Minggu, 27 April 2008

Mochi, Kue Jepang Made In Sukabumi

Bogor, Jurnal Bogor

Omochi adalah sebutan dalam bahasa Jepang untuk apa yang secara umum dikenal sebagai kue mochi atau moci di Indonesia. Awalan ‘o’ di depan sebutan ‘mochi’ sebenarnya sekedar tambahan penghalus saja dalam bahasa yang biasa dipakai para wanita Jepang pada umumnya.

Di Indonesia atau di beberapa negara Asia, kue mochi dibuat dari tepung beras ketan putih, sedangkan di tempat asalnya, mochi dibuat dari beras khusus bernama mochigome, yaitu jenis beras Jepang yang termasuk jenis japonica. Mochigome bentuknya lebih pendek dan lebih bulat daripada jenis beras yang biasa di konsumsi di Indonesia, yang termasuk jenis indica. Jenis beras japonica ini lebih lengket, sehingga nasinya mudah dimakan dengan sumpit.

Nasi itu kemudian diuleni dengan cara ditumbuk dengan kine atau alu khusus dan dibolak-balik dalam sebuah usu atau lesung kayu tradisional Jepang dengan diberi tambahan air. Saat ini di Negeri Sakura, kue mochi diolah dengan mesin untuk produksi massal, sedangkan pembuatan mochi secara tradisional, kini lebih merupakan sebuah ritual pada rangkaian perayaan mochitsuki atau perayaan tahun baru Jepang.

Sebagai penganan kecil atau snack, mochi dapat diisi beragam variasi. Bentuknya pun dapat dibuat beragam. Di Indonesia, khususnya kue mochi buatan Kota Sukabumi yang biasa dijajakan para pengasong di beberapa titik persimpangan jalan besar di Kota Bogor, kue mochi berisi adonan kacang.

Dikemas dalam keranjang bambu yang diberi merk dalam tulisan kuo-i yang dibaca swang sie yang artinya banyak kebahagiaan, setiap keranjang kue mochi biasanya berisi 10 buah mochi berukuran sebesar kelereng, dengan harga mulai Rp 5.000 sampai Rp 7.500 per renteng yang berisi empat keranjang bambu.

Di Sukabumi sendiri, kue mochi yang terkenal adalah kue mochi yang dibuat di Jl. Otista No.39. Kue mochi ini bentuknya bulat, bertabur tepung sagu, dan terasa kenyal. Jika digigit, rasa manisnya akan terasa.

Di tempat itu dijual dua jenis kue mochi, yaitu kue mochi tanpa isi yang disebut kiathong dan kue mochi yang diisi dengan adonan kacang. Kue mochi dari tempat itu dibuat tanpa pewarna dan tanpa pengawet, sehingga tidak dapat disimpan lama-lama, harus segera dimakan.

Rudi D. Sukmana

Tidak ada komentar: