluang yang ada atau Anda akan kehilangan peluang itu. Dan tak mudah peluang datang ke hadapan Anda.

Soal rezeki misalnya, saya percaya rezeki tak pernah datang sendiri menghampiri orang-orang yang lelap tertidur meski matahari sudah terik. Saya percaya bahwa orang-orang yang lebih cepat berupaya meraihnya lah yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan rezeki yang lebih banyak.

Saya sering mendengar teman saya berkomentar negatif tentang apa yang ditulis oleh saya di artikel Batu Tulis ini, "Ah, kalau cuma tulisan begini sih saya juga bisa melakukannya" atau "Saya bisa melakukan yang lebih baik."

Wahai, saya yakin teman saya itu bisa melakukannya. Masalahnya, kenapa dia hanya terus berbicara dan tak melakukan apa pun?


Hanya orang-orang yang berbuatlah yang diakui keberadaannya. Saya tidak berhak mengatakan bahwa orang yang lebih tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih besar, karena itu hak Allah dan juga tergantung dengan kualitas ibadahnya itu sendiri.

Tapi bukankah setiap orang tua akan lebih menyukai anaknya yang tanggap dan cepat menghampiri ketika dipanggil ketimbang anak lainnya yang menunda-nunda? Jika demikian, buatlah Allah suka kepada Anda. Karena suka mungkin saja awal dari cinta. Semoga.
RD Sukmana 30/1/2012

Tidak ada komentar: