Minggu, 27 April 2008

Waroeng Bumi Khatulistiwa

Mencicipi Soto Khas Banjar

Bogor, Jurnal Bogor

Waroeng Bumi Khatulistiwa mungkin merupakan satu-satunya tempat makan di Kota Bogor yang menyediakan masakan-masakan khas Kalimantan Selatan sebagai menu utama bagi para petualang kuliner yang mendambakan kekayaan citarasa masakan Nusantara. Berlokasi di Jl. Raya Pajajaran No.28 A Bogor, penampilan Waroeng Bumi Khatulistiwa berkesan sederhana layaknya warung makan pada umumnya.

Pemilik dan pengelola Waroeng Bumi Khatulistiwa, Musfa Yazid yang berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan mengatakan, usaha yang dijalankannya itu sudah dirintis sejak lima tahun lalu. “Saya tinggal di Kota Bogor sudah enam tahun lalu. Membuka warung makan dengan menu-menu khas Banjar untuk menawarkan rasa yang berbeda bagi warga Bogor,” ungkap Didit, sapaan akrab Musfa Yazid kepada Jurnal Bogor, kemarin.

Menempati lokasi seluas 150 meter persegi, warung makan itu memuat sebelas meja yang masing-masing terdiri dari 4 bangku plastik. Dengan jumlah karyawan sembilan orang yang siap melayani para pengunjung, Waroeng Bumi Khatulistiwa dibuka setiap hari mulai pukul 8.00 sampai pukul 21.00.

Dengan misi awal mengangkat menu-menu khas Bangka sebagai alternatif kuliner di Kota Bogor, hingga saat ini Waroeng Bumi Khatulistiwa sudah memiliki banyak pelanggan. “Pada Sabtu dan Minggu, tempat kami cukup ramai dikunjungi pembeli. Kebanyakan datang dari luar Kota Bogor,” ujar Didit.

Alasan itulah yang membuat Didit menyediakan beberapa menu istimewa hanya pada Sabtu dan Minggu. “Beberapa menu, seperti Ketupat Kandangan dan Nasi Kuning, kami jual hanya pada hari-hari itu. Termasuk juga kue Bingka, yaitu Bika Banjar yang mirip seperti Bika Ambon,” terangnya.

Menu-menu yang disediakan, lanjut Didit, tidak lebih dari 50 makanan dan minuman, dengan menu-menu andalan, yaitu Soto Banjar, Ketupat Kandangan yang ditawarkan dua pilihan lauk, gabus dan telur, Nasi Kuning dengan tiga pilihan lauk, gabus, telur, dan ayam, serta Lontong Banjar. “Soto Banjar kami tawarkan dengan harga Rp 12.000, sedangkan Ketupat Kandangan Gabus dijual dengan harga Rp 15.000,” paparnya.

Harga yang ditawarkan warung makan itu, dikatakan Didit, mulai dari Rp 6.000 sampai Rp 30.000. “Untuk menu minuman, kami tidak menjual menu minuman khas Banjar, hanya menu minuman umum, seperti juice, soft drink, serta teh dan kopi,” jelasnya seraya menambahkan, menu minuman dijual dengan harga tidak lebih dari Rp 8.000.

Selain menu-menu di atas, Didit juga mengatakan, menu yang cukup digandrungi pengunjung tempatnya adalah Ayam Goreng Khatulistiwa dengan pilihan harga Rp 30.000 untuk satu ekor ayam kampung dan Rp 15.000 untuk setengah porsinya, serta menu Gabus Masak Habang yang dijual dengan harga Rp 8.000 per porsi.

Didit pun dengan ramah mempersilakan untuk mencoba Soto Banjar Lontong khas warung makannya. Satu porsi Soto Banjar itu tampak berukuran jumbo, sangat penuh. Bahan-bahan seperti lontong, telur bebek rebus, perkedel kentang, suwiran ayam kampung, dan soun terbenam dalam kuah soto yang hampir mencapai tepi piring.

Kuah soto khas dari Kalimantan Selatan itu ternyata hampir mirip seperti kuah sop, namun kaldunya terasa lebih kental dan segar. Berbeda dengan kuah soto bening yang kental dengan rasa kaldu sapi, kuah soto Banjar lebih terasa kaldu ayam. Potongan lontongnya pun disuguhkan dengan kelembutan yang pas, tidak terlalu keras juga tidak terlalu lunak.

Sambal yang disajikan ternyata cukup seuhah. Menurut Didit, sambal itu dibuatnya dari cabai rawit biasa yang dijual di pasar-pasar tradisional Kota Bogor. “Kalau saya memakai cabai rawit asli Banjar, satu buahnya pun orang langsung berteriak kepedasan, karena buah cabai asli Banjar lebih pedas dibandingkan buah cabai yang umum ada di sini,” terangnya.

Telur bebek yang disajikan, bukan berjenis telur asin seperti yang biasa dikenal. Dikatakan Didit, aslinya Soto Banjar memang menggunakan telur bebek sebagai lauknya bukan telur ayam. “Pelanggan saya pernah mencoba menyantap soto Banjar dengan lauk telur ayam rebus. Dia mengatakan, citarasa yang disuguhkan sangat berbeda,” sahutnya.

Selain memiliki rasa yang unik dan berbeda dari soto yang umum ditemukan di Kota Bogor, satu porsi Soto Banjar ala Waroeng Bumi Khatulistiwa cukup mengenyangkan. Warung makan itu sangat cocok dikunjungi untuk menambah pengalaman rasa terhadap menu-menu masakan bumi nusantara yang sangat kaya ragam.

Rudi D. Sukmana

Tidak ada komentar: